Abimana Aryasatya Sindir 'Penyakit Lama' Industri Film Indonesia

Sekar Anindyah Lamase | Natasya Regina
Abimana Aryasatya Sindir 'Penyakit Lama' Industri Film Indonesia
Abimana Aryasatya (Instagram/abimana_arya)

Aktor kondang Abimana Aryasatya kembali mencuri perhatian publik lewat pandangannya yang tajam terhadap kondisi industri perfilman Indonesia saat ini.

Dalam sebuah podcast bersama Kaks Production, Abimana mengungkapkan keprihatinannya terhadap arah perkembangan dunia film yang menurutnya mulai kehilangan jati diri.

Pria berusia 43 tahun itu menyebut bahwa masalah utama perfilman Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Meski industri terlihat semakin ramai, menurut Abimana, justru ada penyakit lama yang terus berulang dan kini semakin parah.

Abimana: “Yang Membunuh Film Itu Keserakahan”

Bintang film Gundala tersebut menilai bahwa keserakahan menjadi biang keladi kemunduran kualitas sinema Tanah Air. Ia menilai banyak pelaku industri yang kini lebih berorientasi pada keuntungan instan ketimbang menjaga mutu dan orisinalitas karya.

“Yang membunuh film Indonesia sebetulnya masih sama, keserakahan,” ujar Abimana tegas.

Ia menjelaskan bahwa fenomena itu kini muncul kembali, seiring meningkatnya permintaan produksi. Namun di balik geliat tersebut, banyak karya yang dibuat tanpa mempertimbangkan aspek kualitas.

“Sekarang terjadi lagi, semua orang kerja,” tuturnya dalam podcast tersebut.

Kritik untuk Produksi Kejar Tayang dan Pola yang Seragam

Abimana juga menyoroti tren produksi film yang terkesan “kejar tayang” dan seragam. Menurutnya, ada sutradara yang bahkan bisa membuat satu film setiap minggu, yang tentu berdampak pada hasil akhir.

“Ada sutradara yang setiap Minggu bisa syuting satu film, apakah akan hasilnya bagus? Tidak akan,” tegasnya.

Selain dari sisi produksi, ia juga menyoroti minimnya variasi ide dan tampilan film Indonesia saat ini. Dari poster, judul, hingga daftar pemain, menurut Abimana semuanya terasa mirip satu sama lain.

“Gue aja sudah sulit membedakan. Ini mohon maaf ya, buat bapak-bapak yang punya duif,” ucapnya sambil menyindir halus pihak produser yang dianggap hanya mengejar keuntungan.

Kekhawatiran terhadap Kejenuhan Penonton

Abimana pun menyampaikan kekhawatirannya bahwa jika pola ini terus berlanjut, penonton bisa kehilangan minat terhadap film lokal. Ketika semua karya terlihat sama, publik akan merasa bosan dan mulai beralih ke tontonan lain.

“Nanti penonton akan bilang, ‘Film Indonesia gitu-gitu doang ya’,” pungkas Abimana.

Pandangan jujur Abimana ini sontak menuai banyak tanggapan di media sosial. Tak sedikit warganet yang menganggap komentarnya sebagai bentuk kepedulian terhadap kualitas perfilman Indonesia agar tetap memiliki identitas kuat di tengah arus industri hiburan yang semakin kompetitif.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak