Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy
Gambar Buku ‘Agar Hati Selalu Tenang’.[Dok. Pribadi/ Sam Edy]

Hati yang tenang menjadi dambaan setiap orang. Hati yang tenang biasanya tercipta karena kita mampu berpasrah pada takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Menerima segala kondisi yang telah digariskan oleh Allah, merasa legawa, tidak gemar mengeluh, dan tidak terlalu berambisi dalam mengejar kesenangan yang bersifat keduniawian.

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang merasa hatinya tidak tenang adalah karena kurang bersyukur pada apa yang telah didapatkannya selama ini. Bisa jadi orang tersebut sudah memiliki materi berlimpah, tapi karena enggan bersyukur, hatinya selalu diliputi rasa tidak tenang.

Oleh karenanya, bersyukur menjadi salah satu kunci ketenangan dalam hidup. Dengan banyak bersyukur, tak hanya hati yang akan merasa tenang, tetapi rezeki akan diperbanyak oleh Allah kepada hamba yang pandai bersyukur tersebut.

Selain bersyukur, perhatikan juga dengan cara kita memperoleh rezeki. Pastikan bahwa jalan yang kita tempuh adalah jalan yang halal. Bukan jalan yang dilarang dan dimurkai oleh Allah.

Jangan sampai rezeki yang masuk ke dalam tubuh berasal dari hal-hal atau pekerjaan yang diharamkan. Seperti uang yang diperoleh dari hasil korupsi, dari menjual minuman keras atau narkoba, atau dari membohongi orang lain.

Harta yang diperoleh dari cara-cara yang haram akan menjadi penyebab hati tidak tenang dan hidup jauh dari keberkahan. Dalam buku ‘Agar Hati Selalu Tenang’ karya Dr. H.C. Zen Muhammad Al-Hadi, M.A. dijelaskan bahwa “Segala yang haram tidak dapat menyenangkan hati, karena fitrah hanya merindukan kebersihan dan kebenaran.”

Dalam buku yang diterbitkan oleh Zahira (Jakarta Selatan) tersebut, diungkap tiga langkah menuju ketenangan hidup:

Pertama, bersunguh-sungguh mengendalikan pikiran kita, agar senantiasa ingat dan tertuju kepada Allah Swt. Sering-seringlah menyebut nama Allah, mengucapkan Subhanallah, Allahu akbar. Hati tidak lepas dari ingat kepada Allah Swt.

Kedua, hidupkan ruh dan fisik kita. Usahakan agar ruh kita itu ikut melakukan segala amal yang kita kerjakan.

Keempat, kita harus dapat berbicara atau berdialog dengan ruh kita sendiri, misalkan kita sedang marah atau bersedih, maka bisikkan pada ruh kita (dengan menyebut nama kita sendiri), agar tidak marah atau bersedih.

Semoga kehadiran buku ini dapat menambah wawasan yang berguna bagi para pembaca, khususnya bagi Anda yang saat ini sedang membutuhkan ketenangan dalam hidup ini.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Sam Edy