Novel "Parade Hantu Siang Bolong" karya Titah AW menghadirkan sebuah perpaduan unik antara humor, horor, dan drama keseharian yang sangat khas.
Seperti judulnya yang jenaka sekaligus memancing rasa penasaran, cerita ini mengajak pembaca memasuki dunia yang aneh namun akrab. Dunia di mana para hantu tidak muncul di malam hari seperti stereotip klasik, melainkan berkeliaran terang-terangan di siang bolong.
Pendekatan ini membuat novel ini terasa segar, sebab Titah AW tidak hanya menawarkan sensasi kehadiran makhluk supernatural, tetapi juga menggunakannya sebagai medium untuk menyampaikan kritik sosial, renungan personal, dan potret hubungan manusia yang rumit.
Secara garis besar, novel ini bertumpu pada premis bahwa batas antara dunia manusia dan dunia gaib bukanlah tembok yang kokoh, melainkan selapis kabut tipis yang sewaktu-waktu dapat terbuka. Ketika kekacauan terjadi, para hantu mulai bermunculan di siang hari yang membuat masyarakat heboh, takut, gusar, sekaligus penasaran.
Kehebohan inilah yang menjadi panggung dari “parade” para makhluk halus tersebut, sebuah parade yang bukan hanya menyoroti kehadiran hantu, tetapi juga memperlihatkan reaksi manusia yang tak kalah menarik untuk diamati.
Tokoh-tokoh dalam novel ini digarap dengan gaya khas Titah AW hidup, berwarna, dan punya kepribadian yang mudah diingat. Para manusia dalam cerita bukan hanya berfungsi sebagai pengamat horor, tetapi juga individu dengan masalah pribadi yang pada akhirnya justru paralel dengan kisah para arwah.
Novel ini menawarkan sebuah pemahaman bahwa hantu bukan semata entitas menakutkan, melainkan simbol dari hal-hal yang belum selesai, dari penyesalan, rahasia lama, luka batin, hingga kenangan yang enggan hilang.
Dengan sudut pandang yang kadang lucu, kadang muram, dan kadang filosofis, Titah AW menuntun pembaca untuk melihat bahwa yang menakutkan sebenarnya bukanlah hantu itu sendiri, melainkan “hantu” yang tinggal di dalam diri manusia.
Narasi dalam Parade Hantu Siang Bolong bergerak dengan ritme ringan namun kaya makna. Titah AW piawai menyisipkan humor di sela-sela adegan yang secara konseptual menyeramkan.
Misalnya, ketika beberapa warga justru memanfaatkan kemunculan hantu untuk konten media sosial, atau ketika hantu-hantu yang tampil bukan seperti gambaran umum yang menakutkan, tetapi lebih menyerupai karakter yang kepo, cerewet, bahkan kadang tampak lebih manusiawi daripada manusia itu sendiri.
Humor seperti ini menghadirkan kontras yang menyenangkan, sehingga pembaca tidak dibiarkan larut sepenuhnya dalam ketegangan.
Namun, di balik kelakar dan fenomena absurd itu, novel ini memiliki inti emosional yang kuat. Banyak adegan yang menyiratkan pesan mengenai kehilangan, maaf yang tertunda, serta keinginan untuk memperbaiki hubungan yang terputus. Beberapa hantu hadir karena memiliki pesan terakhir, beberapa karena masih menyisakan kesedihan, sementara yang lain muncul untuk mengungkap kepalsuan manusia yang selama ini tersembunyi.
Dengan demikian, novel ini tidak hanya menyuguhkan hiburan, tetapi juga refleksi lembut mengenai bagaimana manusia sering kali terjebak antara masa lalu dan masa kini, serta bagaimana penerimaan menjadi langkah krusial untuk melanjutkan hidup.
Keunggulan lain novel ini terletak pada gaya penulisan Titah AW yang lincah dan ekspresif. Ia mampu meramu bahasa yang mengalir, mudah dicerna, tetapi tetap sarat nuansa. Deskripsi suasananya cukup detail tanpa menjadi bertele-tele, sementara dialog antar tokohnya hidup, realistis, dan sering menghadirkan sisi komedik yang spontan.
Pada saat yang sama, Titah AW juga menyelipkan kritik sosial yang halus namun menggigit. Ia memperlihatkan bagaimana manusia modern sering kali lebih takut pada opini publik daripada pada makhluk gaib, bagaimana berita palsu dan kepanikan massal dapat menyebar lebih cepat daripada kebenaran, serta bagaimana masyarakat kadang memperlakukan kejadian luar biasa sebagai komoditas hiburan.
Struktur ceritanya terbilang rapi. Alurnya bergerak dari pengenalan fenomena, chaos yang membesar, lalu mengerucut pada beberapa konflik personal yang menjadi inti emosional novel.
Penutupnya memberikan kepuasan tersendiri, menghadirkan jawaban tanpa merampas ruang kontemplasi pembaca. Titah AW berhasil menjaga keseimbangan antara komedi, drama, dan elemen supranatural, sehingga novel ini terasa konsisten dari awal hingga akhir.
Secara keseluruhan, "Parade Hantu Siang Bolong" adalah novel yang unik dan memikat. Ia tidak mengikuti pola horor klasik yang menakutkan semata, melainkan mengajak pembaca melihat sisi lain dari horor, sisi yang humanis, lucu, dan penuh makna.
Novel ini menyenangkan untuk dibaca oleh berbagai kalangan, terutama bagi mereka yang menyukai cerita ringan namun sarat pesan.
Identitas Buku
Judul: Parade Hantu Siang Bolong
Penulis: Titah AW
Penerbit: Warning Books
Tanggal Terbit: 1 September 2020
Tebal: 247 Halaman
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Novel Selamat Tinggal, Kisah Sintong dalam Menjaga Prinsip Hidupnya
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
-
Ulasan Buku Tidak Ada New York Hari Ini, Kumpulan Puisi Karya Aan Mansyur
-
Ulasan Novel Never Over, Cinta yang Tak Pernah Selesai
Artikel Terkait
-
Bukan Sekadar Membaca: Kebijakan Resensi dan Literasi Kritis di Sekolah
-
Biodata Tinandrose, Penulis Buku dan Pebisnis Sukses yang Dinikahi Fiki Naki
-
Ulasan Novel Selamat Tinggal, Kisah Sintong dalam Menjaga Prinsip Hidupnya
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Moderate Reader: Indonesia Peringkat Ke 31 Negara Paling Giat Membaca Buku
Ulasan
-
Ulasan Film Emergency Declaration: Teror di Langit dan Pertaruhan Nurani
-
Review Film Pesugihan Sate Gagak: Serunya Nonton Trio Kocak, Gokil Banget!
-
Ulasan Novel Selamat Tinggal, Kisah Sintong dalam Menjaga Prinsip Hidupnya
-
Mencari Identitas dan Menemukan Keluarga Baru dalam Novel Bertajuk Rapijali
-
Review Film Keadilan: The Verdict, Kasus Korupsi Diungkap Tanpa Ampun!
Terkini
-
Diduga Dekat dengan Suami Orang, Manajer Inara Rusli Angkat Bicara
-
KPop Demon Hunters Jadi Salah Satu Film Netflix yang Lolos Seleksi Oscar
-
Bukan Sekadar Membaca: Kebijakan Resensi dan Literasi Kritis di Sekolah
-
Bukan Soal Popularitas, RIIZE Ingin Berbagi Emosi dan Cinta Lewat Lagu Fame
-
8 Rekomendasi Lipstik untuk Guru 40 Tahun Keatas yang Tahan Lama Seharian