Ada momen-momen dalam hidup ketika kita butuh rehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia yang serba cepat. Saat itulah memutuskan untuk kembali menonton salah satu karya terbaik dari Studio Ghibli: My Neighbor Totoro merupakan pilihan yang tepat. Film ini bukan sekadar tontonan anak-anak, tapi juga sebuah pengalaman yang lembut, penuh keajaiban, dan menyentuh jiwa.
Disutradarai maestro animasi Jepang, Hayao Miyazaki, dan diproduksi Studio Ghibli, film ini pertama kali rilis di Jepang pada 16 April 1988.
Dengan durasi sekitar ± 86 menit, ‘My Neighbor Totoro’ sudah menorehkan sejarah sebagai salah satu film animasi terbaik sepanjang masa. Film ini bahkan memenangkan beberapa penghargaan bergengsi, di antaranya: Kinema Junpo Award for Best Film of the Year, Mainichi Eiga Concours Award for Best Film, dan Anime Grand Prix di tahun yang sama.
Film My Neighbor Totoro pengisi suaranya keren-keren lho, termasuk:
- Noriko Hidaka sebagai Satsuki
- Chika Sakamoto sebagai Mei
- Shigesato Itoi sebagai Tatsuo Kusakabe
- Sumi Shimamoto sebagai Yasuko Kusakabe
- Hitoshi Takagi sebagai Totoro
Sementara musik yang mengiringi petualangan magisnya digubah Joe Hisaishi, yang berhasil menciptakan nuansa hangat dan penuh imajinasi lewat melodi-melodinya.
Sekilas tentang Film My Neighbor Totoro
Ceritanya tertuju pada dua gadis kecil bernama Satsuki dan Mei yang pindah bersama ayah mereka ke rumah tua di pedesaan Jepang.
Kepindahan mereka dilakukan agar bisa lebih dekat dengan sang ibu yang sedang dirawat di rumah sakit akibat sakit yang belum sembuh total.
Seiring waktu, dua gadis itu menemukan sesuatu, bahwa rumah baru mereka nggak sesederhana yang mereka kira.
Mei, si adik yang lebih muda, secara nggak sengaja mengikuti makhluk kecil misterius hingga akhirnya bertemu dengan makhluk besar berbulu—Totoro. Sejak pertemuan itu, dunia mereka dipenuhi dengan petualangan magis yang hanya bisa dilihat anak-anak, mulai dari naik ke pohon raksasa bersama Totoro hingga terbang di atas Kucing-Bus (Catbus) yang eksentrik.
Menarik sekali ya, Sobat Yoursay? Sini simak lebih dalam kesan-kesan mendalamnya!
Impresi Selepas Nonton Film My Neighbor Totoro
Sebagai penonton dewasa, aku benar-benar menikmati bagaimana film ini menyampaikan cerita tanpa harus menghadirkan konflik besar. Nggak ada penjahat, nggak ada drama yang berat, tapi justru itulah kekuatannya. My Neighbor Totoro seperti pelukan hangat di musim hujan—sederhana, tapi membekas.
Aku menyukai bagaimana film ini membiarkan kita menikmati setiap detik keajaiban yang muncul dari hal-hal kecil. Seperti saat Mei mengejar makhluk kecil di halaman belakang, atau saat Satsuki dan Mei menunggu bus malam sambil berteduh di bawah daun besar. Setiap adegan terasa hidup, dan seolah-olah membawa aku kembali ke masa kecil ketika imajinasi masih begitu nyata dan alam masih terasa begitu dekat.
Hayao Miyazaki memang kerap menyisipkan nilai-nilai penting dalam filmnya, dan Totoro nggak terkecuali. Film ini mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan dengan alam. Dalam salah satu adegan sang ayah berkata, “Pohon dan manusia bisa bersahabat, dan jika kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita.” Itulah pesan sederhana, tapi relevan untuk masa kini yang semakin jauh dari kesadaran ekologis.
Meskipun dibuat lebih dari tiga dekade lalu, Film My Neighbor Totoro tetap terasa segar dan relevan hingga hari ini, yang mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga hubungan dengan keluarga, kekuatan imajinasi, dan betapa berharganya hubungan manusia dengan alam.
Buat aku pribadi, ini nggak hanya film anak-anak. Ini adalah surat cinta kepada masa kecil, kepada harapan, dan kepada dunia yang lebih sederhana.
Jadi kalau Sobat Yoursay mencari film yang bisa membuat hati tenang, tersenyum sendiri, dan mungkin sedikit menangis karena rindu akan masa kecil, tontonlah Film My Neighbor Totoro.
Skor: 4,5/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Konflik Agraria yang Menggetarkan dalam Film Seribu Bayang Purnama
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual
-
Review Film Tornado: Perjalanan Visual dan Cerita yang Mengalir Lambat
-
Review Film Fear Street - Prom Queen: Pembantaian Malam Pesta yang Melempem
Artikel Terkait
-
Film Jumbo Dipuji Anies Baswedan, Benih Lahirnya Studio Ghibli Tanah Air
-
Gibran hingga Studio Ghibli: Guncangan AI di Dunia Kesenian Visual
-
AI Ghibli: Inovasi atau Ancaman Para Animator?
-
Kontroversi: Ghiblifikasi AI Lukai Hayao Miyazaki, 'AI Tak Punya Jiwa'
-
7 Rekomendasi Film Studio Ghibli Terfavorit Sepanjang Masa, Heboh Gaya Animasinya Kini Ditiru AI
Ulasan
-
Review Film Ballerina: Spin-off John Wick yang Kurang Nampol?
-
Ulasan Buku The Family Dynamic:Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Sukses
-
Rumah Makan Ekrik, Ayam Panas Sederhana yang Menyihir Lidah Warga Jambi
-
Ulasan Buku Brand Yourself: Tips Personal Branding untuk Memperluas Relasi
-
Bosan dengan KPop? &TEAM Coba Dobrak Batas di Lagu Rock "Go in Blind"
Terkini
-
Indonesia vs China: Saat Tim Haus Kemenangan Menjamu Tim Paling Mengenaskan
-
Vivo X Fold 5 Rilis Juli Mendatang, Diyakini Bakal Jadi HP Lipat Paling Ringan di Dunia
-
China Rencanakan Tampil Menyerang, Keuntungan Besar Justru Bakal Didapatkan Timnas Indonesia!
-
Indonesia Open 2025: Match Sengit, Jafar/Felisha Terhenti di Babak Kedua
-
Apple iPhone 17 Series Siap Meluncur September 2025, Intip Spek dan Prediksi Harganya