Dibintangi oleh Choi Woo-shik, A Killer Paradox merupakan drakor bergenre thriller yang dirilis pada tahun 2024. Drakor ini berpusat pada seorang mahasiswa bernama Lee Tang yang masih bingung dengan tujuan hidupnya. Namun, kejadian tak terduga dia alami di awal drakor ini dimulai hingga membawa hidupnya ke dunia baru di mana dia merasa bahwa dia telah dipilih oleh dewa.
Meskipun mengangkat kisah mengerikan mngenai pembunuh berantai, nyatanya A Killer Paradox memiliki banyak pelajaran kehidupan yang ditunjukkan sepanjang cerita berlangsung. Dari banyaknya pelajaran kehidupan yang ada, tiga pesan moral yang tertera di bawah ini ialah yang paling utama. Maka dari itu, simak ulasan berikut, yuk?
1. Hidup adalah roda yang berputar
Setelah keluar dari tugas wajib militer enam bulan lalu, Lee Tang masih tak melakukan apa pun hingga detik ini. Dia hanya menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di rumah. Saat ditanya alasan mengapa dia pulang dan tetap di rumah orang tuanya, dia mengutarakan bahwa dia akan mengikuti Working Holiday ke Kanada.
Keesokan hari, Yang bertanya pada sahabatnya, yang telah bersamanya sejak SMA, tentang masa lalu yang mereka lakukan di sekolah menengah tersebut. Dia merasa bahwa hidup yang dia jalani sewaktu SMA selalu lancar, tak seperti sekarang yang penuh hambatan. Dia mungkin lupa bahwa hidup adalah roda berputar, terus berputar, terkadang di atas, terkadang di bawah. Meskipun begitu, fase bawah yang sedang dia alami saat ini tak mungkin terjadi terus-menerus.
2. Jadikan cemooh sebagai alat cambuk yang berharga agar bisa terus maju
Karena suatu insiden, Tang diajak berbincang oleh seorang polisi bernama Jang Nam-gam. Pada awalnya, dia dicurigai oleh polisi itu. Namun, entah kenapa, dia mendapati polisi Jang kembali ke supermarket tempat dia bekerja, lalu memberikan sebuah motivasi kepadanya.
Mulanya, polisi Jang bertanya pada Tang mengenai permen karet mana yang enak. Usai berbincang beberapa kalimat, dia mengatakan bahwa dia bisa menebak bagaimana hidup yang dijalani oleh Tang selama ini. Karena pernah merasa seperti itu, dia memberikan kalimat yang dia sebut sebagai simpati. Dia berkata pada Tang bahwa dia benci diremehkan sehingga dia berusaha keras untuk menjadi polisi. Sebab baginya, cemoohan mengenai dirinya ialah alat cambuk yang berharga.
3. Setiap tindakan pasti memiliki konsekuensi yang harus ditanggung
Entah muncul dari mana keberanian Tang pada malam itu. Dia yang teringat dengan masa SMA-nya saat dipukuli oleh orang yang belum lama bercengkerama dengannya tiba-tiba saja mengambil palu yang sempat dia pinjam pada bosnya. Dengan mata memerah dan tampak agak linglung, dia menggunakan palu itu sebagai alat untuk melindunginya. Bukan sekadar untuk mengancam, dia memukulkan palu itu tepat ke samping kepala orang yang masih terus membuatnya babak belur.
Tepat saat orang yang dia pukul pingsan, hujan mengguyur seluruh tubuh Tang, lalu dia mulai sadar dengan perbuatan yang telah dia lakukan. Dengan gugup, dia segera berlari ke kos-kosannya hingga dia melupakan satu bukti penting, yakni palu yang memiliki sidik jarinya. Usai melakukan perbuatan keji itu, hidupnya tak lagi tenang. Dia terus dihantui dengan orang yang dia bunuh hingga seorang perempuan yang menjadi satu-satunya saksi ternyata tak benar-benar buta.
Meskipun kehidupanmu mungkin tak semengerikan Tang, tiga pesan moral A Killer Paradox di atas tetap bisa kamu terapkan. Sebab jika kamu membacanya dengan saksama, tiga hal yang mendasari pesan moral yang ada di atas pasti pernah dirasakan oleh setiap manusia. Nah, jika kamu termasuk ke dalamnya, patri pesan-pesan di atas ke dalam benakmu, ya!