Aktor muda Omara Esteghlal kembali mencuri perhatian publik setelah berhasil membawa pulang Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2025 untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Lewat perannya sebagai Jefri dalam film Pengepungan di Bukit Duri, aktor kelahiran 1999 itu membuktikan kemampuan aktingnya yang semakin matang.
Namun, di balik kemenangan besarnya, unggahan warganet justru memicu polemik kecil yang ikut menyeret nama sang kekasih, Prilly Latuconsina.
Semua bermula dari komentar seorang netizen di TikTok. Dalam sebuah video yang membahas kemenangan Omara, akun bernama MUHAMMAD AGUS MASIH SMP menulis, “Dia dapat piala karena jurinya Prilly Latuconsina.”
Komentar singkat itu langsung viral dan menuai beragam reaksi. Pasalnya, tudingan tersebut dianggap meremehkan proses panjang penjurian FFI sekaligus meragukan profesionalitas Omara.
Tak tinggal diam, Prilly pun turun tangan memberikan klarifikasi lewat akun TikTok pribadinya (@prillylatuconsina15). Dengan gaya bicara yang dibawa santai, ia menegur sang pemberi komentar, yang jika dilihat dari username-nya, rupanya masih duduk di bangku SMP.
“Teruntuk Muhammad Agus masih SMP. Agus, sekolah dulu,” ujar Prilly membuka responsnya. “Masih SMP, jangan komen-komen di akun orang. Masih kecil. Okay?” lanjutnya dengan nada tegas namun jenaka.
Prilly menegaskan bahwa ia bukanlah juri FFI, melainkan Ketua Program atau Ketua Pelaksana, posisi yang tidak berkaitan dengan penentuan pemenang Piala Citra. Ia menolak anggapan bahwa kemenangan Omara dipengaruhi olehnya.
“Coba yuk dilihat media sosialnya Festival Film Indonesia, apakah saya juri? Saya itu Ketua Program atau Ketua Pelaksana,” ujar Prilly.
Meski demikian, Prilly tetap menyelipkan gurauan di pamungkas sesi klarifikasinya. “Tapi kamu masih SMP, kamu belum ngerti pasti tugasnya apa. Ntar aja dijelasinnya, tunggu kamu SMA ya?”
Respons Prilly itu langsung mencuri perhatian publik. Banyak yang merasa teguran tersebut lucu namun tetap mengedukasi, sekaligus menjadi momen penting untuk meluruskan mispersepsi warga net soal struktur organisasi FFI.
Sebagai ketua program FFI, Prilly memang memiliki tanggung jawab besar, namun bukan pada pemilihan pemenang. Tugasnya mencakup memastikan keberlangsungan dan penyelenggaraan keseluruhan festival, memimpin tim pelaksana, mengelola adaptasi regulasi, hingga menjembatani hubungan FFI dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI).
Singkatnya, ia menjalankan fungsi manajerial, bukan kuratorial. Posisi penjurian tetap berada di tangan panel juri profesional yang ditunjuk khusus.
Di sisi lain, kemenangan Omara di FFI 2025 semakin menegaskan jejak kariernya yang konsisten. Mulai dikenal publik setelah memerankan Piyan dalam Dilan 1990 (2018), ia terus memperluas portofolionya lewat film-film seperti Kadet 1947 (2021), Budi Pekerti (2023), hingga Ali Topan (2023).
Kiprahnya di Pengepungan di Bukit Duri menjadi pembuktian bahwa Omara kini berdiri sebagai aktor muda dengan kemampuan yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Menariknya, dalam pidato kemenangannya di malam puncak FFI 2025 yang berlangsung meriah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Kamis (20/11/2025), Omara justru sempat melontarkan ucapan khusus untuk Prilly.
“Dan juga untuk perempuan yang hebat sekali bisa mengurus semua acara ini, Bu Prilly Latuconsina yang cantik di situ. Terima kasih, I love you,” katanya, membuat suasana panggung sontak riuh oleh sorakan penonton.
Acara puncak FFI 2025 tak hanya menjadi malam bersejarah bagi Omara, tetapi juga momen yang menyorot komitmen Prilly dalam menjalankan tugas besarnya sebagai Ketua Program.
Keduanya tampil dengan pencapaian masing-masing, Omara lewat kemenangannya, Prilly lewat kerja keras di balik panggung. Dukungan yang mereka tunjukkan satu sama lain membuat publik makin terpukau dengan perjalanan karier keduanya.