Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!

Hikmawan Firdaus | Rana Fayola R.
Tutup Pintu untuk Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri!
Shin Tae-yong. (Instagram/@shintaeyong7777)

Keputusan PSSI untuk menegaskan bahwa Shin Tae-yong tidak akan kembali menukangi Timnas Indonesia menuai reaksi keras dari publik. Pernyataan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang menyebut Shin sebagai bagian dari masa lalu dinilai banyak pihak justru memperburuk citra organisasi sepak bola nasional itu di mata masyarakat.

Dalam konferensi pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno hari Jumat (24/10/2025), Erick Thohir menyampaikan bahwa pihaknya kini sedang fokus mencari pelatih baru yang lebih baik dari Shin Tae-yong maupun Patrick Kluivert.

“Yang namanya Coach STY dan Coach Patrick sudah menjadi bagian dari masa lalu,” tegas Erick, dikutip dari suara.com.

Ia menambahkan, meski kontribusi Shin Tae-yong diakui, PSSI kini tengah mempelajari kekurangan dari dua pelatih sebelumnya agar bisa menentukan sosok pengganti yang lebih tepat.

“Apa yang telah diberikan Coach STY kita apresiasi, apa kekurangannya kita pelajari,” tambahnya.

Namun, pernyataan Erick bahwa PSSI menutup pintu bagi Shin untuk kembali dinilai terlalu terburu-buru dan emosional. Padahal, banyak fans menilai Shin masih layak diberi kesempatan kedua setelah kontribusinya dalam membangun mental dan disiplin Timnas Indonesia.

Erick menegaskan bahwa pihaknya sedang mencari pelatih yang memiliki visi jangka pendek dan panjang, serta rekam jejak yang lebih baik. Sayangnya, pernyataan itu justru menimbulkan polemik baru. Publik menilai seolah PSSI enggan mengakui kesalahan dalam keputusan memecat Shin pada awal tahun 2025.

Apalagi, setelah kepergian pelatih asal Korea Selatan itu, performa Timnas justru menurun di bawah asuhan Patrick Kluivert.

Padahal sebelumnya, Shin Tae-yong dinilai berhasil membangun pondasi permainan Timnas yang lebih disiplin dan percaya diri. Di bawah arahannya, Timnas Indonesia mulai menunjukkan karakter permainan modern dengan pressing tinggi dan organisasi pertahanan yang solid.

Namun semua pencapaian itu seolah dihapus begitu saja ketika PSSI resmi memutuskan kontraknya awal tahun ini. Keputusan tersebut diambil setelah evaluasi menyeluruh atas kegagalan di Piala AFF 2024 dan kualifikasi Piala Dunia 2026.

Tolak Reuni dengan Shin Tae-yong, PSSI Justru Perburuk Citra Sendiri

Langkah PSSI menutup pintu bagi Shin Tae-yong bukan hanya memicu protes fans, tetapi juga memperkuat kesan bahwa federasi tidak konsisten dalam membangun proyek jangka panjang. Suporter menilai keputusan itu sebagai bentuk ego kelembagaan yang mengesampingkan hasil kerja nyata.

Tak sedikit penggemar yang secara terbuka mengecam keputusan tersebut. Mereka menilai PSSI gagal menghargai proses pembentukan tim yang sudah dilakukan Shin selama beberapa tahun terakhir.

Tak hanya fans, sejumlah pengamat sepak bola juga menilai langkah PSSI keliru. Mereka menyebut bahwa pemecatan Shin dan penunjukan Kluivert merupakan keputusan tergesa-gesa yang justru merugikan Timnas Indonesia dalam jangka panjang.

Bukti paling nyata terlihat saat Kluivert gagal membawa Indonesia melangkah ke putaran final Piala Dunia 2026 setelah kalah dari Arab Saudi dan Irak. Alih-alih memperbaiki performa, tim nasional justru mengalami kemunduran.

Kegagalan tersebut membuat publik semakin rindu pada era Shin Tae-yong, di mana semangat juang dan kepercayaan diri pemain terlihat jauh lebih kuat. Shin bahkan sempat menyatakan bahwa jika dirinya masih menjabat, Indonesia punya peluang besar untuk lolos lebih cepat dari babak ketiga kualifikasi.

Namun, alih-alih merefleksikan hal itu, Erick Thohir justru meminta para pendukung “move on” dari masa lalu. Pernyataannya itu menambah kekecewaan publik yang menilai PSSI tidak mau mendengar aspirasi suporter.

Keputusan menutup peluang bagi Shin Tae-yong dianggap memperburuk citra PSSI, karena memperlihatkan sikap arogan dan menutup diri terhadap kritik. Dalam konteks manajemen olahraga, keputusan semacam ini bisa berdampak panjang terhadap kepercayaan masyarakat.

Saat ini, tekanan terhadap PSSI semakin besar. Banyak pihak mendesak federasi untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan membuka kembali opsi terhadap pelatih yang benar-benar bisa mengembalikan identitas permainan Timnas Indonesia.

Jika PSSI terus bersikap defensif, bukan tidak mungkin gelombang ketidakpuasan dari fans akan semakin membesar. Publik menuntut transparansi, bukan hanya janji untuk 'mencari yang lebih baik' tanpa arah yang jelas.

Menutup pintu untuk Shin Tae-yong bisa jadi langkah yang memperkeruh suasana. Sebab, di mata banyak suporter, sosok Shin bukan sekadar pelatih, melainkan simbol perubahan dan harapan bagi sepak bola Indonesia.

Kini, bola ada di tangan PSSI. Mereka harus membuktikan bahwa keputusan ini bukan sekadar emosi atau gengsi, melainkan langkah strategis yang benar-benar didasarkan pada kebutuhan tim. Jika tidak, citra federasi bisa terpuruk lebih dalam di mata publik yang sudah mulai kehilangan kepercayaan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak