Memasuki bulan suci Ramadan seperti sekarang ini, tentunya di kota Bandung akan kembali dimeriahkan kembali dengan tradisi Ngabuburit. Tradisi masyarakat Sunda yang kental dilakukan pada bulan Ramadan ini memang sudah tersebar hingga ke seluruh penjuru Indonesia saat ini.
Namun, tahukah kamu bahwa pada masa dahulu, tepatnya pada awal masa 1900-an, masyarakat kota Bandung memiliki berbagai cara unik untuk melakukan kegiatan Ngabuburit menjelang waktu berbuka puasa. Berikut ini 3 kebiasaan ngabuburit masyarakat kota Bandung tempo dulu saat bulan Ramadan.
1. Ngurek
Melansir dari artikel yang terbit dalam “Historia Madania, Vol. 2, No. 2, 2018”, salah satu kebiasaan masyarakat di kota Bandung dan sekitarnya saat melakukan ngabuburit pada masa penjajahan Belanda hingga pertengahan periode 1900-an adalah Ngurek. Ngurek sendiri merupakan kegitana berburu belut di sekitar pematang sawah atau sisi sungai.
Pada zaman dahulu, kota Bandung masih memiliki banyak area pematang sawah dan sungai-sungainya masih menjadi habitat yang cukup baik bagi para belut liar. Kegiatan ini sendiri sering dilakukan oleh anak-anak hingga remaja kota tersebut sembari menunggu waktu berbuka. Umumnya ngurek akan dilakukan menggunakan kail pancit yang diikatkan dengan kawan ataupun benang. Umpan yang digunakan cukup beragam, mulai dari sisa makanan hingga umpan cacing yang disukai oleh belut.
2. Mandi Sore di Kawasan Sumur Bor
Pada awal dekade 1900-an, pemerintah kolonial di kota Bandung mulai membangun banyak kawasan sumur bor untuk masyarakat mengambil air dan mandi. Melansir dari laman historia.id, sumur-sumur bor ini didirikan di sekitar Kantor Pos (Alun-alun), di belakang Gubernuran (Cicendo), depan Kelenteng (Ciroyom), kemudian di simpang Jalan Merdeka-Riau dan beberapa kawasan lainnya.
Masyarakat kala itu akan membayar dengan uang sebesar 1 sen untuk bisa mengambil air dan mandi di tempat sumur bor. Hal ini kemudian lazim dilakukan saat bulan Ramadan sembari melakukan ngabuburit ketika menunggu waktu buka. Di masa itu pula banyak anak-anak yang selepas bermain waktu sore hari akan mandi di kawasan sumur bor menjelang waktu berbuka puasa.
3. Bermain Layan-layang di Alun-alun Kota
Salah satu kebiasaan masyarakat kota Bandung tempo dulu, khususnya kawula mudanya adalah gemar bermain layang-layang di lapangan alun-alun kota. Kebiasaan ini diketahui kerap dilakukan pada awal dekade 1920-an hingga setelah Indonesia merdeka. Umumnya, anak-anak muda tersebut akan menghabiskan waktu ngabuburit sewaktu bulan Ramadan dengan bermain layang-layang selepas waktu ashar. Setelah menjelang waktu berbuka, mereka akan antri di kawasan sumur bor untuk mandi sore.
Nah, itulah beberapa kebiasaan masyarakat kota Bandung tempo dulu saat melakukan ngabuburit di bulan Ramadan.
Baca Juga
-
Fenomena Maskot dalam Futsal: Sarana Pengekspresian Diri bagi Anak Muda
-
BRI Super League: Takluk dari Persib, Pelatih Persebaya Isyaratkan Evaluasi
-
Rivalitas dalam Futsal: Panas di Atas Lapangan, Meriah di Tribun Penonton
-
Tentang Futsal: Ekspresi Diri Anak Muda, Jadi Wadah Reuni Kaum Dewasa
-
Timnas Gagal Lolos Piala Asia U-23, Gerald Vanenburg Justru Singgung STY
Artikel Terkait
-
Bandung Tidak Pernah Habis Pilihan Kuliner, Cihapit Sebagai Bukti Nyata!
-
Slow Living di Bandung: Temukan Ketenangan di Tengah Kota yang Kian Dinamis
-
Ulasan Novel Bandung Menjelang Pagi: Kamu dan Oleh-Oleh Bernama Patah Hati
-
Bolehkah Salat Tarawih di Rumah dan Cuma 8 Rakaat Saja?
-
Bervakansi Akhir Pekan Lewat Pameran Karya Seni di Grey Art Gallery Bandung
Ulasan
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
-
Review Film Red Sonja: Petualangan Savage yang Liar!
-
Review Film DollHouse: Ketika Boneka Jadi Simbol Trauma yang Kelam
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
Ulasan Novel Mean Streak: Keberanian Memilih Jalan Hidup Sendiri
Terkini
-
Prabowo Anugerahkan Pangkat Jenderal Kehormatan untuk Djamari Chaniago dan Ahmad Dofiri
-
Mental Baja di Lapangan Kecil: Psikologi Pemain Futsal
-
Prabowo Lantik 11 Pejabat Baru: Ini Daftar Menteri Kabinet Merah Putih
-
Dari Gang Kecil Uruguay ke Panggung Dunia: Lahirnya Futsal
-
Ribuan Ilmuwan Geruduk Kantor Presiden, Tegaskan Kalau Perubahan Iklim Masalah Nyata!