Bepergian jauh dengan membawa anak-anak, selalu menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Jarak yang panjang untuk ditempuh dan ruang gerak yang terbatas di dalam kendaraan, hanyalah sedikit penyebab anak-anak menjadi bosan dalam perjalanan.
Tidak jarang kebosanan tadi berbuah kerewelan. Anak-anak, terutama yang masih di usia dini, lama-kelamaan akan merajuk, bertanya-tanya kapan sampai di tujuan, sebelum akhirnya menangis.
Jika sudah sampai tahap menangis, tentu saja akan mengganggu para penumpang lain, apabila bepergian dilakukan dengan kendaraan umum dan tak semua orang bisa mengerti kondisi yang kita alami.
Itulah sebabnya, sebagai orang tua perlu mengajarkan anak untuk bersabar saat dalam perjalanan. Tapi, orang tua tentunya juga perlu mengetahui kiat-kiat yang harus dilakukan dalam perjalanan, untuk membuat anak tetap tenang dan nyaman.
Salah satu buku yang bisa memberikan pembelajaran untuk bersabar, ada di dalam buku berjudul Ayah, Kapan Kita Sampai? karya dari Iwok Abqary. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Tiga Ananda pada Juli 2020.
Alkisah, Meli dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan ke sebuah kota untuk berlibur. Mereka menggunakan transportasi kereta api. Meli yang semula bersemangat, lama-lama menjadi bosan karena tak ada lagi kegiatan yang bisa ia lakukan di dalam kereta.
“Ayah, kapan kita sampai?”
Pertanyaan itu dikeluhkan Meli, padahal baru satu jam kereta berangkat dan masih ada enam jam perjalanan lagi untuk tiba di kota tujuan.
Ayah lalu menganjurkan Meli supaya melihat-melihat pemandangan di luar jendela. Untuk sementara Meli lupa rasa bosannya. Dari jendela, ia bisa melihat kerbau, sawah, pak petani.
Meli sempat terkejut saat tiba-tiba pemandangan menjadi gelap. Bunda berkata bahwa mereka sedang berada dalam perut gunung. Oh, ternyata mereka melewati terowongan.
Tapi, keseruan tadi hanya bertahan sebentar karena tak berapa lama Meli kembali bertanya,
“Berapa lama lagi, Yah?”
Ayah, setelah menggoda anaknya yang tak sabaran, segera mengulurkan earphone telepon genggamnya. Ayah ternyata sudah mengunduh lagu-lagu kesukaan Meli untuk menghibur anak gadisnya itu.
Namun, ketika semua lagu selesai diputar, Meli lagi-lagi bertanya,
“Masih lama ya, Yah?”
Akhirnya Ayah mengeluarkan jurus jitu. Ayah mengajak Meli berpetualang di gerbong kereta. Dalam petualangan tersebut, Meli bahkan mendapatkan teman baru. Wah, petualangan seperti apa ya, yang dilakukan mereka?
Buku cerita bergambar Ayah, Kapan Kita Sampai? merupakan salah satu buku dalam seri Belajar Sabar, Yuk! Buku ini juga disertai ilustrasi penuh warna goresan dari Alvin Adhi. Anak-anak akan semakin memahami isi cerita dengan bantuan ilustrasi gambar tersebut.
Adapun tebal buku ini adalah 30 halaman. Meskipun tipis, buku Ayah, Kapan Kita Sampai? memberikan banyak tips yang sangat membantu para orang tua ketika membawa anak-anak bepergian.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Novel Sang Penyusup (Only Daughter), Thriller Psikologis Penuh Jebakan
-
Menelusuri Jejak Mimpi dalam Novel Unforgotten Dream
-
Keserakahan yang Membawa Sengsara dalam Buku Peladang yang Loba
-
Ulasan Buku Sepupu Misterius, Rahasia Sang Penulis Cilik
-
Mengungkap Rahasia Masa Lalu dalam Novel Gadis Misterius
Artikel Terkait
-
Ringgo Agus Rahman Tak Berharap Anak Ikuti Jejak Dirinya: Jadi Aktor Gak Keren
-
Ulasan Buku 'Healing', Cara Terbaik Sembuh dari Luka
-
Sabai Morscheck Ultah ke-36, Ringgo Agus Rahman Pertimbangkan Beri Kado Anak Lagi
-
Ulasan Buku 'Barista Tanpa Nama': Diksi Sederhana tapi Kesan Mendalam
-
Pentingnya Menjaga Berat Badan dalam Buku Diet Sehat untuk Atlet
Ulasan
-
Ulasan Buku Little Birdies, Empat Burung Kecil dan Kakek yang Penyayang
-
Ulasan Novel The Bitter Tea: Hidup Tak Selalu Memberi Pengalaman Pahit
-
Review Film Went Up the Hill: Kala Duka Nggak Pernah Mau Pergi
-
Ulasan Never Have I Ever: Saat Cinta, Budaya dan Kekacauan Jadi Satu Kisah
-
Ulasan Novel A Whole Lotto Love: Romansa Manis di Balik Kemenangan Lotre
Terkini
-
Sinopsis Thalaivan Thalaivii, Film Vijay Sethupathi dan Nithya Menen
-
Setelah 8 Tahun, Daniel Day-Lewis Akhirnya Comeback Lewat Film Anemone
-
Bojan Hodak Singgung Pemain Kunci PSIM Yogyakarta, Mulai Ketar-ketir?
-
Saat Bola Berputar, Hidup pun Berjalan Tanpa Tombol Restart
-
Dari Girlboss sampai Tradwife: Nostalgia Patriarki dalam Balutan Estetika