Film 28 Years Later: The Bone Temple diumumkan tayang di bioskop pada Januari 2026. Bersamaan dengan update ini, Sony Pictures membagikan poster dan trailer perdananya di media sosial.
Sebagai kelanjutan langsung dari 28 Years Later (2025), film ini akan memperluas dunia horor zombie karya Danny Boyle dan Alex Garland ke arah yang lebih epik.
Nia DaCosta (The Marvels) dipercaya sebagai sutradara, dengan proses syuting yang dilakukan back-to-back bersama film sebelumnya demi melanjutkan kisah tanpa jeda sekaligus memperdalam jalan cerita yang telah dibangun.
Berlatar setelah peristiwa di film pertama, Spike (Alfie Williams) direkrut oleh Sir Jimmy Crystal (Jack O'Connell) dan geng pembunuh akrobatiknya di Inggris pasca-apokaliptik yang hancur akibat wabah Rage Virus.
Sementara Dr. Ian Kelson (Ralph Fiennes) menemukan sebuah rahasia mematikan yang berpotensi membawa konsekuensi besar dan dapat mengubah dunia selamanya.
Sekuel ini menghadirkan sejumlah bintang yang kembali dari film sebelumnya, ditambah kemunculan Cillian Murphy dari 28 Days Later yang kembali memerankan Jim.
Deretan pemain lain yang turut membintangi The Bone Temple antara lain Erin Kellyman, Chi Lewis-Parry, Aaron Taylor-Johnson, Emma Laird, dan Maura Bird.
The Bone Temple hadir sudah mulai digadang-gadang akan sama menakutkannya dengan film-film lain di seri 28 Days Later. Dalam sebuah wawancara, Nia DaCosta mengungkap bagaimana film ini tetap menghadirkan teror yang serupa dengan pendahulunya.
“Saya pribadi sebagai penonton memang menyukai gore, body horror, dan efek-efek visceral. Tapi ketika saya berada di kursi sutradara, fokus saya bukan sekadar menampilkan itu semua, melainkan lebih pada efek emosional apa yang ingin saya ciptakan dan perasaan apa yang ingin saya tanamkan pada penonton. Tidak ada aturan khusus bahwa film ini harus super-gory, tapi memang ada beberapa momen yang mengarah ke sana.” kata Nia DaCosta, dikutip pada Jumat (5/9/2025).
Dalam wawancara terpisah, Nia DaCosta membocorkan bahwa Spike akan berinteraksi dengan kedua karakter utama sepanjang film, sehingga penonton dapat melihat berbagai sisi dari dunia pasca-apokaliptik yang digambarkan.
“Yang menarik dari The Bone Temple adalah kami punya Jimmy dan dunianya sendiri, lalu ada Kelson dengan dunianya sendiri. Spike bergerak di antara keduanya, jadi sangat menyenangkan bisa menghadirkan gaya pengambilan gambar yang berbeda untuk masing-masing karakter.” ujarnya.
Sebagai film ketiga, 28 Years Later sendiri sukses besar di box office pada Juni lalu dengan raihan lebih dari 150 juta dolar AS secara global, sekaligus mencatatkan pencapaian gemilang dalam perilisan digitalnya.
28 Years Later dibuka dengan adegan sekelompok anak kecil yang ketakutan dan menangis sambil menonton tayangan Teletubbies. Tak lama kemudian, orang tua mereka yang panik diserang, berubah menjadi zombie lalu memangsa anak-anak mereka sendiri.
Dua puluh delapan tahun kemudian, Inggris dan Irlandia sepenuhnya dikarantina dan dibiarkan bertahan hidup sendiri. Seorang bocah berusia 12 tahun bernama Spike (Alfie Williams) tinggal di sebuah pulau kecil di lepas pantai Dataran Tinggi Skotlandia, di tengah komunitas yang relatif damai dan bersahabat.
Beberapa orang sesekali menyeberang ke daratan utama melalui jembatan batu sempit untuk mencari persediaan. Ayah Spike, Jamie (Aaron Taylor-Johnson), ialah penembak jitu sekaligus petarung pemberani dan ia bertekad membentuk putranya menjadi sosok tangguh yang sama.
Ibu Spike, Isla (Jodie Comer), terbaring sakit di tempat tidur dengan kondisi linglung serta kehilangan ingatan akibat penyakit misterius yang tak bisa diobati karena di pulau mereka tidak ada dokter.
Perjalanan kali ini menjadi pengalaman pertama Spike menyeberang ke daratan bersama sang ayah, dan momen tersebut dirayakan oleh penduduk desa layaknya sebuah upacara kedewasaan.
Sesampainya di daratan, mereka berhadapan langsung dengan jenis zombie yang jauh lebih mengerikan. Di tengah usahanya untuk bertahan hidup, Spike mendengar kabar bahwa ada seorang dokter di daratan yang mungkin bisa menyelamatkan nyawa ibunya.
Ia pun tetap bertekad mencari pertolongan, didorong oleh rasa putus asa dan harapan terakhir untuk menyembuhkan sang ibu.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS