Pernah nggak kamu penasaran dengan cara kerja otak manusia dalam berpikir dan mengambil keputusan? Misalnya ketika menyaksikan seseorang bertindak yang rasanya di luar nalar.
Akhirnya jadi mikir, kenapa ya orang itu bisa nekat melakukan hal tersebut? Atau kenapa sih ada orang-orang yang bisa bersikap tega dan kejam saat menyakiti seseorang?
Segala bentuk pertanyaan tentang cara kerja otak manusia dan proses berpikir bisa kamu temukan dalam buku berjudul 'Berpikir Non Linier' karya P. Bhumi Hoeman.
Mempelajari kemampuan otak untuk berpikir dan menyelesaikan masalah itu penting. Sebab dari hal tersebut, kita jadi tahu akar permasalahan seluruh keputusan hidup yang kita ambil.
Terkait hal di atas, buku ini memberikan panduan baik secara teori maupun praktek tentang cara menjalankan program "aplikasi" di dalam otak untuk mengatasi berbagai masalah.
Adapun berpikir secara non linier menjadi alat yang mampu menjalankan program otak tersebut secara maksimal. Kita bisa menalar lalu bertindak berdasarkan akal-budi dengan standar universal yang terbuka.
Dengan berpikir non-linier, kita mampu mengolah stres sebagai eustress (good stress) yang memungkinkan kita untuk berkembang dan menghasilkan perasaan syukur dan ikhlas saat melewatinya.
Untuk mempelajari mengenai proses berpikir non-liniear ini, penulis menyajikan beberapa skema dan diagram yang memudahkan pembaca untuk menyimak alur berpikir yang terjadi pada otak untuk menghasilkan tindakan.
Hanya saja, untuk mempelajarinya butuh fokus mendalam. Buku ini bukanlah tipe buku sekali baca yang bisa dipahami dengan mudah. Saat membacanya pun, saya harus membolak-balik beberapa halaman untuk memahami penjelasan yang dimaksud oleh penulis.
Secara umum, teori yang disampaikan memang lumayan mind-blowing. Memahami apa yang dipaparkan oleh penulis dalam buku ini bisa memberikan kita gambaran untuk lebih mengenali diri sendiri dan segala akar masalah dari keputusan yang kita buat.
Meskipun memang membaca buku seperti ini mesti pelan-pelan karena ada banyak istilah yang disebutkan oleh penulis, serta butuh pemahaman yang mendalam untuk mengkorelasikan antara satu konsep dengan konsep lainnya.
Jadi, bagi pembaca yang ingin belajar tentang proses berpikir, buku ini bisa menjadi salah satu referensi!
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
Ulasan
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
Film What's Up With Secretary Kim, Semenarik Apa sih Adaptasi Drakor Ini?
-
Raisa Mengubah Pasrah Menjadi Self-Respect Bertajuk Terserah di Ambivert
-
Makjleb! 3 Amanat Satir dalam Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
Terkini
-
Eza Gionino Sepakati Nominal Nafkah Anak, Sudah Mantap Bercerai?
-
Joey Peluppesy Dikabarkan ke Persib Bandung, Lini Tengah Disesaki Pemain Timnas Indonesia
-
Soft sampai Edgy Style! Sontek 4 Gaya Daily OOTD ala Bang Jeemin izna
-
Silly Season 2026: Ke Mana Fabio Quartararo Akan Berlabuh?
-
Setelah Dievakuasi, Ancaman Belum Usai: Risiko Kesehatan Kontaminasi Cs-137