Pernahkah Anda memperhatikan seorang pemain futsal yang tampaknya selalu mengetahui posisi rekan setimnya, meskipun tidak sempat menoleh ke belakang? Bahkan di lapangan yang sempit dengan tempo permainan yang sangat cepat, mereka mampu memberikan operan akurat kepada rekan yang baru saja lolos dari kawalan lawan. Fenomena ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil kerja “GPS alami” manusia yang biasa dikenal sebagai spatial awareness.
Di dalam otak manusia, terdapat area bernama hippocampus dan entorhinal cortex yang berperan dalam memetakan lingkungan. Para ilmuwan menyebut sel-sel di area ini sebagai place cells dan grid cells. Dalam konteks futsal, bagian otak tersebut bekerja layaknya Google Maps versi instan yang secara terus-menerus memperbarui “peta” lapangan di dalam pikiran pemain. Perbedaannya yaitu jika Google Maps memerlukan sinyal, pemain futsal cukup mengandalkan ingatan visual, isyarat suara, serta persepsi gerak di sekitarnya.
Penelitian neuroscience selama lebih dari tiga dekade telah mengidentifikasi dua jenis sel otak penting yang membentuk “GPS alami” manusia yaitu place cells di hippocampus dan grid cells di entorhinal cortex. Place cells berfungsi memetakan lokasi tertentu dalam ruang, sementara grid cells mengatur koordinat spasial yang memungkinkan otak memperkirakan posisi diri secara akurat. Studi ini menjelaskan bahwa kedua jenis sel tersebut bekerja sebagai peta saraf internal yang terus diperbarui, bahkan tanpa melihat langsung, yaitu dengan memanfaatkan memori, prediksi gerakan, dan integrasi informasi dari lingkungan sekitar.
Dalam konteks futsal, mekanisme ini menjadi fondasi spatial awareness yang membuat pemain mampu mengoper bola akurat meski pandangannya terhalang lawan. Setiap kali pemain berlatih, proses neuroplasticity memperkuat koneksi saraf di jaringan hippocampus–entorhinal, menghasilkan mental map lapangan yang semakin presisi. Inilah sebabnya pemain berpengalaman sering terlihat “selalu tahu” posisi rekan tim. Fenomena ini bukan sekadar bakat alami, melainkan hasil ribuan jam latihan yang secara tidak langsung mengasah “GPS otak” mereka dan merupakan sebuah konsep yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Misalnya, seorang pemain baru saja melihat posisi rekan di sisi kanan sebelum pandangan terhalang oleh lawan. Otak kemudian akan menyimpan koordinat tersebut dan memprediksi posisi rekan tersebut setelah beberapa detik bergerak, bahkan sebelum pemain sempat menoleh kembali. Hal inilah yang memungkinkan operan tetap akurat meskipun bidang pandang terbatas.
Kemampuan tersebut tidak semata-mata berasal dari bakat alami. Latihan berulang di lapangan memungkinkan otak pemain membentuk mental map yang semakin presisi. Studi di bidang neuroscience menyebut proses ini sebagai neuroplasticity, yakni kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk koneksi saraf baru. Hal inilah yang merupakan sebab pemain berpengalaman sering tampak “selalu tahu” posisi rekan, padahal yang mereka andalkan adalah peta mental yang terbangun dari ribuan jam bermain
Oleh karena itu, ketika seseorang mengatakan bahwa pemain futsal unggulan memiliki “GPS” di dalam otaknya, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya keliru. Hanya saja, “GPS” tersebut bukanlah bawaan alami, melainkan hasil dari latihan konsisten, fokus yang terjaga, serta insting yang terus diasah.
AXIS Nation Cup 2025 menjadi arena untuk menguji seberapa presisi “GPS” mental para pemain muda. Pada turnamen ini, kecepatan berpikir dan keterampilan membaca situasi lapangan menjadi faktor penentu dalam mengantarkan tim menuju kemenangan. Jika Anda merasa memiliki insting tajam dan tekad kuat tersebut, inilah waktunya untuk membuktikannya di lapangan.
Yuk langsung daftar dan wujudkan #SuaraParaJuara Anda di AXIS Nation Cup 2025 di anc.axis.co.id dan axis.co.id!