Taylor Swift dilaporkan kini telah memiliki peluang untuk membeli katalog musik lamanya yang dijual label lawasnya ke Scooter Braun pada 2019 dan sempat dijual lagi ke Shamrock Capital.
Tawaran itu hadir setelah sang musisi memilih untuk merekam ulang enam album pertamanya akibat kejadian pada 2019 tersebut yang melahirkan proyek Taylor's Version.
Seorang sumber mengungkapkan bahwa orang yang membuat Shamrock Capital membuka pintu untuk Taylor Swift agar bisa membeli enam album lamanya lagi yakni merupakan Scooter Braun.
"Yang menarik, salah satu orang yang mendorong kesepakatan ini yakni adalah Scooter, yang menjadi dalang kesepakatan pertama kali bersama Big Machine," ungkap sumber tersebut.
Page Six melaporkan pada Rabu (21/5) bahwa pihaknya telah menghubungi perwakilan Swift dan Shamrock Capital terkait rumor tersebut.
Kabar ini hadir tepat sehari setelah Swift memilih untuk mengizinkan serial The Handmaid's Tale menggunakan lagu Look What You Made Me Do (Taylor's Version) yang berasal dari album Reputation (Taylor's Version).
Serial tersebut sekaligus menampilkan klip adegan yang menghadirkan rekaman ulang lagu tersebut di media sosial dan memicu banyak kehebohan di kalangan penggemar lantaran Reputation (Taylor's Version) merupakan salah satu album yang paling ditunggu perilisannya.
Page Six juga menjelaskan pendiri konsultan musik CAD Management, Clayton Durant, mengungkapkan jika Taylor Swift memutuskan untuk mengeluarkan bujet berkisar US$600 juta hingga US$1 miliar untuk membeli kembali musik lamanya.
"Bila ia bisa menarik kembali dan menciptakan sebuah kesepakatan di mana ia mengantongi hak atas rekaman aslinya, Swift secara eksponensial bisa meningkatkan jumlah uang yang ia hasilkan," jelas Durant.
Durant menyebut Taylor Swift sebenarnya tetap mengantongi royalti dari album-album lamanya yang sudah beredar tapi dimiliki oleh orang lain itu, tetapi tidak sebanyak dari proyek Taylor's Version yang seluruhnya bisa sang musisi kendalikan.
"Saat Swift mengeluarkan versi rekaman ulang, konsumsi juga meroket pada (versi) yang lama."
Di sisi lain, Taylor Swift sebelumnya telah mengaku memiliki niat untuk membeli seluruh master enam album pertamanya sebelum Big Machine Records menjual lagu-lagunya ke Scooter Braun seharga US$300 juta.
Namun Swift mengaku ia justru ditawari kontrak baru bahwa ia dapat memiliki master album lamanya selama diganti oleh enam album baru.
Oleh karena itu, Swift alhasil memutuskan untuk pergi label tersebut dan pindah ke Republic Records dengan ketentuan baru, yakni ia memiliki seluruh master album barunya.
Pada 2019, Swift telah mengungkapkan rencananya untuk mengikuti saran Kelly Clarkson dengan merekam ulang seluruh album lamanya, mengingat dirinya merupakan sosok penulis dan musisi dari seluruh lagu-lagu dalam album itu.
Proyek rerecording itu awalnya menuai skeptisme karena proyek yang pernah ada sebelumnya tak bisa mencapai kesuksesan persis seperti album yang asli. Namun semua lantas berubah ketika Swift merilis Fearless (Taylor's Version) dan Red (Taylor's Version) pada 2021.
Dua album tersebut bahkan menorehkan kesuksesan besar, terutama dalam segi streaming, ulasan kritikus, dan sambutan pasar. Jejak tersebut pun dilanjutkan dengan perilisan album Speak Now (Taylor's Version) dan 1989 (Taylor's Version) pada 2023.
Kesuksesan empat album rekam ulang itu bahkan belum pernah terjadi dalam sejarah musik di dunia yang lantas membuat banyak label raksasa langsung merevisi larangan musisi untuk merilis ulang karya musik mereka atau rerecording.
Kontrak standar dari label rekaman besar umumnya menjelaskan bahwa artis harus menunggu lima hingga tujuh tahun sejak tanggal rilis aslinya, atau dua tahun usai kontrak berakhir.
Kini, seperti dilansir dari Billboard saat itu, rancangan kontrak baru mewajibkan para musisi menunggu hingga 10 atau bahkan 15 tahun.
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI SINI