Suara Sang Juara Tak Pernah Padam

Hikmawan Firdaus | agata mulia
Suara Sang Juara Tak Pernah Padam
Pertandingan antara SMKN 1 Cilegon dan SMK Nusantara.[ANC2025]

Suara itu menggema bahkan sebelum peluit pertama dibunyikan Grand Final AXIS Nation Cup 2025. Dari tribun sebelah kiri, lautan Hijau suporter SMKN 1 Cilegon memenuhi kursi dengan chant yang berirama seperti ombak keras, kompak, dan penuh keyakinan. Di sisi lain, barisan kecil pendukung SMK Nusantara berdiri sederhana. Tak seberapa banyak, namun setiap sorakan mereka terdengar tulus, menggema di antara riuh yang jauh lebih besar. Sore itu, lapangan Istora senayan menjadi lebih dari sekadar tempat bertanding. Ia berubah menjadi panggung di mana suara-suara kecil berani melawan gemuruh yang besar, semangat yang sejalan dengan pesan positif yang sering digaungkan di anc.axis.co.id, tempat para anak muda menunjukkan keberanian dan keteguhannya.

Pertandingan babak pertama dimulai dengan tempo tinggi. SMKN 1 Cilegon tampil percaya diri, menyerang cepat, dan tak ragu berduel keras. Sebuah sepakan deras akhirnya menembus gawang Nusantara 1-0. Sorakan dari tribun Cilegon pecah seperti badai yang menghantam. Namun, di tengah riuh kemenangan sementara itu, para pemain Nusantara tetap menegakkan kepala. “Belum selesai,” teriakan salah seorang supporter menyemangati pasukan SMK Nusantara. Momen ini terasa seperti cerminan semangat pantang menyerah yang juga menjadi ciri khas komunitas muda di axis.co.id yang tetap percaya, dan terus berjuang meski peluang terlihat kecil.

Ketegangan semakin terasa di akhir babak pertama. Salah satu pemain Cilegon, yang memiliki gaya permainan yang keras, terpancing emosi dan melakukan pelanggaran keras. Wasit mengangkat kartu merah tinggi-tinggi. Seketika, suara yang sebelumnya begitu lantang mendadak terdiam. Dari kursi penonton, hanya terdengar desahan dan bisikan. Sementara itu, para pemain Nusantara saling menatap, seolah menemukan sedikit cahaya harapan di tengah tekanan.

Babak kedua dimulai dengan semangat baru. Bermain dengan 4 orang di awal babak kedua, SMKN 1 Cilegon bertahan sekuat tenaga dari gempuran serangan SMK Nusantara yang tiada henti, Tak lama pemain ke- 5 SMKN 1 Cilegon diperbolehkan masuk oleh wasit menambah pertahanan kokoh pasukan SMKN 1 Cilegon, namun hal ini tidak membuat serangan SMK Nusantara terhentikan hingga akhirnya berhasil menembus pertahanan yang kokoh hingga akhirnya sebuah gol penyeimbang tercipta. Skor 1-1. Sorakan kecil dari tribun Nusantara meledak, semua penonton ikut merasakan sorakan yang penuh harapan, hingga menggerakan hati semua orang yang membuat gema memenuhi Stadion.

Waktu normal habis. Semua bersiap untuk adu penalti  momen di mana keberanian bertemu ketegangan, dan suara hati lebih keras dari teriakan penonton. Pemain SMK Nusantara maju terlebih dahulu. Sepakan kerasnya menembus gawang, “gol!” Sorak kecil dari tribun Nusantara terdengar, namun segera dibalas riuh dari sisi lawan ketika pemain SMKN 1 Cilegon membalas dengan tembakan sempurna. Skor imbang. Penendang kedua Cilegon bersiap. Sorakan penonton menggema memanggil namanya. Tapi kali ini, kiper Nusantara terbang ke kanan, menepis bola dengan ujung jarinya. Bola terpental keluar. Lapangan berguncang Nusantara unggul sementara!. Giliran ketiga. Pemain Nusantara maju, langkahnya mantap. Namun nasib berbalik; tendangannya ditepis oleh kiper Cilegon yang melompat ke arah berlawanan. Tribun Cilegon bergemuruh lagi, teriakan kompak menggema seperti badai: “Masih bisa! Masih bisa!” Harapan tumbuh kembali. Skor kini sama kuat 3-3. Semua mata tertuju ke tengah lapangan. Wasit mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa ini adalah tahap penentuan. Koin kecil diputar di udara, berkilau di bawah cahaya lampu. Detik terasa begitu lambat. Hasilnya: SMKN 1 Cilegon menjadi penendang terakhir.

Suara suporter mereka semakin menggila. Chant, tepukan, dan sorakan bersatu dalam satu irama. Di antara semua kebisingan itu, hanya degup jantung para pemain yang terdengar paling nyata.

Lalu tibalah momen terakhir. Bola di titik putih. Penendang terakhir dari Cilegon maju perlahan. Dari tribun, chant dukungan bergema lagi, keras dan penuh harapan. Namun di depan gawang, kiper SMK Nusantara berdiri tegak. Wajahnya tenang, meski keringat menetes di pelipis. Ia menunduk sebentar, lalu menatap bola seolah mendengarkan “suara” kecil dalam dirinya yang berbisik: ini saatnya.

Peluit berbunyi. Sepakan keras dilepaskan. Dalam sepersekian detik yang terasa abadi, tangan sang kiper melayang dan bola itu berhasil ditepis. Seluruh penjuru stadion bergemuruh! Sorak kemenangan menggema, kali ini dari tribun kecil yang sejak awal tetap percaya, Seluruh penonton ikut berteriak mengikuti euforia. Pemain Nusantara berlari, memeluk kiper mereka yang kini menjadi pahlawan. Di sisi lain, pemain terakhir Cilegon tertunduk, air mata jatuh diiringi suara isak tangis. Seorang rekannya datang, menepuk bahunya. Tak ada ejekan. Hanya penghormatan.

Sore itu, semua suara bersatu: sorakan, tangisan, tawa, dan tepukan tangan. Suara kemenangan, suara kekalahan. Tapi di tengah sorak, tepuk tangan, dan tangis itu, satu hal terasa jelas: inilah suara para juara, suara hati yang berani melawan, hingga detik terakhir.

Dan mungkin, di antara ribuan gema yang terdengar sore itu, suara kecil dari tim Nusantara adalah suara paling jernih suara para juara yang sesungguhnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak