Sekuel dalam dunia perfilman ibarat pisau bermata dua. Bisa memperpanjang napas cerita, atau membuat penonton merasa dipaksa mengulang rasa tanpa ide baru. Banyak sekuel lahir hanya karena dorongan komersial, misalnya mengandalkan nostalgia tanpa keberanian keluar dari jalur aman.
Bedanya, film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung, yang digarap Herwin Novianto dan diproduksi Falcon Pictures, rupanya mengusung kesinambungan, tapi juga berimprovisasi ke arah legenda lokal yang lebih membumi.
Film yang rilis bioskop sejak 25 September 2025 merupakan kelanjutan dari Film Kang Mak from Pee Mak (2024), yang kala itu sukses mengawinkan komedi dan horor dengan gaya segar.
Formula Serupa Beda Cerita
Alih-alih hanya mengulang formula serupa, sekuelnya kali ini fokus ke Solah Vincenzo alias Kang Solah (diperankan Rigen Rakelna).
Dia pulang ke kampung halaman setelah lama berperang, tapi kepulangannya nggak disambut sukacita. Warga mengira dia sudah gugur di medan perang.
Dari situ, kisah berkembang jadi campuran drama keluarga, persahabatan mantan tentara, cinta lama vs adik kandung, hingga teror mistis dari sosok setan populer yang nggak asing buat masyarakat Indonesia, yakni Nenek Gayung.
Rangkaian karakter ikut meriuhkan film ini Davina Karamoy sebagai Dara Gonzales, kekasih lama Kang Solah yang malah akan menikah dengan adiknya, Iqbal (Kenzy Taulany).
Indy Barends hadir sebagai ibu Iqbal yang menyimpan rahasia mistis, sementara Astri Welas menghadirkan teror lewat peran Nenek Gayung. Ada juga jajaran komedian senior dan baru: Andre Taulany, Indra Jegel, Praz Teguh, Tora Sudiro, hingga Indro Warkop.
Mendalami Sekuel yang Berani Beda
Sekuel biasanya melanjutkan kisah sebelumnya. Dalam Film Kang Mak from Pee Mak misalnya, kisah horor-komedi yang disuguhkan tuh tentang persahabatan tentara yang kembali ke kampung setelah perang, kemudian terjebak dalam kisah cinta dengan nuansa supranatural.
Penonton tentu berharap kelanjutan dari ikatan sahabat itu. Dan ya, persahabatan tetap menjadi benang merah dalam film terbaru ini.
Namun, yang membuatnya menarik adalah keberanian tim kreatif mengganti pusat cerita. Dari ‘Kang Mak’ kini beralih ke ‘Kang Solah’, dari hantu wanita ke sosok urban legend lain (Nenek Gayung).
Pilihan ini bisa dibaca sebagai usaha menanamkan akar lokal yang lebih kuat. Film Pee Mak sendiri adalah referensi asal Thailand yang populer, tapi kali ini Falcon Pictures nggak numpang story kayak Film Kang Mak.
Kini mereka mengambil mitos jalanan khas Indonesia, sosok Nenek Gayung yang akrab di telinga anak-anak kota maupun desa. Sekuel ini otomatis nggak sebatas ‘melanjutkan’, melainkan ‘meng-indonesia-kan (melokalkan) cerita.
Keberanian ini memang lepas dari risiko. Mengganti pusat kisah bisa membuat sebagian penonton lama merasa kehilangan kesinambungan. “Mana Kang Mak? Mana cerita yang dulu?” Mungkin jadi pertanyaan sebagian orang.
Beruntungnya, ‘Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung’ nggak terjebak jadi bayangan film pertama. Film ini berdiri di jalannya sendiri, memadukan elemen lama (persahabatan tentara, humor khas, aktor komedian) dengan elemen baru (drama keluarga, legenda urban, konflik cinta segitiga).
Durasi hampir dua jam memang longgar tapi kerennya tetap terasa padat, ritmenya pun terjaga. Humor tetap hadir, tapi nggak sampai menguapkan rasa mencekam.
Adegan horor sering kali ditutup dengan tawa, hasil improvisasi para aktor, dan itu membuat penonton nggak sekadar menjerit tapi juga bisa senyum-senyum.
Di sisi lain, drama keluarga lumayan ngasih bobot emosional. Mulai dari konflik cinta, pengkhianatan, dan loyalitas diuji di tengah teror mistis.
Dari sudut pandang kritis, film ini bisa dianggap sebagai eksperimen tentang bagaimana sekuel nggak harus jadi replika. Film ini bisa tumbuh dengan identitas baru, selama masih membawa rasa dan jiwa yang sama.
Apakah eksperimen ini berhasil sepenuhnya? Tentu akan ada perdebatan. Bagi yang ingin konsistensi cerita, mungkin kisah film ini terasa janggal. Namun bagi yang ‘oke-oke saja’ terkait keberanian keluar dari pola, film ini menawarkan pengalaman segar.
Hal yang jelas ini bukti sekuel nggak selalu harus hidup di bawah bayangan film pendahulunya. Bila Sobat Yoursay tertarik, yuk nonton sebelum turun layar!
Baca Juga
-
Masalahnya Bukan di Netflix, tapi di Literasi Digital Kita
-
Cinta Tulus di Penghujung Ajal, Film Sampai Titik Terakhirmu Sedih Banget!
-
Review Film Dopamin: Terlalu Nyata dan Getir
-
Reality Show Paling Gila, Adu Nyawa Demi Rating dalam Film The Running Man
-
Nggak Cuma Soal Utang! Film Wasiat Warisan Bakal Bikin Sinefil Mewek
Artikel Terkait
-
Review Film One Battle After Another: Sebuah Cerminan Masyarakat Modern!
-
Review Film The Strangers: Chapter 2, Pembunuh Bertopeng Kembali Meneror!
-
Review Film Maria: Kisah Pilu Diva yang Kehilangan Suaranya!
-
Comic 8 Revolution: Santet K4bin3t: Aksi, Komedi, dan Santet!? Siap Ngakak Sambil Merinding
-
Review Film Rest Area: Ketika Singgah Jadi Awal Petaka Maut!
Ulasan
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Review Film Keadilan: The Verdict, Kasus Korupsi Diungkap Tanpa Ampun!
-
Ulasan Film Korea Firefighters: Sajikan Kisah Heroik Para Pemadam Kebakaran
-
Review Film The Ghost Game: Ketika Konten Berubah Jadi Teror yang Mematikan
-
Review Film Pangku: Hadirkan Kejutan Hangat, Rapi, dan Tulus
Terkini
-
Putusan Bersejarah: Pengadilan Jepang Nyatakan Cloudflare Bertanggung Jawab atas Pembajakan
-
OOTD Dress ala Kim Hye Joon: 4 Gaya Effortless Cocok di Semua Mood!
-
Inara Rusli Diterpa Isu Perselingkuhan? Istri Sah Diduga Lapor ke Polisi
-
7 Lip Vinyl dengan Formula Hydrating untuk Bibir Plumpy Bebas Pecah-Pecah
-
Alexander Zwiers Masih Kaji Sepak Bola Indonesia, Road Map Baru Rilis 2026?