Beberapa saat setelah dipecat oleh PSSI, Patrick Kluivert kedapatan langsung mengunggah sebuah pesan perpisahan di akun instagram pribadinya.
Pada akun @patrickkluivert9 (17/10/2025), eks penyerang Barcelona tersebut menuliskan sebuah kalimat yang sarat dengan ungkapan kekecewaan dan tentunya, ucapan terima kasih.
"Meskipun saya sangat kecewa dan menyesal karena pada nyatanya kita tidak bisa lolos ke Piala Dunia, saya akan selalu bangga dengan apa yang telah kita bangun bersama. Saya ucapkan terima kasih kepada para pendukung, staf-staf saya dan Erick Thohir untuk kesempatan yang tak terlupakan ini. Terima kasih." tulis Kluivert di instagram resminya.
Namun sayangnya, pesan perpisahan yang dituliskan oleh Kluivert tersebut terkesan memiliki kejanggalan. Terutama dalam kalimat "saya akan selalu bangga dengan apa yang telah kita bangun bersama".
Sebuah kalimat yang tentunya akan sangat melukai hati dan perasaan dari mayoritas para pendukung Timnas Indonesia, karena bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.
Seperti yang kita ketahui bersama, kalimat yang dituliskan oleh Kluivert tersebut terkesan sangat berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan. Karena kita tahu, di masa kepelatihan Kluivert ini justru lebih banyak tercatat capaian minor ketimbang hasil manis yang didapatkan oleh Timnas Indonesia.
Sebagai pendukung Timnas Indonesia yang berpikiran obyektif, tentu kita sepakat bahwa permainan Pasukan Merah Putih di bawah kepemimpinan Kluivert justru mengalami downgrade yang sangat signifikan. Alih-alih membangun tim secara lebih baik daripada Shin Tae-yong, Kluivert justru membuat pondasi-pondasi permainan yang telah ditanam oleh pelatih sebelumnya menjadi hancur lebur.
Bermodalkan para pemain yang lebih berbintang, gameplan maupun gameplay yang ditunjukkan oleh Jay Idzes dan kolega di lapangan justru tak berbentuk dan kalah jauh dengan apa yang disuntikkan oleh STY sebelumnya.
Ironisnya, permainan Kluivert yang amburadul seperti itu, harus diakui masih kalah apik dengan era STY yang kerap dituding memainkan sepak bola parkir bus atau bahkan pragmatis oleh para pengamat sepak bola yang penuh dengan tendensi.
Lantas, apa yang dibangun oleh Kluivert sepertimana yang dituliskan dalam kalimat perpisahannya itu? Sejauh ini saya pribadi belum menemukan konsep permainan matang yang dibangun oleh Kluivert bersama Timnas Indonesia ini.
Alih-alih membangun, yang ada justru bagi sebagian besar para pendukung Pasukan Garuda adalah kedatangan Kluivert menghancurkan warisan permainan berkarakter yang telah dibangun oleh STY dan pada akhirnya dia pergi tanpa meninggalkan sebuah legacy.
Jadi, sekali lagi, pertanyaannya sekarang adalah, apa yang dibangun oleh Kluivert?