Sebagai seorang perempuan, sering kali kita terjebak dalam beberapa aturan tidak tertulis yang menghendaki kita untuk melakukan ini dan itu.
Oleh karena kita adalah seorang perempuan, ada berbagai batasan yang sepertinya menghambat kita untuk mengekspresikan diri.
Katanya, perempuan tak perlu bersekolah hingga ke jenjang tertinggi karena ujung-ujungnya bakal berakhir di dapur juga.
Saat menjadi seorang istri, perempuan hendaknya menurut dengan apa kata suami. Perempuan dituntut untuk menjadi istri dan ibu yang telaten dalam mengurus pekerjaan rumah tangga.
Seorang istri dan ibu yang memilih untuk berkarier dalam pekerjaannya dianggap sangat tega karena menelantarkan keluarga.
Tapi berdiam diri di rumah saja kerap membuat kita jenuh sebagai seorang perempuan. Lantas, bagaimana sih kita harus menyikapi segala keterbatasan yang menghinggapi peran kita sebagai seorang perempuan?
Nah, jika kamu seorang perempuan dan sering terjebak dalam banyak dilema seperti di atas, ada sebuah buku menarik yang bisa menjawab segala kebingungan tersebut.
'Girls, Stop Apologizing' karya Rachel Hollis adalah sebuah buku yang bisa memandu para perempuan untuk mencapai kehidupan yang diinginkannya, tanpa perlu khawatir lagi dengan segala stigma yang melekat pada statusnya sebagai seorang perempuan.
Lewat buku ini, Rachel seperti menyadarkan seorang perempuan bahwa kita bisa menjadi sosok yang berdaya tanpa harus ditakutkan dengan ekspektasi orang lain.
Dimulai dari mengenali alasan-alasan yang kerap menghambat dan membuat kita meragukan diri sendiri. Setelah itu, Rachel menjelaskan tentang langkah konkret yang bisa kita tempuh untuk menjadi seorang perempuan yang berdaya.
Terakhir adalah mengembangkan keterampilan yang bisa menjadi batu loncatan kita untuk meraih kehidupan yang diinginkan.
Secara umum, saya amat suka dengan gaya persuasi yang disampaikan oleh Rachel Hollis dalam bukunya ini. Lewat narasi yang disampaikan, saya merasa bahwa Rachel ini benar-benar 'cerewet' dalam menasihati para perempuan agar menjadi sosok yang kuat, tegar, dan mampu berdikari.
Kalau kamu punya cita-cita menjadi seorang alpha female, atau mungkin sudah jenuh dengan semua aturan yang mengekangmu selama ini untuk mengejar impian yang tertunda, saya sangat merekomendasikan buku ini sebagai salah satu bacaan yang sangat inspiratif!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Marketplace Khusus Bisnis Perempuan: Langkah Jitu Membangun Ekosistem Usaha yang Inklusif
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Novel The New Girl: Sisi Gelap Draycott Academy yang Penuh Diskriminasi
-
Jadi Ruang Perempuan untuk Tumbuh dan Berdampak, Women Empowerment Conference 2025 Siap Digelar
-
Kesetaraan Gender Masih Jadi Tantangan, Forum Ini Dorong Perempuan Ambil Peran Strategis
Ulasan
-
4 Novel Romance Berlatar Musim Gugur: Kisah Cinta di Saat Daun Berguguran
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Novel The New Girl: Sisi Gelap Draycott Academy yang Penuh Diskriminasi
-
Ulasan Film Qodrat 2: Atmosfer Horor Terbangun Kuat Sejak Menit Pertama
-
Ulasan Film Bidaah, Series Malaysia yang Viral: Kelompok Ajaran Menyimpang
Terkini
-
Piala Asia U-17: Timnas Indonesia Wajib Jaga Marwah saat Ladeni Afghanistan
-
3 Pemain Timnas Indonesia U-17 yang Layak Promosi ke Level Timnas U-20
-
Berniat Rayakan Galungan di Bali: 3 Aktivitas Ini Bikin Kamu Makin Dekat dengan Budaya Lokal
-
Timnas Indonesia U-17: Tim Non-unggulan yang Bikin Lawan-Lawannya dalam Posisi Sulit
-
Lolos Piala Dunia U-17 2025, 3 Pemain Keturunan Ini Bisa Dinaturalisasi!