Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Rie Kusuma
Cover novel Cincin Separuh Hati (Dok. Ipusnas)

Sepertinya, saya sudah kepincut dengan gaya penceritaan Netty Virgiantini dalam setiap novelnya, sehingga untuk kesekian kalinya saya kembali membaca novel karya beliau.

Kali ini saya merampungkan Cincin Separuh Hati, yang diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015.

Novel amore ini berkisah tentang trauma masa lalu yang dialami perempuan berusia 35 tahun bernama Nilam, yang membuatnya mengucap janji tak akan pernah menikah seumur hidupnya.

Nilam selalu menghindari acara-acara yang kemungkinan besar akan mempertemukannya dengan kawan-kawan lama. Bukan tanpa alasan, tapi pertanyaan ‘kapan nikah?’ adalah sesuatu hal yang membuatnya sebal.

Tapi, apa mau dikata. Keseringan absen di tiap acara, membuat kali ini Nilam tak punya alasan lagi saat sekolahnya mengadakan reuni untuk kesekian kali.

Berkat ide dari Kanti, istri kakak sepupunya, Nilam berpura-pura sudah bertunangan. Ia bahkan memakai cincin bekas pertunangan Kanti yang dulu kandas, supaya lebih meyakinkan.

Namun siapa nyana, cincin yang diunggah Nilam di story WhatsApp dan membuatnya dihujani ucapan selamat di acara reuni, justru membuat Nilam disatroni lelaki bernama Aryobimo, yang menuntut Nilam bertanggung jawab atas kehancuran rumah tangganya. Kok, bisa?

Di tengah kekalutan, datang lagi masalah dengan hadirnya lelaki muda mengaku sebagai adik tiri Nilam. Hal yang membuat luka lama Nilam kembali membasah, ketika mengetahui jati diri lelaki bernama Nando tersebut.

Membaca novel ini sambil membayangkan jadi Nilam, rasanya tuh nyesek. Sudah diuber-uber macam debt collector sama Aryobimo, masih harus menghadapi Nando yang kepingin banget diterima Nilam sebagai adik.

Konfliknya berlapis, complicated, dan sangat emosional, berkaitan dengan hubungan Nilam dan sang ayah yang menyisakan luka lebam. Juga kisah tentang masa lalu Aryobimo yang tak kalah pahitnya.

Seperti khasnya Netty Virgiantini, gaya bertutur dalam novel ini begitu njawani, ngalir, dan tak lepas dari humor, yang meskipun kali ini hanya tipis-tipis jika dibandingkan dengan novel beliau lainnya, tapi cukup menghibur.

Latar tempat menggunakan kota Solo dan seperti biasa dapat dieksekusi dengan baik. Alur cerita agaknya sengaja didesain supaya tumplek blek di depan, jadi terasa sekali beratnya masalah bertubi-tubi yang harus dihadapi Nilam.

Untungnya, penulis membekali tokoh utamanya dengan karakter yang kuat. Nilam meskipun judes, galak, emosional, keras kepala, tapi juga perempuan yang mandiri, tegar, dan tidak menye-menye. Hal yang membuat ceritanya tak menjadi penuh drama.

Kekurangan novel ini ada pada gambar sepasang cincin yang ada di sampul novelnya. Sangat jauh berbeda dengan deskripsi cincin separuh hati yang digambarkan berbentuk separuh hati, dari emas putih, dan ada batu permata kecilnya.

Terlepas dari kekurangannya tersebut, novel Cincin Separuh Hati bertabur pesan moral untuk para pembacanya. Salah satunya, untuk mau memaafkan dan berdamai dengan masa lalu, sesakit dan sepahit apa pun itu.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rie Kusuma