Jesse Q. Sutanto kembali dengan sekuel novel komedi kriminalnya, "Four Aunties and a Wedding", yang merupakan kelanjutan dari "Dial A for Aunties". Novel ini mempertahankan gaya humor khasnya dengan tambahan unsur misteri yang lebih menegangkan. Buku ini mengisahkan kisah baru Meddelin Chan yang kini menghadapi hari pernikahannya yang seharusnya menjadi momen terindah, tetapi justru berubah menjadi kekacauan yang penuh dengan kejahatan dan kekonyolan.
Setelah melewati petualangan gila dalam buku sebelumnya, Meddy akhirnya akan menikah dengan pria impiannya, Nathan. Keluarganya, terutama para bibi kesayangannya, sangat antusias untuk memastikan bahwa pernikahan ini akan berjalan dengan sempurna.
Mereka bahkan mempekerjakan jasa perencana pernikahan dari sesama keluarga Tionghoa-Indonesia di Inggris, yang tampaknya sangat ideal. Namun, segalanya mulai berubah ketika Meddy menyadari bahwa tim perencana pernikahannya ternyata adalah bagian dari sindikat kejahatan.
Kisah ini dengan cepat beralih dari romansa pernikahan menjadi sebuah komedi kriminal yang menegangkan. Meddy, yang sudah terbiasa dengan kekacauan yang disebabkan oleh keluarganya, kali ini harus menangani situasi yang jauh lebih berbahaya. Dengan latar belakang keluarga mafia, para perencana pernikahan ini memiliki rencana terselubung, dan Meddy tidak bisa membiarkan pernikahannya menjadi bagian dari kejahatan tersebut.
Seperti dalam buku sebelumnya, para bibi Meddy kembali menjadi pusat perhatian dengan kepribadian mereka yang unik dan perilaku yang kerap kali menciptakan lebih banyak masalah daripada solusi. Dengan bahasa yang khas mereka, sikap protektif yang berlebihan, serta kecenderungan untuk bertindak sebelum berpikir, mereka memberikan banyak momen lucu sekaligus menegangkan.
Selain unsur humor dan misteri, novel ini juga mengeksplorasi tema keluarga dan tradisi. Jesse Q. Sutanto dengan apik menggambarkan dinamika keluarga Asia yang penuh kehangatan tetapi juga sering kali merepotkan. Konflik antara menghormati keluarga dan mempertahankan independensi pribadi menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi Meddy sepanjang cerita.
Gaya penulisan Sutanto tetap ringan dan mengalir dengan baik. Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam menyeimbangkan unsur komedi dengan ketegangan tanpa kehilangan esensi emosional dari cerita. Setiap bab penuh dengan kejutan dan humor yang membuat pembaca sulit untuk berhenti membaca.
Selain itu, penggambaran budaya Tionghoa-Indonesia yang autentik menjadi salah satu keunggulan utama novel ini. Detail mengenai pernikahan tradisional, kebiasaan keluarga, serta penggunaan bahasa yang mencerminkan latar belakang etnis tokoh-tokohnya membuat novel ini terasa lebih hidup dan kaya akan nuansa budaya.
Dibandingkan dengan buku pertamanya, "Four Aunties and a Wedding" memiliki skala konflik yang lebih besar dan lebih berbahaya. Jika dalam "Dial A for Aunties" Meddy dan bibinya hanya harus menyembunyikan satu insiden kematian yang tidak disengaja, kali ini mereka menghadapi organisasi kriminal dengan konsekuensi yang jauh lebih serius. Hal ini memberikan dimensi baru dalam cerita yang lebih menegangkan namun tetap menghibur.
Salah satu daya tarik utama novel ini adalah bagaimana humor digunakan sebagai alat untuk meredakan ketegangan. Meskipun ada ancaman nyata dalam cerita, gaya komedi yang khas membuat situasi tetap terasa ringan dan menyenangkan. Pembaca tidak hanya dibuat tegang, tetapi juga terhibur oleh aksi konyol para bibi yang selalu punya cara kreatif untuk menyelesaikan masalah.
Dari segi karakter, Nathan tetap menjadi pasangan yang suportif dan penuh pengertian bagi Meddy. Namun, karena fokus utama novel ini adalah kekacauan yang terjadi selama pernikahan, hubungan romantis mereka tidak terlalu banyak dieksplorasi dibandingkan dalam buku pertama. Meski demikian, interaksi mereka tetap terasa manis dan menunjukkan betapa mereka saling mencintai meskipun harus menghadapi berbagai masalah yang tidak masuk akal.
Secara keseluruhan, "Four Aunties and a Wedding" adalah sekuel yang sukses yang mampu mempertahankan pesona buku pertama sambil memberikan tantangan baru yang lebih mendebarkan. Jesse Q. Sutanto membuktikan bahwa ia adalah ahli dalam menulis komedi kriminal yang menyenangkan dan penuh kejutan.
Identitas Buku
Judul: Four Aunties and a Wedding
Penulis: Jesse Q. Sutanto
Penerbit: Berkley
Tanggal Terbit: 29 Maret 2022
Tebal: 293 Halaman
Baca Juga
-
Ulasan Novel The Three Lives of Cate Kay: Antara Karier dan Keluarga
-
Film Komedi Kinda Pregnant, Kebohongan Kehamilan Menjadi Realita Emosional
-
Ulasan Novel Husbands & Lovers: Skandal Cinta, Pernikahan, dan Pengkhianatan
-
Ulasan Novel The Heiress: Ketika Warisan Menjadi Intrik dan Pengkhianatan
-
Ulasan Novel Good Bad Girl: Empat Perempuan dan Satu Misteri Kematian
Artikel Terkait
-
3 Rekomendasi Novel Penulis Indonesia tentang Pendakian Gunung, Sudah Baca?
-
Bikin Hati Adem, Ini 3 Novel Jepang Berlatar Toko Buku dan Perpustakaan
-
Review Novel 'TwinWar': Pertarungan Harga Diri di Balik Wajah yang Sama
-
Novel The Good Part: Makna Perjuangan yang Menjadikan Hidup Lebih Sempurna
-
Review Novel 'Kerumunan Terakhir': Viral di Medsos, Sepi di Dunia Nyata
Ulasan
-
Review Film Angkara Murka: Horor dan Kekuasaan di Balik Gelapnya Tambang
-
Ulasan Novel The Three Lives of Cate Kay: Antara Karier dan Keluarga
-
Film Komedi Kinda Pregnant, Kebohongan Kehamilan Menjadi Realita Emosional
-
6 Rekomendasi Wisata Air Terjun di Sumba, Ada yang Mirip Niagara
-
Review Film Lilo & Stitch: Live-Action yang Cuma Dibikin Ulang?
Terkini
-
Simon Pegg Tolak Film Shaun of the Dead Dibuatkan Sekuel, Ini Alasannya
-
4 Padu Padan Gemes OOTD Putih ala Rei IVE, Bikin Tampilan Tak Membosankan Lagi
-
Elektronik hingga Romantis, Intip Preview Album ENHYPEN Bertajuk Desire: Unleash
-
Mengenal Lebih Dalam Dunia Film Surealis yang Aneh tapi Memikat
-
Taylor Swift Disinyalir Berpotensi Kimball Membeli Master untuk Album Lama