Novel 'The Shark Caller' karya Zillah Bethell menawarkan petualangan yang penuh emosi dengan latar eksotis Papua Nugini.
Zillah Bethell sangat piawai dalam mengolah cerita yang memuat banyak lapisan. Cerita ini tidak hanya tentang seorang anak yang ingin membalas dendam kepada hiu, tetapi juga tentang persahabatan, pengampunan, dan penerimaan.
Blue Wing, karakter utama, menghadapi pergulatan batin yang mendalam, sementara Maple, si pendatang baru, membawa dinamika yang segar dan kompleks ke dalam hubungan mereka.
Melalui perjalanan mereka, Bethell menampilkan bagaimana rasa kehilangan dapat mengubah seseorang dan betapa sulitnya proses melepaskan masa lalu.
Novel ini membawa pembaca ke dalam dunia yang kaya akan budaya lokal, keindahan laut yang memukau, serta dinamika persahabatan dan kehilangan.
Namun, alih-alih menjadikan cerita ini berat, ia membungkus tema-tema ini dengan kehangatan dan elemen kejutan yang membuat pembaca terhanyut.
Depiksi ketua adat desa yang penjilat terhadap orang asing namun tidak adil kepada warganya sendiri adalah salah satu aspek cerita yang sangat menarik dalam novel ini.
Bethell dengan halus menyentil fenomena ini, yang terasa relevan di berbagai konteks budaya, termasuk Indonesia.
Tidak hanya alur ceritanya, ending novel ini juga dikemas dengan plot twist yang tak terduga, membuat pembaca ingin kembali mengecek petunjuk-petunjuk tersembunyi yang ternyata sudah ada sejak awal cerita.
Meski memberikan efek kejutan, pembaca mungkin merasa tidak diberi cukup waktu untuk memproses perubahan dramatis tersebut.
Salah satu hal yang menarik dalam novel ini adalah penggambaran alam dan laut Papua Nugini. Keindahan dan kedalaman budaya lokal menciptakan atmosfer yang sangat hidup, membuat pembaca merasa seperti ikut menjelajahi pulau-pulau bersama Blue Wing dan Maple.
Secara keseluruhan, 'The Shark Caller' adalah novel kelas menengah yang menginspirasi, tidak hanya untuk pembaca muda tetapi juga dewasa.
Dengan gaya narasi yang ringan namun penuh makna, cerita ini mengingatkan kita untuk tidak larut dalam kesedihan dan melihat peluang di depan mata. Sebuah buku yang manis, menenangkan, sekaligus menggugah.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Novel Stranger, Kisah Emosional Anak dan Ayah dari Dunia Kriminal
-
Potret Kekerasan Ibu-Anak dalam Novel 'Bunda, Aku Nggak Suka Dipukul'
-
Novel The Prodigy: Menemukan Diri di Tengah Sistem Sekolah yang Rumit
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
Artikel Terkait
-
Menggali Budaya dari Hidangan Sulawesi Selatan dalam Novel Kisah dari Dapur
-
Ulasan Novel Takbir Rindu di Istanbul, Memperjuangkan Cinta atau Cita-Cita?
-
Novel 'Dua Belas Pasang Mata', Pengabdian Guru di Tengah Krisis Peperangan
-
Novel Kokokan Mencari Arumbawangi, Dongeng Pedesaan yang Menghangatkan Hati
-
Tips Dee Lestari Atasi Writers Block, Tak Harus Liburan ke Bali!
Ulasan
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
-
Jarak dan Trauma: Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Novel Critical Eleven
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
Terkini
-
Banjir Bukan Takdir: Mengapa Kita Terjebak dalam Tradisi Musiman Bencana?
-
Nova Arianto Promosi, Siapa Kandidat Pelatih Baru Timnas Indonesia U-17?
-
Bukan Cuma Wortel, 5 Buah Ini Ternyata 'Skincare' Alami buat Matamu
-
Pasal 16 RKUHAP: Bahaya Operasi Undercover Buy Merambah Semua Tindak Pidana
-
Dari Aktor Top ke Sutradara Hebat: Debut Film 'Pangku' Reza Rahadian