Buku Psikologi Kognitif: Seri Teori Psikologi karya Matt Jarvis mempelajari tentang bagaimana ingatan manusia bekerja. Lewat pendekatan psikologi konsentrasi pembahasan mengarah kepada cara kita merasakan, mengolah, menyimpan, dan merespons informasi yang tersedia.
Para ahli menyebutnya dengan pendekatan connectionist psychology yang menganalogikan cara berpikir manusia dengan cara kerja sebuah komputer ketika menjalankan proses kognitif sederhana seperti menyimpan informasi yang dikenal dengan analogi komputer.
Informasi yang diperoleh melalui mekanisme penginderaan akan disimpan dalam ingatan jangka pendek berupa informasi-informasi baru yang sedang dipikirkan, serta disimpan dalam ingatan jangka panjang bergabung dengan seluruh informasi masa lampau yang tidak sedang dipikirkan.
Setidaknya ada dua pendapat dari para ahli tentang ingatan jangka pendek yang dibahas dalam buku ini. Dikatakan bahwa memori jangka pendek bekerja melalui putaran fonologi atau proses menyimpan kata-kata yang sedang dipikirkan dengan kemampuan mengingat selama dua detik sebelum terbentuknya sebuah citra atau gambaran mental.
Pendapat lain mengatakan bahwa ingatan jangka pendek merupakan lokasi pertemuan antara informasi lama dengan informasi baru yang melalui mental discovery dapat menciptakan gambaran baru tentang sebuah obyek. Penjelasan ini menunjukkan bahwa ingatan bekerja lebih unggul daripada proses penyimpanan jangka pendek.
Ingatan jangka panjang bekerja melalui sistem yang saling terhubung. Terbagi menjadi ingatan episodik berisi catatan peristiwa-peristiwa yang menuntut otak bagian depan bekerja lebih aktif, dan ingatan semantik yang berisi serangkaian fakta di mana aktivitas otak bagian belakang menjadi lebih aktif dalam bekerja.
Contoh: kita bisa mengingat bahwa kemarin siang sekujur tubuh kita basah kuyup ketika ke luar rumah tidak memakai payung (situasi yang dapat diidentifikasi sebagai ingatan episodik) maka secara logika kita juga bisa mengetahui bahwa kemarin telah terjadi hujan di sekitar rumah kita (situasi yang dapat diidentifikasi sebagai ingatan semantik) sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fakta-fakta lebih mudah diingat jika dihubungkan dengan pengalaman yang kita peroleh secara sadar.
Mengingat adalah sebuah proses menarik kembali atau menggali informasi tersimpan menuju ingatan jangka pendek. Tetapi tidak selamanya informasi yang tersimpan di dalam otak dapat kita tarik kembali ke permukaan karena pada situasi dan kondisi tertentu kita bisa mengalami kegagalan dalam menjalankan operasi pemanggilan informasi tersebut sehingga terjadi fenomena lupa.
Fenomena lupa disebabkan oleh ketergantungan kita terhadap sebuah petunjuk atau cue dependency. Misalnya, untuk mengingat kejadian di masa kecil akan lebih mudah dilakukan jika kita sedang berada di kampung halaman di mana kita dilahirkan karena seluruh memori dapat lebih cepat diundang ke permukaan daripada harus mengingat kisah pada masa tersebut saat kita sedang berada di luar zona kejadian.
Pada situasi tertentu lupa bisa bermanfaat bagi kesehatan jiwa karena kita tidak akan terganggu dengan setiap detail fakta dan kejadian remeh dalam perjalanan hidup yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Pada kasus represi seseorang akan berusaha melupakan semua kejadian buruk yang menyakitkan dan memalukan di masa kecil sebagai wujud mekanisme pertahanan diri tetapi dalam pandangan psikologi kognitif teori tersebut masih menjadi kontroversi.
Berbeda dengan situasi dalam forum pengadilan yang menghadirkan saksi mata. Menyusun kalimat yang tepat untuk disampaikan dalam kesaksian menjadi faktor penting karena aktivitas mengingat peristiwa yang pernah terjadi berdasarkan informasi yang tersedia, imajinasi, dan petunjuk bisa menjadi masalah serius dan berbahaya ketika saksi mata tidak sanggup membedakan antara kejadian yang benar-benar terjadi atau mungkin terjadi.
Buku digital yang diterbitkan oleh Nusamedia ini juga membahas tentang pentingnya bagian otak manusia bernama hipokampus yang mempunyai pengaruh besar terhadap ingatan seseorang. Disertai dengan contoh ketidakmampuan membentuk ingatan baru yang dialami oleh seorang penderita amnesia anterograde dan beberapa studi kasus tentang proses berpikir dan mengingat menjadikan buku ini lebih mudah untuk dipelajari.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Baca Juga
-
Tokoh Perempuan di Balik Sukses Ki Hajar Dewantara Pertahankan Taman Siswa
-
Tumbuhkan Jiwa Patriot lewat Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara
-
Clue Kemandirian Finansial di Balik Terputusnya 'Galak Gampil'
-
Mengubah Imajinasi Menjadi Cuan di Buku 'Kreativitas dalam Mainan Kardus'
-
Uji Taktual Baca Al-Qur'an Braille di 'Syiar Ramadhan Distra' Malang 2025
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku How to Grow Rich: Saat Kekayaan Dimulai dari Pola Pikir
-
LKMM Psikologi 2024: Membangun Kemampuan Public Speaking Calon Pemimpin
-
MANTAP: Program Psikoedukasi untuk Tingkatkan Adaptasi Mahasiswa di Kampus
-
Belajar Menjadi Pemimpin yang Hebat dari Buku 101 Trik Jadi Pemimpin Hebat
-
Ulasan Buku The Lightning Thief: Dunia Dewa yang Penuh Legenda Misteri
Ulasan
-
Gua Batu Hapu, Wisata Anti-Mainstream di Tapin
-
Ulasan Novel Hi Serana Adreena, Perjuangan Anak Pertama yang Penuh Air Mata
-
Teluk Kiluan, Spot Terbaik untuk Menyaksikan Kawanan Lumba-lumba di Lampung
-
Final Destination Bloodlines: Tawarkan Kedalaman Karakter dan Teror Mencekam
-
Ulasan Lagu Paranormal: Teman Minum Kopi di Pagi Hari Saat Sedang Jatuh Hati
Terkini
-
Venezia Terpeleset, Jay Idzes dan Kolega Harus Padukan Kekuatan, Doa dan Keajaiban
-
Ponsel Honor 400 Bakal Rilis Akhir Mei 2025, Usung Kamera 200 MP dan Teknologi AI
-
Jadi Kiper Tertua di Timnas, Emil Audero Masih Bisa Jadi Amunisi Jangka Panjang Indonesia
-
Realme Neo 7 Turbo Siap Meluncur Bulan Ini, Tampilan Lebih Fresh dan Bawa Chipset Dimensity 9400e
-
Realme GT 7T Segera Hadir dengan Sensor Selfie 32 MP dan Baterai Jumbo 7000 mAh