Sudah bertahun-tahun lamanya, perempuan selalu menjadi pihak yang dirugikan. Meskipun zaman kian berkembang, masih banyak oknum-oknum yang menyalahkan dan menyudutkan perempuan. Contohnya saja seperti saat ini, perempuan dianggap sebatas "pabrik anak" yang hidup dan matinya ada di dapur.
Sebagai bentuk kontribusi atas dukungan gerakan perempuan, ada banyak sekali penulis yang membuat plot dengan tokoh utama perempuan yang kuat, umumnya dikenal sebagai "strong female character". Strong female character ini maksudnya seorang karakter perempuan yang menunjukkan ketahanan, kemandirian, dan kompleksitas—sering kali menentang norma gender. Dia memiliki tujuan, dorongan, dan motivasi sendiri dalam cerita, yakni karakter yang sepenuhnya terwujud dan tidak hanya digambarkan melalui lensa feminin yang stereotipikal.
Di bawah ini adalah tiga buku dengan strong female character, perempuan yang melawan, dan alur cerita yang meninggalkan jejak dalam benak.
1. Circe Karya Madeline Miller
Novel Circe diakui sebagai buku yang mengangkat tema feminis. Circe merupakan novel fiksi berbasis mitologi Yunani, yaitu Dewi Circe. Circe adalah anak perempuan dari dewa matahari (Helios) dan nimfa Oceanid (Perse). Circe dikenal sebagai ahli ramuan dan herbal.
Novel ini menceritakan kisah hidup Circe, mulai dari kelahirannya yang dianggap aneh karena tidak berkuasa seperti ayahnya dan tidak memikat seperti ibunya. Hubungan Circe dengan saudara-saudaranya pun tidak baik karena dipenuhi kecemburuan dan kekejaman. Tidak memiliki teman dewa-dewi, Circe mencoba mencarinya di dunia manusia. Circe juga mengembangkan kemampuannya sebagai penyihir yang ahli dalam membuat ramuan dari herbal.
Plot dalam novel Circe cukup berat, apalagi konflik yang diangkat beragam. Mulai dari Circe kecil, Circe dewasa yang diasingkan oleh Zeus karena dianggap sebagai ancaman, sampai Circe yang kehilangan banyak hal. Potret Circe dalam novel sesuai dengan Circe yang dikisahkan dalam mitologi Yunani. Penambahan bumbu-bumbu fiktif membuat tokoh Circe meninggalkan kesan yang kuat dalam benak pembaca.
2. Lebih Senyap dari Bisikan Karya Andina Dwifatma
Lebih Senyap dari Bisikan ditulis melalui sudut pandang seorang wanita bernama Amara. Sifat Amara yang nyeleneh dan vulgar membuat gaya penulisan jadi komikal dan penuh satire.
Pernikahan Amara dan Baron yang telah melewati sembilan tahun masih juga belum dikaruniai seorang anak. Sampai suatu hari, keajaiban itu datang. Amara mengandung dan sejak hari itu, dia dan Baron sigap mempersiapkan segalanya. Akan tetapi, kehidupan manis yang diimpikan Amara semakin menipis sampai akhirnya hilang tak bersisa.
Novel ini menunjukkan perjuangan Amara yang bertahan sendirian. Amara menghadapi keterpurukan bertubi-tubi, tetapi dia tidak pernah menyerah sedikit pun. Dia berhasil bangkit, bangkit lagi, dan bangkit terus sampai kemerdekaan diraihnya. Selain menunjukkan perjuangan perempuan, Lebih Senyap dari Bisikan juga menunjukkan kehidupan pernikahan yang tidak selalu manis, pasti akan ada pelik permasalahan di dalamnya.
3. Salvation of a Saint (Dosa Malaikat) Karya Keigo Higashino
Salvation of a Saint adalah novel misteri detektif yang ditulis dalam banyak sudut pandang. Akan tetapi, fokus novel ini adalah menunjukkan perlawanan wanita bernama Ayane. Ayane adalah tokoh utama perempuan yang sangat kuat, elegan, cantik, dan berciri khas unik. Intinya, dia adalah tokoh yang sempurna.
Saat Ayane berada jauh dari rumah, ratusan mil bahkan, suaminya (Yoshitaka) yang ada di rumah tiba-tiba terbunuh. Tidak ada jejak pasti terkait siapa pembunuhnya sebab pelaku melakukan aksi dengan bersih dan rapi. Hal ini membuat polisi dan detektif kebingungan sampai terpecah menjadi dua kepercayaan dugaan terkait kasus. Pertama, detektif Kusanagi meyakini bahwa Ayane tidak mungkin membunuh suaminya karena dia adalah istri yang sempurna. Kedua, asisten detektif Kusanagi, Utsumi, meyakini bahwa Ayane pasti pelakunya didasari insting seorang perempuan.
Untuk mengatasi perbedaan kepercayaan atas kasus, mereka pun memanggil Profesor Manabu Yukawa, seorang profesor fisika yang eksentrik dan memiliki track record memecahkan kasus-kasus pembunuhan dengan tolok ukur sains.
Itu semua adalah tiga dari sekian banyak novel yang menunjukkan perlawanan perempuan sebagai plot utamanya. Membaca novel-novel tersebut juga merupakan bentuk dukungan kecil terhadap perempuan.
Baca Juga
-
Performative Reading: Yakin Betulan Bookworm?
-
Ulasan Novel Book Shamer: Bukan Sekadar Potret Penulis Antikritik
-
Review Alice in Borderland Season 3: Kembali Bermain antara Hidup dan Mati
-
Mengungkap Kebenaran di Balik Permainan dalam Novel Doki-Doki Game: Over?
-
Review Novel Doki-Doki Game: Start!, Eksekusi Plot dalam Bentuk Permainan
Artikel Terkait
-
Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut: Harapan di Tengah Ancaman
-
Ulasan Novel Arkananta, Saat Kehangatan Keluarga Diuji oleh Rasa Kehilangan
-
Dorong Perubahan Berkelanjutan, Ini Kiat Pemberdayaan Perempuan di Indonesia
-
Melihat Tantangan Kesehatan Kaum Hawa di Hari Perempuan Internasional 2025: Dari Jantung, Hormon, hingga Penuaan
-
Hari Perempuan Sedunia, 5 Novel Ini Wajib Dibaca untuk Merayakannya
Ulasan
-
Ulasan Buku "Brothers", Kenangan Kecil untuk Mendiang Sang Adik
-
Ulasan Novel Pachinko, Kisah Tiga Generasi Keluarga Korea di Jepang
-
Ulasan Buku The Art of Stoicism, Misi Pencarian Makna tentang Kehidupan
-
Review Film Sisu: Road to Revenge, Pahlawan Tua yang Tak Terkalahkan!
-
Ulasan Drama Korea The Manipulated: Ketika Kasus Kriminal Bisa Dimanipulasi
Terkini
-
Cantik Itu Luka: Mengapa Orang Rupawan Juga Bisa Jadi Korban Bullying?
-
Intip Sinopsis Film Timur yang Gaet Penjual Burger untuk Perankan Prabowo
-
Nasib Malang Perempuan Nelayan: Identitas Hukum yang Tak Pernah Diakui
-
4 Rekomendasi Body Lotion Kolagen, Bikin Kulit Tetap Kenyal dan Glowing!
-
Merantau: Jalan Sunyi yang Diam-Diam Menumbuhkan Kita