Pasca menjalani musim yang tak apik bersama KAS Eupen, pemain belakang Timnas Indonesia, Shayne Pattynama akhirnya memutuskan untuk pecah kongsi dengan klub divisi kedua liga Belgia tersebut.
Meskipun masih memiliki kontrak bersama klubnya hingga 30 Juni 2026 mendatang, namun pemain berkaki kidal ini memilih untuk berpisah. Minimnya kesempatan bermain, di mana laman transfermarkt menuliskan bahwa dirinya hanya bermai sebanyak 17 laga dengan 729 menit pada musim ini, membuat Shayne lebih memilih untuk mencari pelabuhan baru demi masa depan karier profesionalnya.
Dan setelah dirumorkan bakal berlabuh dengan beberapa klub yang berasal dari Liga 1 Indonesia, Shayne akhirnya terkonfirmasi resmi menyeberang ke liga negeri tetangga.
Menyadur laman Suara.com (21/5/2025), klub raksasa liga Thailand, Buriram United berhasil mendapatkan tanda tangan sang pemain, di detik-detik terakhir jelang bergabungnya Shayne ke Bhayangkara FC.
Bagi sebagian penggemar sepak bola, bergabungnya Shayne ke Buriram United tentunya dinilai sebagai sebuah penurunan karier yang cukup signifikan. Pasalnya, jika dibandingkan dengan KAS Eupen yang merupakan tim di Challenger Pro League Belgia, Buriram tentu memiliki perbedaan level yang cukup signifikan.
Bahkan, jika dilihat dalam tataran benua Asia, meskipun Buriram adalah raksasa dalam persepakbolaan negeri Gajah Putih, namun mereka belum mampu bersaing secara konsisten di kompetisi antar klub benua kuning.
Sehingga, hal tersebut membuat Shayne dinilai benar-benar membuat keputusan yang kurang tepat. Terlebih lagi, dengan usianya yang baru berada di angka 26 tahun, membuat sang pemain akan lebih baik jika mencoba peruntungannya di pentas Eropa terlebih dahulu, atau mencoba untuk menjajal kompetisi di negara-negara kelas dua benua biru seperti Yunani, Turki atau negara lain di kawasan Eropa timur, atau mungkin liga tier tinggi di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan.
Tak Ada yang Salah dengan Keputusan Shayne
Namun jika dipikir-pikir, sejatinya tak ada yang salah dengan keputusan dari Shayne Pattynama. Memang, setiap pemain sepak bola memiliki impian untuk bisa terus berkarier di persepakbolaan benua Eropa.
Namun perlu diingat, selama musim ini, Shayne hanya mendapatkan menit dan kesempatan bermain yang minim bersama KAS Eupen. Dari 17 laga yang dijalaninya bersama klub Belgia tersebut, Shayne tercatat hanya bermain penuh dalam dua pertandingan saja. Selebihnya, dirinya bermain tak sampai 90 menit di lapangan.
Minimnya kesempatan untuk turun ke lapangan ini tentunya juga berimbas pada kans Shayne untuk bisa mendapatkan lirikan dari klub lainnya.
Bagaimana bisa sebuah klub akan melirik seorang pemain dengan usia matang seperti dirinya, jika klubnya saja tak memberikannya banyak kesempatan bermain? Tentunya Shayne akan sulit untuk mendapatkan hal itu bukan?
Pun demikian halnya semisal sang pemain mencoba untuk bergabung dengan klub-klub mapan dari kawasan Asia lainnya, sudah pasti dirinya tak akan mendapatkan garansi untuk terus bermain secara reguler.
Pasalnya, belajar dari apa yang dialami oleh Sandy Walsh beberapa waktu ini di pentas Liga Jepang, Shayne bisa saja mendapatkan nasib serupa. Walsh yang bermain di kompetisi level tertinggi Belgia saja saat ini mendapatkan musim yang cukup sulit di Jepang, apalagi Shayne yang berkiprah pada kompetisi di bawahnya?
Bukankah lebih baik Shayne berlabuh terlebih dahulu di klub yang memiliki prospek dan jangkauan luas seperti Buriram yang berkibar di level Asia, sembari menunggu jika nanti ada klub besar yang menawarinya bergabung? Tentu hal ini lebih masuk akal bukan, daripada bergabung dengan klub-klub besar, namun pada akhirnya tak mendapatkan menit bermain reguler.
Terlebih lagi, untuk ukuran Asia Tenggara, kompetisi Liga Thailand sendiri bukanlah liga ecek-ecek. Karena berdasarkan peringkat kompetisi dari AFC, Liga Thailand sendiri saat ini masih menduduki peringkat terbaik ke-8 di Asia, dan terbaik pertama di Asia Tenggara.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS