Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Akramunnisa Amir
Sampul Novel Dark Love (Goodreads)

Cantik, cerdas, juara kelas, dan menjadi populer di tengah-tengah circle-nya adalah sejumlah privilese yang dimiliki sosok gadis bernama Kirana. Hidupnya nyaris sempurna sebelum sebuah tragedi malang menimpanya sesaat sebelum kelulusan SMA.

Di saat teman-temannya mulai was-was menanti detik-detik menjelang ujian nasional, ia malah terjebak kecemasan menghadapi kehamilannya sendiri!

Mati-matian ia berupaya menyembunyikan aib yang menimpa dirinya. Impiannya yang ingin berkuliah di fakultas kedokteran UI terancam gagal karena harus menghadapi kehamilan yang kian hari makin tidak mudah dilalui.

Hingga pada akhirnya, di usia kehamilan 6 bulan, Kirana pingsan saat ujian praktek olahraga.

Saat berada di rumah sakit, rahasia yang disimpan oleh Kirana pun terkuak. Orang tuanya marah besar, dan ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya dikeluarkan dari sekolah.

Saat membaca cerita ini, saya jadi teringat beberapa scene dalam film Dua Garis Biru yang mengangkat topik yang sama. Kehamilan di luar nikah akibat pacaran yang kebablasan.

Di luar dari topik seputar kehidupan sekolah hingga romansa ala remaja yang diangkat dalam novel berjudul 'Dark Love' ini, poin utama yang sepertinya hendak disampaikan oleh Ken Terate selaku penulis adalah pesan-pesan mengenai pentingnya edukasi seks bagi remaja.

Hal yang tak kalah menarik adalah tokoh yang mengalami peristiwa nahas tersebut adalah siswi berprestasi seperti Kirana. Di sini, penulis seolah menyampaikan bahwa fenomena pergaulan bebas itu bisa menimpa siapa saja.

Kirana yang merupakan gadis yang cerdas dan berasal dari keluarga terpandang tentu sudah paham mengenai batas-batas moral yang harus ia lakoni dalam pergaulan.

Tapi godaan, peluang, dan kesempatan yang terbentang di hadapan mata membuatnya penasaran untuk menerobos aturan tersebut.

Terlebih, ia melakukannya dengan sosok yang ia sebut sebagai My Prince, yang juga merupakan seorang siswa berprestasi di sekolahnya.

Sebenarnya saya cukup dibuat greget dengan dua tokoh yang digambarkan sebagai siswa dan siswi yang dinilai cerdas tersebut.

Pertanyaan saya, kok bisa sih mereka ceroboh dan kebablasan seperti itu, padahal mereka sama-sama well-educated dan tentu bisa menggunakan otaknya untuk berpikir? Paling tidak, kenapa tidak kepikiran untuk memakai alat kontrasepsi demi mencegah kehamilan?

Nah di akhir cerita, pertanyaan saya terjawab dengan menilik sudut pandang seorang remaja 17 tahun yang polos dan merasa enggan "mempermalukan diri" dengan membeli alat kontrasepsi tersebut.

Kirana dan sosok yang ia sebut sebagai My Prince hanyalah gambaran 2 remaja cerdas namun sayangnya amat lugu dan polos mengenai pergaulan. Dan saat rasa penasaran mengenai ketertarikan dengan lawan jenis membelit mereka, mereka tidak mampu lagi berpikir jernih.

Secara umum, sebagai novel teenlit, novel ini amat menarik. Sebuah cerita mengenai kehidupan remaja yang sarat dengan pesan moral yang layak untuk direnungkan!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Akramunnisa Amir