Freewriting, Cara Ampuh Melepaskan Emosi yang Terpendam

Hayuning Ratri Hapsari | Berliana Dyah Ayu Tasya
Freewriting, Cara Ampuh Melepaskan Emosi yang Terpendam
Ilustrasi Freewriting (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Tidak semua orang bisa dengan mudah meluapkan amarahnya. Terkadang ada orang yang memilih memendam rasa sakitnya. Namun rasa sakit yang dipendam terus menerus juga tidak baik.

Apa pun bentuk emosi yang kita rasakan, semestinya perlu diekspresikan. Apalagi emosi negatif seperti amarah, rasa sakit hati, ketakutan, insecure, hingga kesedihan. Semua emosi negatif tersebut jika terus dipendam maka akan bertumpuk dan meracuni diri sendiri. 

Semua emosi yang bertumpuk tersebut jangan disepelekan. Banyak risiko penyakit baik fisik maupun mental yang akan kita dapatkan ketika tidak melepaskan emosi negatif yang kita rasakan.

Emosi yang bertumpuk tersebut akan menyebabkan stres berkepanjangan.  Selain itu memendam emosi juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan itu akan menjadikan tubuh kita lebih rentan terkena berbagai penyakit. 

Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang sudah terbiasa memendam emosinya? Melakukan sesuatu di luar kebiasaan memang hal yang sulit. Setiap orang pasti punya alasan tersendiri kenapa memilih untuk terus menerus memendam emosinya.

Alasan itu bisa berasal dari didikan di rumah yang mengajarkan bahwa kita harus berhati-hati dalam berkata, menghormati orangtua hingga tidak boleh membantah.  Selain itu, juga bisa karena kita terlalu takut menyakiti orang lain, karena saat marah biasanya orang akan mengeluarkan kata-kata tajam yang menyakitkan.

Ada satu cara melepaskan emosi tanpa perlu menyakiti orang lain. Kamu yang sudah terbiasa memendam emosimu, akan lebih mudah jika kamu mau melepaskannya dengan cara freewriting atau menulis bebas.

Dengan teknik freewriting ini, kamu tidak perlu takut jika merasa bahwa tulisanmu nggak bagus atau tidak pandai merangkai kata-kata. Freewriting ini bukan tulisan yang harus kamu publikasikan dan dibaca orang lain. 

Kamu hanya perlu menggunakan kertas dan pena, ataupun smartphone untuk menuliskan apa pun yang sedang kamu pikirkan, termasuk melepaskan emosi yang selama ini kamu pendam.

Agak berbeda dengan menulis diary, freewriting ini benar-benar kamu melepaskan semua emosi dan beban di pikiranmu tanpa peduli dengan kesalahan kata atau kerancuan kalimat dari tulisanmu itu. Seperti arti dari freewriting, benar-benar menulis dengan bebas. 

Ketika sedang menulis, kamu bisa mencoba membayangkan orang-orang yang pernah menyakitimu atau membuatmu kecewa, lalu lepaskan emosimu itu dengan bebas melalui tulisan.

Mungkin perasaanmu akan sedikit sesak, bahkan hingga membuatmu ingin menangis. Tapi tak apa, itu justru tanda bahwa kamu sudah mulai melepaskan emosimu. Kamu juga tidak perlu khawatir orang lain akan tahu. 

Tidak perlu menulis terlalu lama jika menurutmu itu melelahkan, atau karena kamu memang tidak terbiasa menulis. Cukup 10 sampai 15 menit, namun akan lebih baik lagi jika kamu rutin melakukannya setiap hari. Setelah melepaskan emosimu dengan bebas, kamu bisa membaca lagi hasil freewriting-mu.

Dari situ, kamu bisa lebih memahami apa saja emosi yang selama ini kamu pendam, kamu juga menjadi lebih sadar apa saja perkataan atau kejadian yang membuatmu sakit hati, marah, sedih hingga kecewa. 

Setelah selesai, kamu bisa menyobek atau menghapus tulisanmu kalau takut akan dibaca orang lain. Atau kamu bisa menyimpannya untuk dibaca lagi di kemudian hari.

Bagaimana, apakah kamu tertarik untuk mencobanya? Jangan ragu ya untuk mencobanya, karena tentunya akan banyak manfaat yang kamu dapatkan dengan melakukan hal sesederhana freewriting ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak