Pernah mendengar nama Jovita Valdovinos? Bukan merupakan tokoh fiksi dengan kisah fiktif, Jovita Wore Pants merupakan kisah nyata Jovita Valdovinos yang lahir pada 24 Februari 1911 di Palos Blancos, Meksiko. Jovita termasuk ke dalam jajaran pejuang kebebasan dalam beragama yang mana saat itu pemerintah menghalangi orang-orang untuk menjalankan agamanya secara bebas dan kekuasaan Gereja Katolik diambil alih. Peristiwa ini dikenal dengan nama Perang Cristero.
Alih-alih rok, Jovita ingin menggunakan celana seperti saudara laki-lakinya, Luciano dan Ramón. Namun, hal itu tak mudah untuk didapatkannya. Ia ingin turut bergabung dalam pasukan para Cristeros bersama ayah dan saudara laki-lakinya pun tak bisa. Pada suatu waktu, singkat cerita akhirnya sang ayah mengizinkannya ikut namun bukan untuk mengangkat senjata, melainkan hanya mengobservasi. Izin untuk menggunakan celana saat itu juga tetap tak didapatnya.
Saya senang dengan bagaimana saudara laki-laki Jovita tidak menghalanginya untuk turut mengeksplorasi hutan, menunggangi kuda, melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak salah namun sulit dilakukan karena ia adalah seorang perempuan.
Walaupun hanya diceritakan secara singkat, saya bisa merasakan hubungan yang kuat antara Jovita dengan saudara laki-lakinya juga sang ayah. Maka tak heran, ketika ayah dan saudara laki-lakinya gugur, tanpa ragu ia yang sebelumnya memang sudah memiliki keinginan untuk berjuang semakin terbakar semangatnya untuk turun tangan hingga ia mengubah identitasnya agar dapat ikut dalam kancah peperangan.
Jovita mengubah namanya menjadi Juan dan bukan hanya itu saja, ia memotong pendek rambutnya serta mengubah cara berpakaiannya. Saat inilah ia dapat menggunakan celana dengan bebas. Jovita turun ke medan peperangan bersama 80 laki-laki yang terhimpun dalam pasukannya.
Jovita Wore Pants hanyalah ringkasan dari kehidupan dan perjuangan seorang Jovita Valdovinos. Buku ini tidak tebal sama sekali, dalam sekali duduk dapat terselesaikan. Selain itu, saya terpukau dengan ilustrasi yang memanjakan mata yang mendukung kisah di dalamnya.
Kendati bagian awal hanya diceritakan dengan ringkas, ada bab khusus berjudul "More About Jovita", di sini kamu akan membaca lebih rinci mengenai Jovita mulai dari mengenai orangtuanya hingga akhir hidupnya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Realita Kehidupan Ketika Dewasa dalam Buku Adulthood is a Myth
-
Krisis Eksistensial dan Kekerasan dalam Buku Awan-Awan di Atas Kepala Kita
-
4 Rekomendasi Buku Nonfiksi Islami yang Cocok Dibaca di Bulan Ramadan
-
Belajar Mengendalikan Rasa Marah Lewat Buku Ketika Alina Marah
-
Review Buku Menunggu Beduk Berbunyi Karya Hamka, Sarat Masalah Adat, Politik, dan Agama
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
Ulasan
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
Terkini
-
Asnawi Mangkualam Perkuat ASEAN All Stars, Erick Thohir Singgung Kluivert
-
Cinta dalam Balutan Hanbok, 4 Upcoming Drama Historical-Romance Tahun 2025
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
ASTRO & Friends 'Moon' Ungkapan Cinta dan Kerinduan untuk Mendiang Moonbin