Pesatnya perkembangan artificial intelligence (AI) belakangan ini membuat teknologi tersebut tak lagi sekadar hadir sebagai alat pendukung, melainkan mulai mengambil alih peran yang sebelumnya hanya bisa dilakukan manusia.
Dunia perfilman pun kini jadi salah satu panggung eksperimen terbesar bagi AI. Bahkan, AI sudah berani melangkah lebih jauh dengan duduk di kursi sutradara.
Produser asal Italia, Andrea Iervolino, yang sebelumnya terlibat dalam sejumlah film Hollywood, mengumumkan proyek yang ia klaim sebagai film pertama yang sepenuhnya disutradarai AI berjudul The Sweet Idleness.
Film ini mengisahkan sebuah masyarakat di masa depan di mana hanya 1% umat manusia yang masih bekerja, sementara sebagian besar pekerjaan telah diambil alih oleh mesin sehingga orang-orang bisa menikmati hidup dengan santai.
Teknologi AI yang digunakan untuk menyutradarai film ini dinamai FellinAI, sebuah sebutan yang tampaknya merujuk pada sutradara legendaris asal Italia, Federico Fellini.
Program ini dirancang untuk merayakan bahasa puitis dan penuh imajinasi khas sinema Eropa, sementara Iervolino sendiri tetap bertindak sebagai human-in-the-loop, yakni pengawas sekaligus produser yang memantau jalannya teknologi tersebut.
Adapun para pemeran dalam film ini diciptakan oleh perusahaan milik Iervolino, Actor+, yang bekerja sama dengan individu nyata untuk meminjamkan rupa dan kepribadian mereka dalam membentuk karakter digital.
“Dengan The Sweet Idleness, kami merayakan awal dari sebuah babak baru dalam sejarah sinema. Visi kami sederhana sekaligus revolusioner: menyatukan sensitivitas manusia dengan kekuatan kreatif kecerdasan buatan untuk menceritakan kisah-kisah yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. FellinAI adalah seorang sutradara yang tidak pernah tidur, sementara Actor+ adalah kumpulan aktor yang hidup melampaui layar. Ini adalah masa depan, sekaligus sebuah kembalinya pada puisi asli sinema,” kata Andrea Iervolino, dikutip pada Jumat (3/10/2025).
Ia menambahkan, “Saya ingin memperjelas bahwa pendekatan produksi baru ini dipimpin oleh Agen AI sebagai sutradara, melibatkan aktor digital yang diciptakan dari orang-orang nyata, dan diterapkan pada proyek ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan sinema konvensional. Sebaliknya, ini adalah sebuah metode alternatif dalam berkarya.”
Di satu sisi, Hollywood mulai melirik penggunaan kecerdasan buatan dengan menghadirkan aktris buatan AI pertamanya. Berdasarkan laporan yang beredar, sejumlah agensi talenta tengah bersiap menandatangani kontrak dengan aktris AI bernama Tilly Norwood.
Kabar ini pertama kali diungkap oleh komedian sekaligus aktor Eline Van der Velden dalam ajang Zurich International Film Festival yang baru digelar.
Van der Velden, yang juga pemilik Xicoia (studio talenta berbasis AI) menyebut bahwa beberapa agen talenta kini tengah menjalin komunikasi dengannya. Mereka berencana merekrut Tilly Norwood, ciptaan perdana dari perusahaan tersebut.
Informasi ini muncul hanya beberapa hari setelah diumumkannya Xicoia, yang merupakan divisi baru dari Particle6. Studio ini berfokus pada pengembangan bintang digital dengan teknologi kecerdasan buatan.
Tilly Norwood juga sudah memiliki situs resmi yang menjelaskan identitas dirinya, lengkap dengan tautan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
Di sana tertulis bahwa sosok ini berbasis di London, serta menampilkan video perkenalan yang sepenuhnya dihasilkan AI. Van der Velden pun mengungkap bahwa aktris AI pertama Hollywood ini dibuat menggunakan sepuluh perangkat AI berbeda.
SAG-AFTRA, serikat aktor paling berpengaruh di Hollywood, akhirnya angkat bicara soal kabar tersebut lewat pernyataannya kepada Deadline.
“SAG-AFTRA percaya bahwa kreativitas adalah, dan seharusnya tetap, berpusat pada manusia. Serikat ini menentang penggantian aktor manusia dengan sosok sintetis. Perlu ditegaskan, Tilly Norwood bukanlah seorang aktor.” tulis pihak guild.
Pernyataan itu berlanjut, “Ia hanyalah sebuah karakter yang dihasilkan oleh program komputer yang dilatih menggunakan karya dari tak terhitung banyaknya aktor profesional, tanpa izin maupun kompensasi. Karakter ini tidak memiliki pengalaman hidup, tidak memiliki emosi, dan sejauh yang kami lihat, penonton pun tidak tertarik menyaksikan konten buatan komputer yang terlepas dari pengalaman manusia.”
Kehadiran kecerdasan buatan di dunia perfilman memang sudah lama memicu pro kontra. Teknologi ini sebelumnya digunakan untuk de-aging aktor, membuat digital doubles, hingga memperkuat efek visual.
Namun, potensi AI untuk benar-benar menggantikan aktor manusia telah menyalakan alarm di industri hiburan.
Gelombang mogok kerja pada tahun 2023 menjadi bukti jelas bahwa banyak pekerja Hollywood melihat AI bukan sebagai aset, melainkan ancaman bagi mata pencaharian sekaligus integritas seni peran.
Melihat tren ini, bagaimana pandangan kalian sebagai penikmat film? Apakah kalian merasa penasaran dan siap memberi kesempatan pada film dengan sentuhan AI ini, atau justru lebih memilih karya yang sepenuhnya lahir dari tangan dan buah pikiran manusia?
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS