Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Oktavia Ningrum
Lautan dan Dendamnya (Doc Pribadi/Oktavia Ningrum)

Lautan dan Dendamnya, sebuah novel karya Adib Izra Mirza ini merupakan kisah fiksi yang cukup populer di platform Wattpad. Diterbitkan secara resmi oleh Gramedia Pustaka Utama pada 14 Desember 2022.

Berjumlah 364 halaman, novel ini tak sekadar kisah romansa remaja biasa. Ia memadukan trauma, nilai-nilai agama, dan pertanyaan-pertanyaan besar tentang hidup dan keadilan Tuhan. Menjadikannya salah satu karya yang kuat secara emosional sekaligus reflektif. Cerita ini telah dibaca lebih dari 3,2 juta kali di Wattpad, angka yang mencerminkan daya tarik narasi dan kedalaman emosional yang ditawarkan.

Latar Belakang Bencana Nyata, Kisah Fiksi yang Membumi

Salah satu kekuatan utama novel ini adalah latarnya yang berbasis pada tragedi nyata: tsunami yang melanda Palu pada 28 September 2018. Bencana tersebut menewaskan lebih dari 4.300 jiwa dan menghancurkan ribuan rumah.

Dalam novel, peristiwa ini menjadi titik tolak bagi kehidupan Dania, seorang remaja SMA yang kehilangan keluarga dan rumahnya dalam sekejap. Ia dipaksa bertahan dalam puing-puing kehidupannya yang lama sambil menghadapi pertanyaan-pertanyaan berat tentang keadilan Tuhan dan makna penderitaan.

Alih-alih menghindari topik-topik berat, Adib justru mengangkatnya dengan berani. Tokoh Dania mempertanyakan, “Apakah arti keadilan Tuhan yang sering dikatakan oleh mereka yang hidupnya nyaman dan tenang?” Ini bukan sekadar retorika, tetapi jeritan batin dari seseorang yang hidupnya diisi kehilangan demi kehilangan.

Realisme dan Keteladanan dalam Karakter

Kekuatan karakter dalam novel ini menjadi pilar utama yang menahan seluruh narasi. Dania bukan tokoh remaja yang ditulis untuk memancing simpati; ia adalah cerminan dari banyak jiwa yang tersesat dalam trauma dan berusaha menemukan jalannya kembali. Keteguhannya, sekaligus kegoyahannya, membuatnya terasa sangat nyata dan manusiawi.

Sementara itu, Althar — teman sekelas Dania yang hadir sebagai penolong — bukan hanya pelengkap romansa. Ia membawa serta perenungan mendalam tentang hidup dan kematian. Dalam salah satu bagian, ia mengatakan, “Dunia dijadikan surga, kain kafan dianggap akhir dari segalanya.” Ucapan ini bukan sekadar kutipan puitis, tetapi tamparan lembut bagi pembaca tentang betapa seringnya manusia terjebak pada pemahaman sempit tentang kehidupan.

Narasi Religius yang Mengalir Alami

Salah satu tantangan dalam fiksi religi adalah menjaga keseimbangan antara pesan moral dan alur cerita. Lautan dan Dendamnya berhasil menempatkan nilai-nilai spiritual. Seperti ikhlas, sabar, dan syukur tanpa terkesan menggurui. Religi dihadirkan bukan sebagai hiasan, melainkan sebagai fondasi psikologis tokoh-tokohnya dalam menghadapi cobaan.

Dengan penggunaan diksi yang puitis namun tetap mudah dipahami, Adib berhasil menjembatani pesan religius dengan nuansa remaja yang emosional. Tidak heran jika banyak pembaca mengira kisah ini adalah pengalaman nyata. Karena emosi yang ditulis sangat mendetail dan mendalam.

Refleksi dan Relevansi Sosial

Novel ini tidak hanya menyentuh ranah personal dan spiritual, tetapi juga menggambarkan kondisi sosial pasca-bencana yang jarang diangkat dalam fiksi populer. Trauma kolektif, kemiskinan mendadak, serta kehilangan arah hidup adalah tema-tema nyata yang dihadapi ribuan korban tsunami. Dan lewat Dania, pembaca diajak menyelami semua itu dari kacamata yang jujur dan menyayat.

Lautan dan Dendamnya adalah memoar fiktif dari luka-luka yang nyata, dibalut dalam kisah cinta, kehilangan, dan pencarian makna. Dengan keseimbangan antara romansa dan nilai religi, serta konflik yang dekat dengan kehidupan pembaca.

Adib Izra Mirza menghadirkan karya yang tidak hanya menyentuh, tapi juga mengajak kita merenung. Tentang iman, tentang hidup, dan tentang bagaimana manusia memilih untuk tetap berjalan meski laut pernah mengamuk dan menyisakan dendam yang tak kunjung selesai.

Oktavia Ningrum