Sering Mengalami Ketindihan saat Tidur? Begini Penjelasan Medisnya

Candra Kartiko | Rion Nofrianda
Sering Mengalami Ketindihan saat Tidur? Begini Penjelasan Medisnya
Ilustrasi tidur (Pexels/Johnmark Smith)

Sering terjadi saat tidur seseorang merasakan ketindihan, bahkan tak jarang situasi ini dikaitkan dengan unsur-unsur mistis. Kondisi ketindihan ini telah dijelaskan oleh medis dengan istilah sleep paralysis, yaitu kondisi ketika seseorang tidak mampu untuk berbicara atau pun bergerak saat terbangun dari atau ketika akan tidur, kondisi ini berlangsung beberapa detik hingga beberapa menit.

Melansir dari alodokter ketindihan ini dapat dialami oleh setiap jenjang usia, dari anak-anak hingga dewasa. Meskipun demikian fenomena ketindihan ini lebih berisiko dialami oleh individu yang memiliki kondisi tertentu diantaranya insomnia, gangguan cemas hingga gangguan stres pasca trauma (PTSD).

BACA JUGA: 6 Manfaat Ubi Rebus yang Bagi Kesehatan Tubuh, Cocok Untuk Diet!

Penyebab Ketindihan

Adapun beberapa faktor penyebab resiko seseorang mengalami ketindihan yaitu;

1. Faktor usia

Meskipun semua usia dapat mengalami resiko ini, namun ketika seseorang mengalami ketindihan bisa saja karena faktor usia yang sudah tidak muda lagi.

2. Faktor keturunan

Faktor keturunan ini karena disebabkan oleh gen yang diturunkan oleh kedua orang tua sehingga pada akhirnya dapat diwariskan kondisinya kepada anak-anaknya

3. Kurang tidur atau pola tidur tidak teratur

Kurang tidur maupun pola tidur yang kurang teratur menjadi faktor ketiga terjadinya ketindihan. Kurang tidur membuat kondisi tubuh kurang fit pada akhirnya dapat meningkatkan resiko terjadinya ketindihan.

4.  Keram kaki pada malam hari

Faktor keram kaki ini sering kali terjadi, oleh sebab itu pada saat kondisi keram dapat berdampak kepada terjadinya ketindihan saat tidur.

5.  Penyalahgunaan obat-obatan

Penggunaan obat yang berlebihan maupun tanpa anjuran dokter dapat menjadi faktor munculnya ketindihan bagi individu.

Untuk diketahui, meskipun jarang terjadi kelumpuhan masa tidur ini juga bisa menjadi gejala narkolepsi. Narkolepsi ini yaitu gangguan tidur sehingga menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk tetap terjaga lebih dari 3-4 jam.

BACA JUGA: Ammar Zoni Terciduk Lagi, Simak Pengertian dan 4 Golongan Psikotropika

Cara Mengatasi Ketindihan

Seringnya terjadi ketindihan saat tidur tentu saja dapat mengganggu kualitas tidur seseorang. bisa Jika sering mengalami fenomena sleep paralysis ini, dilansir dari alodokter terdapat beberapa cara mengatasi dan meringankan kondisi sleep paralysis yang bisa kamu coba lakukan, yaitu:

1. Waktu tidur cukup

Saat individu memiliki waktu tidur yang cukup, tentu saja kondisi ini dapat meminimalisir terjadinya sleep paralysis. Pada akhirnya, tidur yang cukup dari individu sangat sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang. Durasi tidur terbaik yaitu enam hingga delapan jam setiap malamnya dan biasakan tidur malam serta bangun pagi di waktu yang sama setiap harinya.

2. Relaksasi

Relaksasi merupakan sebuah metode relaksasi pikiran dan tubuh sehingga bisa meningkatkan kualitas tidur seseorang. Jika beragama islam, dapat melakukan dengan berdzikir maupun beristighfar untuk menenangkan hati dan pikirannya.

Ketika aktivitas ini dilakukan sebelum tidur, dapat mengurangi insomnia atau gangguan tidur. Jika teknik ini dilakukan, kondisi sleep paralysis diindikasi juga berkurang. Selain berguna untuk mengatasi sleep paralysis juga dapat meningkatkan suasana hati serta mengurangi stres dan rasa cemas.

3. Posisi tidur

Posisi tidur  individu yang mengalami kondisi sleep paralysis sering kali dilaporkan dalam posisi telentang. Oleh karena itu, perlu di rubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terjadinya sleep paralysis, cobalah tidur dengan posisi menyamping khususnya ke arah kanan

4. Mengurangi stres

Kondisi stress pada umumnya dapat menyebabkan gangguan tidur dan meningkatkan risiko mengalami sleep paralysis. Kamu dapat melakukan berbagai cara untuk mengatasi stress ini, beberapa diantaranya dengan relaksasi, menyalakan lilin aromaterapi mendengarkan ayat alquran hingga mendengarkan musik instrumen sebelum tidur.

5. Kafein

Konsumsi minuman kafein berlebihan dan berdekatan dengan waktu tidur bisa membuat Kamu akan lebih sulit untuk tidur dan lebih mudah mengalami kecemasan. Dengan kondisi seperti ini, kualitas maupun kuantitas tidur pun berkurang sehingga meningkatkan risiko terjadinya sleep paralysis pada saat tidur.

BACA JUGA: Kenali 4 Faktor Risiko Penyebab Stroke, Hindari Sedini Mungkin!

Cobalah untuk dapat menghindari konsumsi minuman berkafein menjelang tidur setidaknya dapat dikonsumsi enam jam sebelum tidur serta dianjurkan mengkonsumsi air putih yang cukup setiap harinya.

6. Alkohol

Kualitas tidur salah satunya dikarenakan oleh mengkonsumsi alkohol sehingga berdampak negatif pada kualitas tidur individu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi alkohol sebelum tidur memang dapat tidur nyenyak, namun mudah terbangun di tengah malam dan akan mengalami kesulitan untuk tidur kembali.

Individu disarankan untuk menghindari konsumsi alkohol sehingga bisa mendapatkan tidur yang berkualitas dan tentunya meminimalkan risiko terjadinya sleep paralysis ketika tidur.

7. Ruang tidur nyaman

Kondisi ruangan yang nyaman, wangi, bersih dan rapi dapat memengaruhi kualitas tidur individu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan ruang tidur yang nyaman yaitu dengan menggunakan kasur dan bantal yang nyaman, minim cahaya dan suara yang mengganggu hingga menjauhkan diri dari peralatan elektronik diantaranya handphone maupun televisi setidaknya tiga puluh menit sebelum tidur.

Kondisi sleep paralysis atau ketindihan meski belum diketahui penyebabnya secara pasti, meskipun dianggap dan dikaitkan dengan unsur mistis namun medis mampu mendeskripsikannya secara ilmiah. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor penyebab dan mencoba saran-saran yang telah dituliskan di atas.

Namun, jika saran diatas belum dapat mengatasi keluhan ketindihan atau tetap merasakan sleep paralysis, segeralah konsultasi ke dokter untuk memperoleh pemeriksaan lebih lanjut dan penanganan yang sesuai.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak