Beberapa waktu lalu saya sempat keranjingan sebuah lagu Arab. Setiap pagi, sambil mempersiapkan diri berangkat ke tempat kerja, saya memutar lagu tersebut secara berulang-ulang. Bahkan kadang-kadang, jika situasi memungkinkan, saya sengaja menyambungkan perangkat bluetooth telepon seluler dengan speaker mini demi mendapatkan sensasi suara musik yang lebih fantastis.
Lagu itu berjudul Ana Bansa Nafsi, atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti Aku Lupa Diri. Lagu tersebut sebenarnya dirilis pada tahun 2017, tetapi gaungnya di Indonesia memang baru terdengar belakangan ini.
Pertama kali mendengarkan lagu itu, saya langsung jatuh hati dengan komposisi musiknya yang ringan, sederhana, tetapi elegan. Dibuka dengan suara petikan gitar yang mendominasi, kemudian disusul alat musik perkusi yang mengentak. Sampai di bagian ini, saya langsung dapat merasakan sensasi ceria yang ditawarkan, dan saya menikmatinya.
Selanjutnya, suara khas Ramy Sabry yang jernih, tenang, dan lentur menjadi semacam sihir yang mengajak saya menyelam ke kedalaman makna tiap lirik yang ia lantunkan. Anehnya, meskipun sama sekali tidak mengerti bahasa yang digunakan, tetapi saya dapat menangkap adanya "sesuatu" yang begitu mendalam dari lagu tersebut.
Setelah lagu itu usai, saya mengulanginya lagi dan lagi. Saya menyadari adanya emosi yang tumbuh tiap kali mendengarkan lagu tersebut, tetapi saya tidak dapat menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan itu. Keesokan harinya, setelah berulang kali mencari ke dalam diri sendiri, barulah saya berhasil mendapatkannya: dirayu. Ya, saya merasa seolah-olah sedang dirayu oleh kompleksitas yang berpadu sempurna dalam lagu tersebut.
Saya mulai bertanya-tanya, bagaimana bisa sebuah lagu merayu seseorang? Maksud saya, dalam konteks ini, lagu itu menjadi pelaku yang bertindak merayu secara langsung, bukan sebagai alat yang digunakan oleh seseorang untuk merayu.
Kesimpulan saya, efek tersebut ditimbulkan dari penghayatan mendalam sang vokalis. Ramy Sabry yang merupakan penyanyi sekaligus aktor berkebangsaan Mesir itu memang dikenal karena kepiawaiannya merepresentasikan pesan dari sebuah lagu melalui skill penjiwaannya yang sungguh luar biasa.
Merasa penasaran dengan makna lirik lagu secara keseluruhan, saya pun mencoba mencari terjemahannya di internet. Hasilnya? Tepat seperti dugaan saya, Ana Bansa Nafsi merupakan lagu yang mengusung tema cinta. Tiap liriknya mengandung pengakuan gamblang akan rasa cinta yang begitu kuat dan mendalam terhadap suatu objek. Saking mendalamnya, sampai-sampai membuat jadi lupa diri.
Pada lagu Ana Bansa Nafsi, kesungguhan cinta diungkapkan secara riang sehingga pendengar turut merasakan indahnya jatuh cinta, baik dari sisi orang yang mencintai maupun dari pihak yang dicintai. Agaknya lagu ini ingin menegaskan bahwa sejatinya jatuh cinta adalah kondisi yang menyenangkan dan membuat bahagia, bukan justru membuat galau.
Terlepas dari makna filosofisnya, Ana Bansa Nafsi cocok dijadikan mood booster di segala situasi. Hanya dengan iramanya yang riang dan danceable, lagu ini mampu membuat tubuh pendengarnya terasa ingin ikut bergoyang. Namun, jika ingin mendapatkan sensasi yang lebih dari sekedar itu, cobalah menyelam di kedalaman makna setiap liriknya. Pahami setiap penggalan kata dan resapi, lalu bersiaplah untuk terhanyut!
Untuk lagu berbahasa asing, lagu ini memiliki lirik yang tergolong easy listening. Struktur kata yang dirangkai secara terpenggal-penggal menjadikannya mudah untuk diikuti sehingga tanpa sadar saya pun turut bersenandung. Selain itu, meskipun cukup kental, irama khas padang pasir-modernnya tidak berlebihan.