Novel Drama Kos 7 Bujang karya E. Dewi Saff adalah cerita ringan yang menghibur sekaligus menyentuh hati. Kisah ini berpusat pada Nana, seorang mahasiswi semester akhir yang terpaksa mengambil alih tugas ayahnya mengelola kos-kosan setelah sang ayah terkena stroke. Kehidupan Nana berubah drastis, dari tenang menjadi penuh hiruk-pikuk akibat ulah tujuh penghuni kos yang penuh drama.
Ketujuh penghuni kos memiliki karakter unik yang membuat cerita ini sangat hidup. Ada Jhony yang sering bikin masalah, Hobi si "raja panu" yang selalu minta digaruk Imin, hingga Juki yang sering merepotkan Nana. Tingkah mereka yang absurd sering kali membuat pembaca terpingkal-pingkal, tetapi juga mencerminkan kehangatan dalam hubungan antar manusia.
Menariknya, penulis menyisipkan elemen budaya lokal dengan penggunaan dialog berbahasa Jawa. Bagi pembaca yang tidak memahami bahasa Jawa, jangan khawatir, karena ada terjemahannya. Namun, bagi yang paham, hal ini memberikan nuansa akrab yang memperkaya pengalaman membaca.
Konflik utama tidak hanya terletak pada kehebohan para bujang, tetapi juga pada permasalahan keluarga Nana. Salah satunya adalah hubungan yang rumit dengan kakaknya, Nathan, yang menjadi penyebab utama ayah mereka jatuh sakit. Nathan digambarkan sebagai sosok egois yang mengambil apa yang bukan haknya, sehingga membuat Nana harus menanggung beban lebih.
Selain humor, novel ini juga penuh dengan pesan kehidupan. Perjuangan Nana menyelesaikan skripsinya sambil menghadapi masalah kos-kosan dan keluarga mengajarkan kita bahwa hidup memang penuh tantangan, tetapi selalu ada jalan keluar. Hubungan antara Nana dan penghuni kos menunjukkan bahwa bantuan bisa datang dari mana saja, bahkan dari orang-orang yang awalnya kita anggap merepotkan.
Menurut saya, novel ini berhasil menggabungkan elemen komedi dan drama secara seimbang. Humor yang disajikan sangat segar dan menghibur, tetapi tetap menyentuh hati.
Konflik keluarga dan perjuangan Nana terasa sangat relevan, terutama bagi pembaca yang sedang menghadapi tekanan hidup atau tugas berat. Penulis berhasil menciptakan karakter yang hidup dan cerita yang membekas. Saya sangat merekomendasikan novel ini bagi siapa pun yang ingin membaca sesuatu yang menghibur tetapi juga bermakna.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel Komedi Kang Ojol: The Last Stop, Lika-Liku Hidup Sopir Ojol
-
Ulasan Novel Hi Serana Adreena, Perjuangan Anak Pertama yang Penuh Air Mata
-
Ulasan Novel Pelangi Waktu Malam, Kisah Luka dan Cinta yang Terlambat
-
Romansa Musim Dingin dalam Novel Cruel Winter with You
-
Ulasan Novel Blinded, Perjalanan Penyembuhan Diri dari Eksploitasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Apres La Pluie: Setelah Hujan tentang Mencari Makna Hidup
-
Kisah Santri Putri yang Gemar Usilin Gurunya dalam Novel Just For U, Ustadz
-
Review Film Afterlife of the Party: Kesempatan Kedua Setelah Kematian
-
Review Film He's all That: Kisah tentang Popularitas dan Cinta Sejati
-
Ulasan Novel 3726 MDPL: Impian untuk Mendaki Gunung Rinjani
Ulasan
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
-
Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Seri Horor yang Menyeramkan!
-
Ulasan Novel Three Sisters: Perempuan di Pasca-Revolusi Kebudayaan Tiongkok
-
Ulasan Novel The Friend Zone: Pilihan Sulit Antara Cinta dan Mimpi
-
Ulasan Novel Bedebah di Ujung Tanduk: Titik Balik Dunia Shadow Economy!
Terkini
-
4 Rekomendasi Toner Bengkuang untuk Warna Kulit Merata dan Cerah Alami
-
Mees Hilgers Tolak Panggilan Timnas, Kluivert dan PSSI Kompak Kasih Sentilan Halus
-
Sidang Gibran 8 September 2025: Mungkinkah Wapres Bayar Ganti Rugi Rp125 Triliun?
-
FIFA Matchday 2025: 3 Hal Ini akan Membuat Indonesia Sangat Malu jika Kalah dari China Taipei
-
Lebih dari Sekadar Demo: Aksi Ibu-Ibu Ini Buktikan Aspirasi Bisa Disampaikan Tanpa Anarki!