Mengawal Arah Pemulihan Kesehatan Mental Pasca Pandemi

Candra Kartiko | Alfian Nurhidayat
Mengawal Arah Pemulihan Kesehatan Mental Pasca Pandemi
Ilustrasi stres (Pexels/Amirmohammad Taheri)

Terdapat banyak alasan mengapa masalah kesehatan mental perlu diangkat ke permukaan pada saat ini. Meskipun zaman semakin modern, nyatanya masih banyak orang yang harus berjuang dengan kondisi kesehatan mental yang cukup serius. Mengutip dari situs World Health Organization, dijelaskan bahwa kondisi pandemi COVID-19 telah memperburuk peningkatan masalah kesehatan mental. Pandemi tidak hanya mengancam kesehatan fisik. Namun, juga kesehatan mental. Kita semua telah melalui banyak hal hidup saat pandemi dan itu semua akan berdampak pada kesehatan mental kita. Apalagi kita diharuskan untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru yang bisa menjadi norma baru dalam kehidupan kita.

Meningkatnya pengangguran, kerawanan pangan, kekerasan, akses terbatas ke perawatan kesehatan selama pandemi, membuat banyak orang mengalami kecemasan, depresi, stres, dan ketakutan yang tidak bisa dikendalikan. Mengutip dari artikel dalam jurnal The European Journal of Psychiatry, kesehatan mental sebagian besar dipengaruhi oleh sosial ekonomi dan lingkungan fisik di mana orang tersebut tinggal. Ketimpangan dalam masyarakat bisa menyebabkan meningkatnya risiko kesehatan mental yang signifikan, dan kemiskinan merupakan penyebab utamanya. Mengutip dari situs Orami, tingkat stres konstan tinggi dapat menyerang orang-orang dalam kemiskinan yang sering kali menghadapi berbagai permasalahan, seperti tekanan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan, tinggal di lingkungan yang penuh sesak atau tidak aman, dan keluarga yang disfungsional. 

Tingkat kesehatan mental memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan. Ini merupakan jalan dua arah, kemiskinan dapat menjadi penyebab dan akibat dari kondisi kesehatan mental kita. Mengatasi ketimpangan ekonomi dan dampak sosial ekonomi pasca pandemi COVID-19 sudah seharusnya ditanggapi lebih serius oleh pemerintah, mengingat bahwa masalah kesehatan mental akibat dari ketimpangan ekonomi dan dampak sosial-ekonomi pasca pandemi COVID-19 nyata adanya. Mengutip dari World Bank Blogs, pandemi COVID-19 menyebabkan lebih dari 97 juta orang berada dalam kemiskinan pada tahun 2020. Dampak sosial ekonomi jangka panjang pasca pandemi kemungkinan besar akan membuat ketimpangan finansial yang berkontribusi pada peningkatan prevalensi dari penyakit mental. 

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah yang lebih komprehensif terkait upaya penanganan kesehatan mental dan kesehatan jiwa. Langkah-langkah tersebut dapat diwujudkan dengan:

  1. Menyediakan dan menjamin dukungan psikologis bagi orang-orang yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan karena terdampak pandemi.
  2. Membantu keuangan keluarga berpenghasilan rendah agar mereka bisa mengakses pelayanan kesehatan.
  3. Meningkatkan infrastruktur terkait keterhubungan sosial dengan menyediakan aliran dana khusus bagi otoritas lokal guna mendukung pemberdayaan masyarakat, termasuk dukungan sebaya dan mempromosikan kesehatan mental di lingkungan masyarakat.

Semua upaya ini harus dilakukan secara konsisten dan terus dikuatkan oleh semua elemen, termasuk pemerintah sehingga kasus yang berkaitan dengan gangguan kesehatan mental dapat dicegah. Kita tidak bisa menjaga kesehatan mental atau mengatasi momok terkait kesenjangan kesehatan mental tanpa mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak