Main Futsal: Saat Laki-Laki Nggak Takut Tunjukin Perasaan

Hernawan | Gabriella Keisha
Main Futsal: Saat Laki-Laki Nggak Takut Tunjukin Perasaan
Kompetisi Futsal Axis Nation Cup 2025 (Galeri ANC)

Futsal mungkin cuma terlihat sebagai permainan bola lima lawan lima di dalam lapangan futsal. Tapi buat banyak laki-laki sekarang, futsal adalah ruang yang lebih dari sekedar olahraga. Ini adalah tempat yang aman untuk mereka menunjukkan emosi, di mana perasaan yang tak bisa diucap akhirnya bisa dilepas, termasuk yang selama ini dianggap “lemah” jika keluar dari tubuh laki-laki.

AXIS Nation Cup 2025 dari AXIS siap menjadi ruang ekspresif sekaligus ajang pembuktian dirimu. Bukan cuma lima lawan lima, di lapangan kamu juga bisa jujur dengan perasaanmu. Karena #SuaraParaJuara tidak hanya terdengar di tribun, tapi terasa melalui semangat, keringat, dan keberanian untuk terus bermain di AXIS Nation Cup. 

Bukan Lemah, Tapi Manusiawi

Kalau kamu pernah nonton turnamen futsal antar sekolah, antar kelas, antar kampus, atau bahkan antar RT, kamu pasti familiar dengan momen-momen seperti: 

Yang jatuh di peluk temannya.

Nangis dan teriak saat gagal.

Peluk-pelukan saat menang.

Atau duduk diam menyendiri di pojok lapangan, menenangkan diri setelah kalah.

Menariknya, teman-teman mereka tidak mengejek atau menyalahkan. Tidak ada kalimat “malu ih, cowok kok cengeng.” Justru malah muncul kalimat seperti:

“Gak apa-apa bro, kita udah main keren banget.”

“Santai, kalah bukan akhir dunia.”

“Gak apa-apa sedih, nangis, kita balas di turnamen selanjutnya.”

Wholesome, jujur, penuh empati.

Ada masa di mana laki-laki dituntut untuk selalu kuat, tahan banting, dan tidak menunjukkan perasaan. Menunjukkan sisi emosional dianggap sebagai lemah, terutama jika muncul dari seorang laki-laki.

Namun, sekarang pandangan itu sudah mulai berubah. Mereka menyadari bahwa menunjukkan sisi emosional adalah bagian dari menjadi manusia. Futsal, yang secara fisik terlihat keras, justru menjadi ruang ekspresi yang aman.

Futsal bukan cuma soal menang atau kalah, tapi juga tentang menjadi diri sendiri, tentang jujur pada perasaan, dan saling memahami. Main futsal bisa menjadi bentuk pelarian dari tekanan hidup, dari tugas-tugas yang menumpuk, kerjaan yang bikin stress, dan sampai urusan personal yang bikin pusing.

Teriakan saat bertanding, selebrasi saat mencetak gol, terasa seperti pelepasan emosi yang sulit diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, akhirnya menemukan jalan keluar lewat olahraga. Rekan satu tim yang mengerti tanpa harus dijelaskan, mereka tahu kapan harus memberi pelukan, dan kapan harus diam.

Ada juga momen latihan yang penuh usaha di balik selebrasi gol dan tangis kekalahan. Mereka bersama-sama belajar teknik dasar futsal, seperti passing, dribbling, shooting, dan mengontrol bola. Dari situ juga mereka belajar komunikasi, kerja sama, dan saling percaya.

Bukan Cuma Tim, Tapi Saudara

Hal yang membuat futsal makin spesial bukan cuma soal permainannya, tapi orang-orang di dalamnya. Tim bukan cuma kumpulan pemain yang menempati formasi futsal masing-masing, tapi juga support system satu sama lain. Tahu kapan harus kasih semangat, kapan harus diam.

Momen seperti gini yang sering bikin banyak orang sadar bahwa futsal bukan cuma tentang menang atau kalah, tapi tentang tumbuh bareng dan ngedukung bareng. Saat ini, mereka tidak malu untuk mengaku sedang lelah secara emosional. Di lapangan futsal menjadi tempat di mana mereka merasa cukup dan aman untuk berkata jujur. 

Lapangan futsal bukan cuma soal strategi, fisik, dan stamina. Saat menang, mereka lompat kegirangan, saling merangkul dan menangis lega. Saat kalah, pelukan dari satu sama lain bukan sekedar formalitas, tapi bentuk solidaritas dan dukungan yang tulus. 

Nangis saat kalah? Bukan lemah.

Diam di pinggir lapangan saat kalah? Bukan drama. 

Lompat kegirangan saat menang? Bukan berarti sombong.

Itu semua adalah bentuk manusiawi dari seseorang yang jujur dengan emosinya. Mereka tahu, jadi kuat bukan berarti nggak boleh sedih. Menjadi laki-laki bukan berarti harus menutupi semua rasa.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak