Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu adalah anime olahraga yang diproduksi oleh Kyoto Animation sebanyak tiga belas episode ditambah dengan satu episode Original Video Animation (OVA) dan ditayangkan di saluran televisi nasional Jepang, NHK, pada Oktober 2018 – Januari 2019. Anime ini diadaptasi dari cerita light novel atau novel ringan karya novelis Kotoko Ayano yang ditulis sejak tahun 2016 sampai dengan saat ini.
Mengangkat olahraga panahan Kyudo yang juga adalah salah satu seni bela diri tradisional Jepang sebagai tema cerita. Anime dengan nama Inggris Tsurune: Kazemai High School Kyudo Club ini berfokus pada rangkaian usaha yang dilakukan oleh Narumiya Minato, yakni pelajar kelas satu sekaligus pemanah Kyudo SMA Kazemai, agar bisa sembuh dari Hayake yang membuat jari kanannya terlalu cepat melepaskan anak panah dari tali busur, sehingga anak panah tidak dapat mengenai papan target.
Untuk menyembuhkan Hayake, Minato dibantu oleh teman-teman satu anggota klub, yaitu ketua klub, Takehaya Seiya, dan para anggota yang lain, yaitu Yamanouchi Ryouhei, Kisaragi Nanao, serta Onogi Kaito. Selain dari mereka berempat, dukungan juga datang dari pelatih klub, Takigawa Masaki, melalui bimbingan terapi penyembuhan yang dilakukan dengan konsisten sampai Minato dapat kembali mengenali kuda-kuda menembaknya.
Selain itu, Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu juga berfokus pada perjuangan tim atlet pemanah putra yang dipimpin oleh Seiya untuk membawa klub Kyudo SMA Kazemai memenangkan pertandingan Kyudo antar SMA tingkat prefektur. Mereka harus melawan tim pemanah Kyudo putra SMA Kirisaki dengan Fujiwara Shuu sebagai pemain bintang yang terkenal dengan julukan “Pangeran Panahan”, berkat kemampuan memanahnya yang berada di atas rata-rata pemanah Kyudo hebat yang lain.
Meski ada hambatan yang menghadang, mereka tetap berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk membuktikan kemampuan memanah mereka sekaligus mengharumkan nama baik sekolah.
Overall, alur cerita hampir sama dengan jalan cerita pada anime olahraga lain, seperti Captain Tsubasa, Diamond no Ace, Free!, Haikyu!, Kuroko no Basket, dan Run With The Wind yang menekankan pada pentingnya membangun semangat kolaborasi antarsesama anggota tim untuk memenangkan pertandingan. Namun, racikan apik Yokote Michiko dalam menulis naskah skenario mampu memberikan ciri khas tersendiri dari anime olahraga lain, di mana alur cerita yang disuguhkan di dalam setiap episode minim elemen drama dan ketegangan, sehingga suasana pertandingan yang ditampilkan tidak berlangsung sengit.
Meski begitu, hawa persaingan ketat yang ditampilkan dari aura wajah dan gerak tubuh setiap pemanah dapat tetap terasa sehingga memantik rasa penasaran mengenai siapa pemanah yang akan memenangkan pertandingan.
Setiap karakter utama memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda dan saling melengkapi satu sama lain. Sifat Minato yang introvert dan pendiam, tetapi adaptif, mudah dekat dengan orang baru, dan mampu melobi orang lain, melengkapi karakter Seiya yang lembut, cerdas mengatur strategi, berpikiran terbuka, ramah, dan dapat diandalkan sebagai pemimpin,tapi misterius dan cepat sensitif ketika orang lain mengetahui tentang kelemahan dirinya.
Sifat Nanao yang humoris, selalu berprasangka baik, dan sering diandalkan sebagai penengah konflik, tapi berperilaku womanizer yang selalu menggoda perempuan cantik di setiap kesempatan, melengkapi sifat Kaito yang agresif, kaku, teguh pendirian, dan selalu menolong teman yang diganggu oleh orang lain, kendati sulit bekerja sama dengan orang lain yang dianggap lemah dan canggung di hadapan perempuan.
Keberagaman sifat tersebut semakin berwarna karena dilengkapi oleh sifat Ryouhei yang extrovert, periang, ekspresif, selalu ingin belajar tentang hal baru, dan selalu berempati terhadap kesulitan orang lain, tapi ceroboh terhadap hal sepele yang dapat memecah konsentrasi tim.
Hal menarik pertama dari Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu adalah cerita Minato untuk dapat sembuh dari Hayake. Pada salah satu episode, sang pelatih, Masaki, mengatakan kepada Minato bahwa konsekuensi terburuk yang dialami oleh pemanah Kyudo ketika menderita Hayake adalah tidak dapat lagi mengenali dirinya sendiri.
Solusi yang ditawarkan oleh Masaki kepada Minato untuk dapat melakukan self-reflection untuk dapat kembali mengenali dirinya sendiri adalah dengan terus konsisten memanah bersama teman dan sahabat sesama pemanah Kyudo. Hal ini menyiratkan makna bahwa Kyudo adalah olahraga yang harus dilakukan secara berkelompok atau tim.
Artinya, jika ada salah satu anggota tim yang mengalami kesulitan apa pun kondisinya, maka anggota tim lain harus merelakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sedikit ikut campur membantu mengatasi kesulitan yang dialami agar kekompakan tim dapat tetap terjaga.
Akan tetapi, hal yang jadi masalah adalah mereka memiliki niat dan motif berbeda-beda sehingga termotivasi untuk tidak mau kalah satu sama lain. Hal inilah yang membuat mereka kurang kompak sebagai tim yang berujung pada kekalahan dalam beberapa pertandingan uji coba. Tidak jarang, kegagalan itu memicu konflik dan pertikaian kecil yang kental dengan nuansa saling menyalahkan kekurangan yang dimiliki.
Fakta inilah yang mengarahkan pada hal menarik kedua dari Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu, yaitu adanya upaya sang pelatih, Masaki, untuk mengatasi masalah kurangnya kekompakan dan kolaborasi tim tersebut. Inisiatif unik yang ditawarkan adalah dengan melalui perpeloncoan.
Ketika mengikuti kamp pelatihan (training camp) beberapa hari sebelum hari pertandingan Kyudo SMA tingkat prefektur, Masaki menginisiasi tindakan perpeloncoan terhadap kelima orang pemanah putra, di mana mereka disuruh melakukan berbagai tugas yang tidak ada hubungannya dengan latihan memanah, seperti mengecat papan target, mencatat skor, merapihkan anak panah, berbelanja bahan makanan, hingga memasak makan malam.
Seluruh kelima pemanah putra harus bekerja menyelesaikan tugas yang diberikan secara bersama-sama tanpa ada yang merasa berat sebelah. Meski awalnya terkesan negatif, tindakan perpeloncoan itu dilakukan dengan cara yang lucu, unik, dan kreatif, tapi tetap mengedepankan humanisme dan memasukkan sedikit nilai-nilai kebudayaan tradisional Jepang.
Tindakan perpeloncoan tersebut menyiratkan pesan tentang pentingnya membangun toleransi terhadap perbedaan yang ada satu dengan yang lain. Sikap toleran ini dapat dibangun dengan saling belajar dan memahami kekurangan yang dimiliki satu sama lain.
Secara tidak langsung, Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu mengajarkan bahwa sikap toleran terhadap perbedaan sangat penting untuk membangun rasa saling percaya dan saling peduli terhadap sesama anggota tim. Jika sudah ada keduanya, maka akan mudah berkolaborasi menyatukan tenaga dan pikiran untuk melakukan suatu tindakan.
Prinsip kolaborasi inilah yang menjadi modal awal terbentuknya tali persahabatan dan solidaritas tim yang kuat dan siap menghadapi segala tantangan demi meraih prestasi.
Komposisi sifat dan kepribadian yang beragam dan kental dengan energi Yin Yang yang berlawanan satu sama lain demi menciptakan keseimbangan inilah yang membuat jalan cerita menjadi hidup, bergelombang, serta tidak monoton, sehingga mampu meminimalisir potensi kebosanan yang dapat timbul sewaktu-waktu.
Bentuk apresiasi budaya tradisional yang ditampilkan di dalam Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu terletak pada adanya ritual keagamaan berupa menembakkan anak panah ke arah papan target yang dilakukan oleh para pemanah sebelum melakukan kegiatan latihan khusus dan pertandingan resmi, yaitu Yawatashi yang merupakan ritual pembuka dan Nosha yang merupakan ritual penutup.
Kedua ritual keagamaan yang bertujuan untuk menghormati dewa agama Shinto tersebut dapat tergambarkan dengan sangat baik dan penuh dengan nilai-nilai agama dan budaya tradisional Jepang, sehingga menambah daya tarik tersendiri yang mampu memikat hati dan pikiran.
Menilai dari segi teknis penyutradaraan, kemampuan sang sutradara, Yamamura Takuya, untuk menghubungkan antara perasaan emosional dengan kenyataan yang dialami oleh masing-masing karakter sangat brilian dan menambah daya tarik tersendiri terhadap anime ini.
Kelihaian sutradara Takuya dalam merangkai pesan tersirat melalui adegan fan service yang sederhana, seperti Minato melindungi bekas luka yang diperolehnya ketika sedang merasa terancam, dan ekspresi Seiya yang melirik wajah Minato setiap kali Minato tertekan dan kehilangan motivasi, mampu memantik keingintahuan penonton untuk lebih menyelami sisi emosional yang mengarahkan sikap masing-masing karakter dalam mengatasi konflik yang mereka alami.
Dalam Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu, sutradara Takuya tidak hanya mampu menghubungkan kepribadian karakter satu dengan yang lain, tetapi juga menghubungkan kepribadian karakter utama dengan elemen sakral dalam Kyudo, yaitu menyatukan diri sendiri dengan kekuatan alam semesta serta ajaran dewa agama Shinto. Hal ini sukses memicu perasaan emosional penonton yang mendalam setiap kali ada adegan memanah.
Itulah ulasan penulis tentang anime Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu. Intinya, ada tiga pelajaran berharga yang dapat diambil dari anime ini, yaitu pentingnya untuk lebih mengenali diri sendiri secara mendalam agar dapat mengetahui kelebihan serta kekurangan yang sebenarnya dimiliki, dan menyatukan perbedaan yang ada dengan bersikap toleran dan saling mempelajari serta memahami kekurangan satu sama lain demi terbentuknya persahabatan dan solidaritas tim yang kuat.
Tidak lupa, Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu juga mengajarkan untuk selalu memberikan apresiasi terhadap berbagai komponen budaya tradisional dan berupaya untuk melestarikannya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan nilai-nilai positif dari budaya tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, apakah kamu tertarik untuk menonton Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu?