Cermin Dua Arah merupakan buku kumpulan fiksi mini yang ditulis oleh Adi K. dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo pada tahun 2019. Buku ini memuat 137 judul fiksi mini dengan total 196 halaman, angka yang cukup padat mengingat setiap kisah hanya menempati satu hingga dua halaman.
Fiksi mini (microfiction) identik dengan prosa yang ditulis secara singkat, langsung pada inti cerita (to the point), dan sering kali ditutup oleh plot twist atau twist ending. Begitu pula pada kumpulan fiksi mini yang ditulis oleh Adi K.
Mayoritas judul hanya ditulis sebanyak satu halaman penuh, tetapi ada juga beberapa judul yang ditulis sampai dua halaman. Meskipun ringkas, substansi yang ingin disampaikan kepada pembaca tetap bisa tersampaikan dengan baik, terasa, bahkan membekas lebih lama dibandingkan cerpen yang lebih panjang.
Salah satu judul fiksi mini yang menjadi judul buku ini, Cermin Dua Arah, merangkum esensi dari keseluruhan isi buku, bahwa fiksi mini bukan sekadar cerita pendek, melainkan juga pantulan dari apa yang pembaca pikirkan, harapkan, atau takutkan.
Pembaca dibuat kebingungan dan penasaran atas prosa yang dibaca, sebab tidak semua fiksi mini dapat dimaknai satu kali baca saja. Begitu juga fiksi mini yang ditulis oleh Adi K. Selain memberikan impresi keliru terhadap pembaca, kebanyakan fiksi mini yang dituliskan memiliki plot gelap dan sedikit mengerikan.
Seperti halnya cermin dua arah yang menyembunyikan satu sisi pandang, fiksi mini dalam buku ini kerap menipu ekspektasi pembaca. Plotnya menggiring kita untuk percaya pada satu hal, hanya untuk membelokkannya secara mengejutkan pada akhir cerita.
Tidak jarang, pembaca dibuat kebingungan dan harus mengulang pembacaan untuk memastikan, semacam, "Tadi aku baca apa, ya?" sembari memandang tembok dengan hati kosong yang kebingungan.
Fiksi-fiksi mini dalam buku ini juga cenderung gelap, baik secara tema maupun penyampaian. Kekerasan, manipulasi, kematian, dan absurditas kehidupan muncul sebagai benang merah meskipun tidak selalu disajikan secara gamblang.
Gaya penceritaan yang minimalis justru menjadi kekuatan utama karena pembaca "dipaksa" mengisi kekosongan narasi dengan imajinasi masing-masing. Inilah yang membuat buku Cermin Dua Arah terasa personal. Setiap pembaca pasti akan mengalami cerita yang berbeda, tergantung bagaimana mereka menafsirkan fragmen-fragmen yang ada.
Untuk memperkuat nuansa misterius dan tidak masuk akal tersebut, Adi K. menyisipkan ilustrasi-ilustrasi hitam putih yang tersebar pada beberapa halaman. Ilustrasi ini tidak muncul secara sistematis karena tidak sebanding dengan jumlah cerita. Selain itu, penempatannya pun tidak selalu berdekatan dengan judul fiksi mini yang relevan.
Oleh karena itulah, ilustrasi-ilustrasi ini terasa seperti teka-teki visual yang mengundang pembaca untuk menebak-nebak, "Gambar ini untuk cerita yang mana, ya?"
Ketidakteraturannya pun memperkuat kesan sureal sehingga pembaca tidak bisa bersantai begitu saja, sebab rasanya selalu ada yang mengintai pada sela-sela halaman buku Cermin Dua Arah.
Secara keseluruhan, membaca Cermin Dua Arah rasanya seperti mencoba memecahkan teka-teki tanpa jawaban pasti. Setiap cerita ibarat kepingan puzzle yang berdiri sendiri. Namun, tetap terasa seperti potongan dari satu semesta yang sama, yakni semesta yang absurd, misterius, dan penuh jebakan makna. Buku ini mengajak kita untuk tidak sekadar membaca, tetapi juga memaknai, merenung, mempertanyakan, dan (sesekali) merinding.
Dalam lanskap literasi populer yang cenderung menyukai narasi panjang dan eksploratif, Cermin Dua Arah menawarkan sesuatu yang berbeda, yaitu narasi serbasingkat yang tidak pernah sederhana.
Keunikan tersebut membuat buku ini patut dilirik, terutama oleh pembaca yang mencari pengalaman membaca luar biasa. Luar biasa di sini dapat diartikan sebagai pengalaman membaca yang membuat terdiam merenungi dinding kamar, berpikir keras, dan barangkali ... sedikit tidak nyaman.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel CADL: Lipogram tanpa Huruf E dengan Keunikannya
-
Fenomena Unpopular Opinion: Ajang Ujaran Kebencian di Balik Akun Anonim
-
3 Novel ini Merupakan Medium atas Sebutan "Perempuan yang Melawan"
-
3 Rekomendasi Bacaan untuk Temani Momen Ngabuburit, Mana Favoritmu?
-
Infinity Nikki Jadi Ruang Ekspresif untuk Hobi Fotografi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel The Housemaid's Wedding: Menyingkap Rahasia di Balik Pernikahan
-
Eksistensi Novel Populer: Ketika Karya Fiksi Menjadi Cerminan Kehidupan
-
Ulasan Buku Everything Is Possible, Inspirasi 10 Menit yang Bikin Semangat!
-
Review Buku Steal Like an Artist: Bukan Plagiat, tapi Seni Kreativitas
-
Ulasan Novel The Coven Tendency: Tempat Kecantikan dan Kematian Bertemu
Ulasan
-
Review Pee-wee as Himself: Dokumenter yang Mengantar Kejujuran Paul Reubens
-
Ulasan Buku One in a Millennial: Refleksi Kehidupan dalam Budaya Pop
-
Ketika Tubuh Menjadi Doa: Refleksi dalam In The Hands of A Mischievous God
-
Bukan Sekadar Lagu Ulang Tahun, Ini Pesan Berani di Lagu SEVENTEEN Bertajuk HBD
-
Review Film Cassiopeia: Saat Ingatan Lenyap, Cinta yang Menuntun Pulang
Terkini
-
Melawan China, Patrick Kluivert Harus Mampu Obati Rasa Sakit yang Dialami oleh Shin Tae-yong
-
Karate Kid: Legends Gagal Salip Lilo & Stitch (2025) di Puncak Box Office
-
Tecno Luncurkan Megabook S16, Laptop Premium Layar Besar dan Bawa Fitur AI
-
Penuh Harmonisasi, ablume Bawakan Lagu 'Cupid (Bossa Version)' Secara Live
-
Indonesia Open 2025: Jadi Andalan, Dejan/Fadia Terhenti di Babak Awal