Banjir Kritik Bela Timnas Indonesia, Rafael Struick: Saya Tak Peduli Omongan Orang

Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
Banjir Kritik Bela Timnas Indonesia, Rafael Struick: Saya Tak Peduli Omongan Orang
Potret Rafael Struick (Instagram/rafaelstruick)

Sejak resmi menjadi Warga Negara Indonesia dan membela Timnas Garuda, striker naturalisasi Rafael Struick tak pernah lepas dari sorotan publik.

Rafael mendapatkan kewarganegaraan Indonesia pada Mei 2023 dan menjalani debut pada Juni 2023 saat Indonesia menghadapi Palestina di FIFA Matchday.

Keputusannya memilih Indonesia sebagai negara yang ia bela di kancah internasional menuai beragam komentar, mulai dari dukungan hingga kritik tajam melalui media sosial.

Rafael mengaku dirinya langsung dihujani kritik dari berbagai arah. Namun, alih-alih terpuruk, ia memilih untuk bersikap tak peduli dengan apa yang orang lain katakan dan fokus pada kariernya.

Melalui video di kanal YouTube Sport77 Official pada Senin (24/11/2025), Rafael mengungkapkan bahwa ia sudah menyadari sejak awal bahwa keputusan apa pun yang ia buat akan selalu memunculkan komentar dari orang lain.

Meski demikian, ia mengungkapkan bahwa pendapat publik bukan sesuatu yang ingin ia pikirkan terlalu dalam.

“Jujur ketika saya membuat pilihan, saya sudah tahu orang-orang akan banyak bicara. Jujur saja saya tidak peduli apa yang orang katakan,” ujar Rafael.

Rafael menambahkan, meski ada orang yang memberi kritik melalui pesan Instagram dan membicarakan keburukannya di belakang, sikap mereka biasanya berubah drastis saat bertemu langsung.

“Karena pada akhirnya, seseorang yang mengirim pesan di Instagram. Aku tidak mengenalnya, apa yang mereka lakukan, tetapi pada akhirnya mereka hanya bicara dan bicara. Jika mereka melihatmu di jalan, mereka tak mengatakan ini padamu, mereka minta foto,” kata Rafael.

Awal bergabung dengan Timnas Indonesia, kolom komentarnya penuh dengan respons negatif publik terkait pilihannya. Pada awalnya Rafael masih membaca komentar tersebut, tetapi kini ia memilih untuk mengabaikannya demi ketenangan.

“Terlepas dari ini saya tidak peduli dengan omongan orang. Saat saya baru bergabung dengan Timnas, saya melihat kolom komentar. Tapi sekarang saya tidak melihatnya lagi,” ujarnya.

Rafael juga menyinggung betapa sulitnya mengendalikan dinamika media sosial di Indonesia. Menurutnya, cepatnya arus komentar publik seringkali menimbulkan tekanan tersendiri.

Rafael sempat ingin non-aktif di media sosial, meski pada akhirnya tidak bisa karena kebutuhan pekerjaan.

“Tapi itu juga tidak baik di sosial media, media sosial juga gila di Indonesia. Saya sebenarnya tak begitu ingin menggunakannya, tapi harus karena sepak bola,” ucapnya.

Rafael juga menyoroti bagaimana publik bereaksi saat Indonesia gagal melaju ke Piala Dunia. Ia menegaskan bahwa seluruh pemain juga memiliki tujuan yang sama, yaitu membawa Indonesia berlaga di Piala Dunia.

Menurutnya, kegagalan bukanlah sesuatu yang memalukan, melainkan bagian dari proses menuju target jangka panjang.

“Bahkan saat sekarang karena mereka kalah, mereka tak lolos ke Piala Dunia. Dan sekarang mereka menggila, tapi tentu saja tujuannya adalah untuk lolos,” ujar Rafael.

“Itu realistis, tetapi tidak memalukan jika kamu tidak mendapatkannya. Itu seperti perencanaan 10, 20, 30 tahun ke depan, tetapi orang Indonesia mereka tidak sabar,” tambah Rafael.

Kritik, tekanan, dan ekspektasi publik seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia sepak bola. Namun, perjalanan Rafael Struick menunjukkan bahwa fokus terhadap tujuan jauh lebih penting daripada merespons komentar negatif.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak