Stigma Hak dan Kewajiban Istri Vs Peran Suami Sebagai Kepala Keluarga

Candra Kartiko | Alvi Nur Jannah
Stigma Hak dan Kewajiban Istri Vs Peran Suami Sebagai Kepala Keluarga
Ilustrasi keluarga yang bahagia (Freepik/jcomp)

Pernikahan merupakan ikatan yang terjalin antara pihak suami dan istri. Untuk membangun kehidupan rumah tangga, masing-masing pihak harus ikut terlibat atau berperan serta agar fondasi rumah tangga yang dibangun pun kokoh. Keterlibatan suami dalam peran rumah tangga bukan hanya sebagai pihak yang menafkahi, namun juga sebagai kepala keluarga.

Kepala keluarga sendiri bukanlah sosok yang hanya memerintahkan para anggotanya untuk bekerja, melainkan juga harus mampu membantu, mendampingi serta mengayomi seluruh anggota keluarga. Namun dalam prakteknya, suami seringkali hanya menjadi pencari nafkah saja dan kehadirannya kurang terasa serta kurang memiliki pengaruh penting dalam sebuah keluarga.

Akibatnya, istrilah yang harus mampu menyelesaikan permasalahan dalam keluarganya seorang diri agar rumah tangganya tetap berdiri dengan baik. Padahal, kewajiban istri dalam rumah tangga pun sebenarnya hanya melayani suami serta mendidik anak-anak. Namun stigma yang berlaku di masyarakat membuat seorang istri harus menjadi sosok yang prigel atau bisa melakukan semuanya mulai dari masak, melayani suami, membersihkan rumah, mendidik anak, mengatur keuangan, menyelesaikan permasalahan rumah tangga dan lain sebagainya.

Belum lagi jika istri adalah wanita pekerja yang gajinya digunakan untuk menyokong kebutuhan ekonomi rumah tangga, pasti akan sangat kewalahan baginya untuk menyelesaikan semua tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Sementara itu, semua tugas yang harusnya dilakukan bersama antara suami dan istri harus ditanggung sepenuhnya oleh istri yang bahkan haknya untuk mendapatkan nafkah lahir dan batin, untuk berbelanja kebutuhan pribadi hingga melakukan hal yang dia sukai seringkali terabaikan.

Akibat stigma itu pula, seorang istri akan dikatakan tidak becus jika tidak bisa masak, jika penampilan suami terlihat amburadul, jika anak tidak pandai dalam belajar bahkan jika rumah berantakan merupakan semua menjadi tanggungjawab istri seorang. Belum lagi di tengah-tengah semua kesibukannya, istri juga dituntut harus pandai merawat diri.

Padahal, dalam keluarga semuanya harus bekerja sama dan berbagi tugas, namun stigma dalam masyarakat membuat semua orang bahkan suami dan anak berpikir bahwa tugas seorang suami hanya bekerja dan tugas seorang anak hanya belajar.

Ketidakhadiran suami sebagai sosok kepala keluarga yang harusnya meringankan beban istri akan membuat rumah tangga menjadi pincang. Karena, hanya istri yang menjadi penopang agar rumah tangga tetap berdiri. Namun, begitu kehilangan sosok istri maka rumah tangga akan ambruk karena terbiasa membebankan semua kepada istri.

Video yang mungkin Anda suka

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak