Pernahkah kamu berpikir, "Bagaimana rasanya bisa hidup selamanya?" Mungkin sebagian dari kita menganggapnya itu cuma fantasi belaka, tapi bagi Bryan Johnson, seorang miliarder teknologi, itu adalah kenyataan yang dia kejar dengan segala cara dalam film dokumenter: Don't Die: The Man Who Wants To Live Forever, yang disutradarai Chris Smith, yang dulu dikenal lewat ‘Fyre’ dan ‘Tiger King’.
Sinopsis Film Don't Die: The Man Who Wants To Live Forever
Bryan Johnson, dengan menggunakan berbagai metode yang cukup ekstrem, dia berusaha memperpanjang hidupnya sebanyak mungkin. Dimulai dengan melakukan rutinitas super ketat, yang bikin kita bertanya-tanya seberapa jauh seseorang bisa pergi demi hidup lebih lama. Yang bahkan, melalui dokumenter ini, eksplorasi sisi psikologis dari obsesinya terkait umur panjang dan bagaimana teknologi bisa memengaruhi cara kita memandang hidup dan kematian, digambarkan dengan begitu nyata. Sederhananya, ini adalah kisah tentang ambisi besar, teknologi, dan dilema moral yang muncul ketika kita berusaha mengalahkan waktu.
Panjang Umur: Ketakutan atau Ambisi?
Film ini benar-benar menyajikan gambaran tentang bagaimana ketakutan akan kematian bisa mendorong seseorang mencari cara-cara ekstrem untuk memperpanjang hidup. Bryan Johnson bukan hanya menjalani pola makan yang ketat dan terapi medis yang canggih, tapi juga menggantungkan harapannya pada teknologi canggih yang mungkin belum terbukti efektif.
Seriusan ya. Nonton ini tuh memicu pertanyaan penting: Apa ini semata-mata ambisi ataukah dia melarikan diri dari penuaan dan ingin ‘setidaknya’ hidup lama? Mungkin bagi sebagian orang, hidup lebih lama adalah tujuan yang sah, tapi di sinilah dilema etis muncul—bagaimana jika upaya yang dilakukan Bryan justru menghancurkan sisi kemanusiaan? Semua tergantung dari sudut pandang mana kamu menilainya.
Film Dokumenter yang Jujur
Penggambaran yang jujur dan terbuka terkait kehidupan pribadi Bryan Johnson, itu bikin diriku bisa melihat dengan jelas, betapa besarnya pengaruh ketakutan akan kematian dalam keputusan yang diambilnya.
Ya, film ini berhasil menggambarkan perjuangan mental dan fisik yang dilalui Johnson dengan cara yang relatable. Dan jadi lebih menarik karena kita juga diajak merenungkannya.
Selain itu, film ini cukup berhasil menunjukkan bagaimana kecanggihan teknologi bisa memengaruhi cara kita berpikir tentang tubuh dan hidup itu sendiri. Kehadiran berbagai ahli medis dan ilmuwan yang berpendapat bahwa Johnson mungkin memberikan data yang menarik, meskipun nggak ada jaminan validitas ilmiahnya, jadi titik menarik untuk memperdebatkan keabsahan pendekatan tersebut dalam dunia medis.
Film yang Terlalu Permisif
Namun, film ini juga nggak lepas dari kekurangan. Salah satunya adalah pendekatan Sutradara Chris Smith yang terkadang terasa terlalu permisif. Ada beberapa momen di mana kritik terhadap Bryan Johnson bisa lebih diperdalam, tapi nyatanya nggak. Film ini juga nggak cukup menggali secara mendalam konsep "usia biologis" yang digembar-gemborkan Johnson: Apa yang dimaksud dengan usia biologis yang bisa diukur dan apakah itu benar-benar bisa menjadi kunci untuk mencapai usia 200 tahun? Sayangnya, hal ini dibiarkan terbuka tanpa penjelasan yang memadai. Hadeh!
Apakah benar-benar ingin hidup lebih lama, atau justru menerima kenyataan, kematian adalah bagian alami dari hidup? Film ini nggak ngasih jawaban pasti. Malah ngasih banyak ruang untuk merefleksikan pandangannya terhadap hidup dan kematian. Kamu bisa menontonnya di Netflix ya.
Skor: 2/5.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film Karate Kid - Legends: Pukulan Nostalgia tapi Kurang Greget!
-
Mission Impossible The Final Reckoning: Masa Depan Untuk Bintang Baru?
-
Mitos dan Aksi, Racikan Seru dalam Film Fountain of Youth
-
Review FIlm Dendam Malam Kelam: Perselingkuhan, Pembunuhan, dan Penyelidikan
-
Mission Impossible - The Final Reckoning: Warisan Ethan Hunt Berlanjut?
Artikel Terkait
-
Film Animasi The Witcher: Sirens of The Deep Segera Tayang Bulan Depan di Netflix
-
Film Cunk on Life, Dokumenter Satir dan Pandangan Nakal tentang Hidup
-
Netflix Umumkan Jajaran Pemain Variety 'Crime Scene', Ada Park Ji Yoon
-
Ada IVE Hingga aespa, Netflix Bagikan Daftar Soundtrack XO KITTY Season 2
-
Tipu Daya Cinta dalam Film The Love Scam
Ulasan
-
Review Film Karate Kid - Legends: Pukulan Nostalgia tapi Kurang Greget!
-
3 Tradisi Unik di Masyarakat Indonesia dalam Menyambut Hari Raya Idul Adha
-
Ulasan Novel Greta & Valdin: Tentang Cinta, Luka, dan Kekacauan Identitas
-
Lagu MEOVV 'Hands Up': Ambisi Kuat untuk Tidak Menyerah pada Tantangan
-
Ulasan Komik Tomo dan Tama: Keseharian Dua Bocah yang Lugu dan Lucu
Terkini
-
Memberi Uang kepada Pengemis: Wujud Kepedulian atau Memelihara Kemalasan?
-
Singapore Open 2025: Jadwal Laga Lima Wakil Indonesia di Babak 16 Besar
-
Tecno Watch Pro 2 Turut Meluncur, Smartwatch Layar AMOLED Harga 400 Ribuan
-
Venezia Terdegradasi, Jay Idzes Berpeluang Pindah Klub Musim Depan?
-
Selain Paes dan Marselino, 3 Pemain Ini Juga Berpeluang Dicoret dari Timnas Indonesia