Ada masanya, adaptasi novel romantis dari Hollywood menjadi primadona. Kita pernah hidup di era ketika ‘Twilight’, ‘The Fault in Our Stars’, sampai ‘Me Before You’ bikin baper massal.
Namun, zaman sudah berubah, dan di tengah tren genre yang makin beragam, Film Beautiful Disaster (2023) datang sebagai nostalgia ringan sekaligus pengingat: Nggak semua kisah manis bisa terasa manis di lidah semua orang!
Disutradarai Roger Kumble di bawah naungan Voltage Pictures dan diadaptasi dari novel best-seller karya Jamie McGuire. Dan film ini dibintangi:
- Dylan Sprouse sebagai Travis Maddox
- Virginia Gardner sebagai Abby Abernathy
- Libe Barer sebagai America Mason
- Austin North sebagai Shepley Maddox
- Brian Austin Green sebagai Mick Abernathy
- Neil Bishop sebagai Parker Hayes
- Dan masih banyak bintang pendukung berbakat lainnya
Nama-nama mereka mungkin nggak semua familier buat semua orang, tapi buat penggemar series remaja atau Netflix-an garis keras, beberapa nama mereka di sini pasti nggak asing.
Yuk kepoin bareng kisahnya!
Sekilas tentang Film Beautiful Disaster
Film Beautiful Disaster mengisahkan tentang Abby Abernathy, mahasiswi baru yang pindah ke Sacramento demi melupakan masa lalunya yang kelam di Las Vegas.
Dia berharap bisa hidup normal, menjauh dari bayang-bayang trauma dan kekacauan masa lalu. Namun tentu saja, hidup nggak pernah sesimpel itu.
Di kampus barunya, Abby bertemu dengan Travis Maddox, petarung jalanan kampus yang punya reputasi sebagai "bad boy" sejati. Dari pertemuan pertama mereka, sudah kelihatan kalau chemistry keduanya akan jadi pusat cerita film ini.
Travis dengan pesonanya yang urakan, Abby dengan sok bergaya "aku-nggak-mau-jatuh-cinta-duluan". Intinya, keduanya saling tarik ulur dalam hubungan yang manis tapi juga penuh drama.
Lumayan menarik, tapi ….
Impresi Selepas Nonton Film Beautiful Disaster
Nonton Film Beautiful Disaster bagi aku terasa seperti makan terlalu banyak permen kapas. Awalnya manis, lembut, bahkan sedikit bikin senyum-senyum sendiri. Eh lama-lama, manisnya jadi kebangetan. Rasanya seperti ditumpuki momen-momen romantis yang terlalu niat buat jadi viral di TikTok, tapi lupa kalau hubungan manusia nyata butuh konflik, pendalaman karakter, dan ya, sesuatu yang lebih dari sekadar tatapan mesra dan gombalan klise. Gaje deh!
Travis digambarkan sebagai pria penuh luka, jago berkelahi, tapi hatinya cuma buat Abby. Abby, di sisi lain, mencoba keras tampil kuat, menolak terjerumus pada pesona si “bad boy”, walau kenyataannya, dari awal dia sudah terpesona.
Ini yang bikin aku gregetan. Penulis naskahnya (juga Jamie McGuire sendiri sebagai penulis novel) seolah-olah ingin menunjukkan proses tarik ulur yang menegangkan, tapi yang ditampilkan malah Abby yang terlihat plin-plan dan Travis yang terlalu mudah ditoleransi meski toxic. Sekali lagi gaje!
Satu hal yang terasa aneh buatku, terkait bagaimana film ini menyimpan konflik besar di seperempat akhir film. Setelah sekitar satu jam lebih disuguhkan romansa ringan dan flirting tanpa henti, tiba-tiba kita dilempar ke dalam drama yang cukup serius, tapi sayangnya, nggak digarap dengan pengembangan yang layak.
Konfliknya datang cepat, berakhir lebih cepat, dan bikin aku merasa seolah-olah menonton bagian akhir film yang ditulis terburu-buru. Penyelesaiannya pun terkesan “lazy writing”. Nggak ada perasaan was-was, nggak ada ketegangan emosional yang berarti, dan hubungannya Abby-Travis tetap berjalan dengan mulus seperti nggak ada apa-apa. Sekali lagi gaje!
Eh, aku nggak bisa bilang Dylan Sprouse dan Virginia Gardner tampil buruk, tapi mereka juga nggak memberikan performa yang memorable. Dylan cukup meyakinkan sebagai cowok cool dan berandalan, tapi karakter Travis yang terlalu "template" membuat aktingnya terasa dangkal. Sementara Virginia Gardner, sayangnya, malah jatuh ke momen cringe terutama saat adegan mabuk, dan buatku pribadi itu lebih mirip adegan parodi ketimbang dramatisasi emosional.
Chemistry mereka di layar juga kurang punya efek “spark”. Mereka memang saling tatap, saling goda, tapi nggak ada lapisan emosi yang membuatku peduli pada hubungan mereka. Rasanya seperti nonton dua orang main peran, bukan sepasang karakter yang sedang saling jatuh cinta. Sekali lagi gaje!
Akhir kata, judul ‘Beautiful Disaster’ memang pas menggambarkan film ini: indah di luar, tapi berantakan di dalam.
Skor: 1/5
Baca Juga
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
Kontroversial dan Bikin Naik Darah! Film Ozora Sukses Mengaduk Emosi
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Review Film In Your Dreams: Serunya Petualangan Ajaib Menyusuri Alam Mimpi
-
Review Film Air Mata Mualaf: Mendalami Gejolak Batin Tatkala Pindah Agama
Artikel Terkait
-
Review Film On Swift Horse: Mengembara dengan Luka dan Cinta
-
Cerita Cornelio Sunny Garap Film Rohtrip, Berawal dari Nongkrong Bareng Teman
-
Review Film Havoc: Aksinya Brutal tapi Ceritanya Lesu
-
Tak Sangka Bakal Jadi Aktris, Aurora Ribero Dulu Tak Tahu Film Ada Syutingnya
-
Pengepungan di Bukit Duri Capai 1 Juta Penonton dalam 10 Hari Tayang
Ulasan
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
-
5 Drama Korea Bertema Kehidupan Anak Kos yang Bikin Kamu Nostalgia
-
Ulasan Novel Aib dan Nasib, Pertarungan Eksistensial Melawan Stigma Sosial
-
Review Film Mertua Ngeri Kali: Pelajaran Cinta dari Mertua Gila!
-
7 Our Family: Luka Keluarga dari Sudut Anak Paling Terlupakan
Terkini
-
Virgoun Tanggapi Isu Rujuk dengan Inara Rusli, Tolak Mentah-Mentah?
-
Peer Preasure dan Norma Feminitas: Ketika Bullying Halus Menyasar Perempuan
-
Sekolah Darurat Pembullyan, Kritik Film Dokumenter 'Bully'
-
Redmi TV X 2026 Resmi Rilis: Harga Rp 5 Jutaan, Bawa Panel Mini LED 55 Inci
-
6 HP Rp 7-10 Jutaan Terbaik 2025: Mana yang Masih Worth It Dibeli di 2026?