Seperti sudah diramalkan pecinta bulutangkis tanah air, Jonatan Christie gagal menahan Axelsen. Dalam partai puncak Japan Open 2023 nomor tunggal putra, Jonatan Christie menyerah dalam 2 gim langsung.
Jika dibandingkan dengan Ginting, Jonatan Christie jauh lebih lembek saat menghadapi Axelsen. Rekor 2-7 dari Axlesen adalah salah satu buktinya. Semangat juangnya kalah jauh dengan Ginting.
Pada gim pertama, Jonatan Christie menyerah dengan angka kecil, 7-21. Skor ini seakan menjadi gambaran apa yang akan terjadi pada gim kedua. Dipastikan skor yang tersaji, tidak terlalu jauh.
Ternyata dugaan ini keliru. Jonatan Christie di awal gim justru memimpin hingga interval kedua. Harapan pun membumbung. Axelsen tampak mengalami sedikit kesulitan.
Namun bukan Axelsen jika tidak mempunyai jalan keluar. Seperti saat menghadapi Prannoy sehari sebelumnya, Axelsen mampu membaca permainan.
Jika sebelumnya dia terkesan didikte Jonatan, ternyata menjelang akhir gim, semuanya berubah. Secara pelan tapi pasti, Axelsen mengambil alih permainan. Dengan bekal kecerdasan dan kecerdikannya, Jonatan dikunci di angka 18.
Sebuah aksi luar biasa Axelsen. Ketenangannya dalam bermain, menunjukkan jam terbang dan mental juaranya. Sebab mengubah keadaan tertekan menjadi pemenang tidak semua orang mampu melakukannya.
Kegagalan Jonatan di partai puncak Japan Open 2023, pada akhirnya memupus harapan Indonesia untuk turut berpesta dalam ajang ini. Seperti diketahui Korea memboyong 2 gelar, Jepang, China Taipei, dan Denmark masing-masing satu gelar.
Nasib kubu Indonesia sama dengan yang dialami China. Skuad luar biasa China kali ini harus gigit jari setelah 2 wakilnya harus tunduk di tangan Korea. Ganda putri dan tunggal putri China tidak mampu melewati Korea.
Bagi Indonesia sendiri, kegagalan ini menjadi petanda makin panjang kemarau gelar yang harus dialami. Diakui atau tidak, peta kekuatan bulutangkis dunia telah bergeser jauh. Pemain-pemain Indonesia meski terkadang mengejutkan, kini tidak ditakuti negara-negara lain.
Terbukti beberapa jagoannya termasuk Ginting dan para ganda putra Indonesia tidak stabil dalam penampilannya. Secara hitungan angka kegagalan mereka dalam meraih gelar, kalah jauh dengan pemain dan pasangan negara lain.