Sampai pada titik yang bisa menyandang sarjana menjadi cerita sendiri bagi tiap mahasiswa. Tentu akan menjadi kebahagian tersendiri kalau bisa sampai pada titik momen wisuda, kehangatan dan kemeriahan akan terlihat sebagai balas kasih usai melalui proses-proses selama perkuliahan.
Memang gak gampang sampai pada tahap itu, usai menyelesaikan semua mata kuliah, kerja skripsi sebagai tahap akhir selalu mejadi momok yang menarik untuk dibicarakan. Bahkan banyak orang yang beranggapan kalau skripsi begitu menakutkan dan sulit untuk mengerjakannya, momoknya diwarnai berbagai keribetan yang mungkin didapatkan saat prosesi kerja skripsi.
Kerja skripsi bagi saya menjadi kenangan tersendiri dan akan selalu terngiang, dramatisasi yang bertubi-tubi hingga puyeng kepala yang kadang kala membuat semangat down seketika. Mental dan ketekunan harus menjadi lakon dalam prosesi kerja skripsi hingga saat ujian sidang skripsi tiba. Mereka yang mentalnya lemah bisa saja hanya merasakan dilema dan ketertinggalan.
Bukan membandingkan atau menganggap kalau skripsi saya begitu sulit, namun hal yang gak bisa dinafikan kalau saya dari jurusan matematika yang tentu pengerjaanya begitu rumit. Kerja skripsi matematika tidak segampang dengan jurusan ilmu sosial saat mengetik di lembar kerja word, mengetik skripsi matematika harus memang tabah karena keseringan berjumpa dengan simbol-simbol.
BACA JUGA: Oknum Polisi Paksa Wanita Ikut Pesta Sabu di Serang, Ancam Sebar Video Syur Jika Menolak
Terlebih dari itu, skripsi matematika harus mamang banar dari awal hingga akhir. Kapan ada yang salah dari awal, bisa saja mengulang kembali karena itu akan mempengaruhi kepada isi skripsi selanjutnya. Meski begitu, tentu semua jurusan memiliki pengerjaan skripsi dengan tingkat kesulitan masing-masing.
Hal yang menadi catatan terpenting dalam pengalaman saya kerja skripsi, yakni perlunya ada ketekunan. Saat usai bimbingan dari dosen pembimbing, maka sepatutnya kita harus gercap menyelesaikan sesuai yang telah diarahkan oleh dosen pembimbing. Saat kita menunda-nunda kerja skripsi, bisa saja semangat akan berkurang dan pengetahuan pun dalam kerja skripsi bisa jadi terlupa. Untuk itu sangat penting yang namanya konsisten dan ketekunan dalam mengerjakan skripsi.
Dramatisasi hingga berada di titik pejuang toga
Sampai di titik perpindahan tali toga oleh seorang rektor memang gak gampang, dramatisasi dan perjuangan memiliki tipe-tipe tantangannya. Dalam momen ujian sidang skripsi misalnya, kala itu perasaan gugup dan gak sanggup sering kali menghantui dalam pribadi saya.
Pikiran yang menganggap gak akan mampu menjelaskan isi skripsi selalu saja membekas dalam benak pikiran, ia selalu muncul hingga membuat tubuh seakan tertekan. Memang gak mustahil, pertanyaan-pertanyaan menjebak oleh dosen penguji sering terjadi saat sementara sidang skripsi. Namun itu semua seakan menjadi cerita dramatisasi belaka usai kita sudah melaluinya.
Revisi dan revisi skripsi sering kali bergonta-ganti, itu memang harus diterima dan harus bisa dikerjakan dengan sebaiknya-baiknya. Jangan sampai karena lantaran banyaknya revisi skripsi, lantas membuat semangat sebagai pejuang toga malah berkurang. Perlu diingat, itu semua memang butuh keseimbangan dan introspeksi diri.
Namun hal yang pasti, itu semua akan terjawab dan terbalaskan saat sudah bisa sampai pada titik momen wisuda. Aura kesenagan dan kegembiraan akan tampak kita lihat di wajah orang-orang tercinta kita, terlebih dalam diri kita pribadi. Momen wisuda tak akan terlupakan dan akan menjadi cerita pada kehidupan baru yang akan kembali ditempuh.
Momen wisuda bukan akhir dalam perjuangan, tetapi ia malah menjadi dunia baru untuk masuk pada babak yang berbeda. Tantangannya pun bisa makin rumit dan sulit, bekal dalam menghapi itu bukan hanya prestasi di atas angka-angka, tetapi seberapa kuat mental untuk tidak takut gagal dan gagal. Semangat untuk terus belajar secara terus-menerus harus memang digelorakan hingga akhir hayat, karena apabila ada keinginan untuk berhenti belajar maka di situlah kegagalan yang sebenarnya.
Hingga akhirnya pun, kebahagiaan itu saya rasakan usai selesainya proses Wisuda yang digelar oleh Universitas Sulawesi Barat, pada 29 November 2022, dengan mencetak 835 alumni.
Video yang Mungkin Anda Suka.