Hati yang tenang menjadi dambaan setiap orang. Hati yang tenang biasanya tercipta karena kita mampu berpasrah pada takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Menerima segala kondisi yang telah digariskan oleh Allah, merasa legawa, tidak gemar mengeluh, dan tidak terlalu berambisi dalam mengejar kesenangan yang bersifat keduniawian.
Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang merasa hatinya tidak tenang adalah karena kurang bersyukur pada apa yang telah didapatkannya selama ini. Bisa jadi orang tersebut sudah memiliki materi berlimpah, tapi karena enggan bersyukur, hatinya selalu diliputi rasa tidak tenang.
Oleh karenanya, bersyukur menjadi salah satu kunci ketenangan dalam hidup. Dengan banyak bersyukur, tak hanya hati yang akan merasa tenang, tetapi rezeki akan diperbanyak oleh Allah kepada hamba yang pandai bersyukur tersebut.
Selain bersyukur, perhatikan juga dengan cara kita memperoleh rezeki. Pastikan bahwa jalan yang kita tempuh adalah jalan yang halal. Bukan jalan yang dilarang dan dimurkai oleh Allah.
Jangan sampai rezeki yang masuk ke dalam tubuh berasal dari hal-hal atau pekerjaan yang diharamkan. Seperti uang yang diperoleh dari hasil korupsi, dari menjual minuman keras atau narkoba, atau dari membohongi orang lain.
Harta yang diperoleh dari cara-cara yang haram akan menjadi penyebab hati tidak tenang dan hidup jauh dari keberkahan. Dalam buku ‘Agar Hati Selalu Tenang’ karya Dr. H.C. Zen Muhammad Al-Hadi, M.A. dijelaskan bahwa “Segala yang haram tidak dapat menyenangkan hati, karena fitrah hanya merindukan kebersihan dan kebenaran.”
Dalam buku yang diterbitkan oleh Zahira (Jakarta Selatan) tersebut, diungkap tiga langkah menuju ketenangan hidup:
Pertama, bersunguh-sungguh mengendalikan pikiran kita, agar senantiasa ingat dan tertuju kepada Allah Swt. Sering-seringlah menyebut nama Allah, mengucapkan Subhanallah, Allahu akbar. Hati tidak lepas dari ingat kepada Allah Swt.
Kedua, hidupkan ruh dan fisik kita. Usahakan agar ruh kita itu ikut melakukan segala amal yang kita kerjakan.
Keempat, kita harus dapat berbicara atau berdialog dengan ruh kita sendiri, misalkan kita sedang marah atau bersedih, maka bisikkan pada ruh kita (dengan menyebut nama kita sendiri), agar tidak marah atau bersedih.
Semoga kehadiran buku ini dapat menambah wawasan yang berguna bagi para pembaca, khususnya bagi Anda yang saat ini sedang membutuhkan ketenangan dalam hidup ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
-
Ulasan Buku Sabar tanpa Batas, Memaknai Hidup dengan Bijaksana
-
Ulasan Buku Hati Tak Bertangga, Rahasia Hidup Tenang dan Bahagia
-
Ulasan Buku Leader for Life, Setiap Orang Bisa Menjadi Pemimpin
Artikel Terkait
-
3 Pesan AntiBullying dalam Buku Cerita Surat Dalam Balon
-
Ulasan Buku Insecurity is My Middle Name: Refleksi tentang Penerimaan Diri
-
Beda Sikap Rizieq Shihab Soal Kasus Ahok vs Suswono Jadi Omongan, Bak Langit dan Bumi
-
Ulasan Buku 'Seseorang di Kaca', Refleksi Perasaan terhadap Orang Terkasih
-
Heboh Beredar Buku Gibran The Next President, Effendi Gazali: Waktunya Terburu-buru, Harusnya Sabar Saja
Ulasan
-
Ulasan Buku TAN: Menelusuri Jejak Kehidupan Tan Malaka Seorang Pejuang
-
3 Pesan AntiBullying dalam Buku Cerita Surat Dalam Balon
-
Ulasan Buku Insecurity is My Middle Name: Refleksi tentang Penerimaan Diri
-
4 Toko Kain Lokal Terbaik, Temukan Kain Impianmu di Sini!
-
Ulasan Buku Hal-Hal yang Boleh dan Tak Boleh Kulakukan, Kunci Hidup Bahagia
Terkini
-
Intip 4 Look OOTD Trendi ala Danielle NewJeans, Ideal untuk Daily Wear!
-
Bintang Laga, Milla Jovovich Bergabung dalam Film Protector
-
Film Orphan 3 Resmi Produksi, Kembali Gandeng Isabelle Fuhrman
-
Soroti Pernyataan Mendikti, Alumni LPDP Tidak Harus Pulang, Setuju Tidak?
-
3 Film Jepang Dibintangi Yuki Amami, Terbaru Fushigi Dagashiya Zenitendo