Pada bulan Juni 2023, saya berkesempatan mengikuti International Training on Toponymy yang diselenggarakan oleh Badan Informasi Geospasial bekerja sama dengan United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN). Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan negara anggota UNGEGN, termasuk Indonesia, dengan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, praktisi, hingga pemerintah daerah. Pengalaman ini telah memperkuat keyakinan saya bahwa di balik nama-nama geografis tersembunyi kisah-kisah menarik yang patut untuk diungkapkan.
Dari kegiatan ini, saya makin menyadari betapa nama-nama geografis bukanlah sekadar label, tetapi mencerminkan identitas dan kekayaan budaya suatu masyarakat. Toponimi, atau nama-nama geografis, bukan pula hanya sekadar tanda arah; mereka membawa makna yang mendalam dan mengandung harta karun budaya kita.
Salah satu hal menarik yang saya pelajari adalah bagaimana nama-nama geografis dapat menjadi jendela ke dalam sejarah dan tradisi suatu daerah. Pengembaraan kita tatkala melintasi peta dunia mengungkapkan ribuan nama-nama geografis yang menandakan tempat-tempat di seluruh planet ini.
Melalui toponimi, kita dapat menyaksikan bagaimana masyarakat masa lalu memberi nama tempat berdasarkan pandangan dunia dan pemahaman mereka terhadap lingkungan sekitar. Nama-nama geografis sering kali mencerminkan cerita-cerita yang mengungkapkan perjalanan panjang suatu tempat dan peranannya dalam sejarah manusia.
Sebagai seorang geografer dan pemerhati toponimi, saya menyadari bahwa peran penting yang dimainkan oleh bahasa dalam studi dan pemahaman tentang nama-nama geografis. Mengapa bahasa sangat penting dalam toponimi? Karena bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cerminan pemahaman dunia dan budaya.
Bahasa berfungsi sebagai sarana komunikasi di dalam kelompok atau masyarakat tertentu, memfasilitasi pertukaran ide, pengetahuan, dan ekspresi budaya. Bahasa adalah jendela ke dalam dunia budaya dan identitas suatu masyarakat. Seperti jejak-jejak masa lalu yang menghubungkan generasi, toponimi mencerminkan sejarah, tradisi, dan pandangan dunia dari masyarakat yang menciptakannya. Setiap toponimi memiliki kisah uniknya sendiri yang menuturkan tentang perjalanan panjang suatu tempat dan orang-orangnya.
Dengan memahami bahasa yang membentuk toponimi, kita dapat menyaksikan bagaimana sebuah masyarakat mempersepsikan dunia di sekitarnya. Struktur bahasa, kosa kata, dan nuansa linguistik yang unik mencerminkan identitas dan nilai-nilai yang melekat pada suatu tempat.
Salah satu hal menarik tentang toponimi adalah keberagaman linguistik yang dimiliki. Setiap bahasa memiliki caranya sendiri dalam memberi nama tempat berdasarkan persepsi, budaya, dan historisitasnya. Toponimi, sebagai bagian integral dari bahasa, sering mencerminkan konsep-konsep khusus dan persepsi dari orang-orang yang memberikannya. Dari Amerika Latin hingga Asia Timur, toponimi mencerminkan panorama budaya yang beragam, menjadi cermin keanekaragaman dunia.
Toponimi menjadi penanda yang mempengaruhi kesadaran dan identitas masyarakat. Namun, keberadaan toponimi yang autentik dan khas seringkali terancam oleh modernisasi dan globalisasi. Kita sering kali menyaksikan bagaimana nama-nama tempat tradisional digantikan oleh nama-nama yang lebih umum dan seragam. Inilah saatnya kita menyadari betapa pentingnya melestarikan warisan budaya melalui toponimi.
Warisan budaya dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan inklusi dan mengakui nilai dari berbagai budaya. Dengan mengakui keragaman dalam pengelolaan toponimi, menjadi mungkin untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan inklusi penuh dan partisipasi semua orang dalam masalah penamaan. Melalui toponimi, kita dapat menjaga dan merayakan kekayaan budaya lokal yang unik. Memperkenalkan dan mengenali generasi muda akan toponimi yang khas dapat memastikan bahwa cerita dan makna di balik nama-nama tempat ini terus hidup dan diwariskan.
Akurasi toponimi juga sangatlah penting, karena bergantung pada dokumentasi yang benar dan memadai. Toponimi seharusnya direkam dan digunakan dalam bahasa yang tepat, dengan mempertimbangkan bahasa masyarakat lokal atau bahasa dominan di wilayah tersebut. Hal ini memastikan bahwa nama-nama tersebut mencerminkan dengan tepat warisan linguistik dan identitas budaya yang terkait dengan tempat-tempat yang diwakili.
Selain bahasa penggunaannya yang tepat, perhatian juga harus diberikan pada ejaan dan tata bahasa dalam nama-nama geografis. Ejaan yang konsisten dan tata bahasa yang benar sangatlah penting untuk komunikasi yang efektif, terutama dalam konteks global di mana toponimi digunakan dan diakses oleh orang-orang dari beragam latar belakang bahasa. Kaidah penulisan yang memuat aturan ejaan dan tata bahasa membantu menghindari kebingungan dan penafsiran yang keliru, memungkinkan representasi yang akurat dari tempat-tempat tersebut dalam peta, dokumen resmi, dan berbagai platform komunikasi.
Kaidah spasial yang mencakup penetapan toponimi pada tempat yang tepat merupakan aspek fundamental lainnya. Hal ini memerlukan penelitian yang cermat, konsultasi dengan masyarakat lokal, serta referensi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya, seperti dokumen sejarah, peta, dan pengetahuan lokal. Penempatan nama-nama dengan akurat pada fitur-fitur geografis yang tepat memastikan ketepatan dan kejelasan dalam mengidentifikasi lokasi-lokasi spesifik, meningkatkan pemahaman geografis, serta memfasilitasi pengelolaan sumber daya dan layanan yang efektif.
Adalah tanggung jawab kita bersama untuk memperjuangkan pentingnya memenuhi prinsip nama rupabumi, termasuk kaidah penulisan dan kaidah spasial. Dengan mematuhinya, kita dapat berkontribusi pada pelestarian dan promosi keragaman linguistik, warisan budaya, dan komunikasi yang efektif melintasi batas-batas. Melalui upaya kolaboratif dan pertukaran praktik terbaik, kita dapat berusaha untuk keunggulan dalam penyelenggaraan pembakuan nama-nama geografis, serta memupuk pemahaman dan penghargaan yang lebih besar terhadap bahasa dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Sejauh ini, perjalanan penyelenggaraan pembakuan nama rupabumi di Indonesia menunjukkan kemajuan yang signifikan, terutama dalam pengelolaan data dan informasi terkait nama rupabumi yang dapat diakses melalui Sistem Informasi Nama Rupabumi (SINAR) pada situs web sinar.big.go.id. Situs web ini menjadi sumber daya yang sangat berharga bagi para pemangku kepentingan, termasuk masyarakat umum, dalam mencari informasi tentang nama-nama rupabumi yang telah dibakukan dan ditetapkan dalam wadah gazeter yang dikenal sebagai Gazeter Republik Indonesia.
Gazeter Republik Indonesia memiliki peran penting dalam memastikan konsistensi dan keseragaman dalam penamaan rupabumi di seluruh wilayah NKRI. Dengan fungsi layaknya kamus, gazeter ini terus dilengkapi isinya seiring dengan pembakuan dan penetapan nama-nama rupabumi baru. Dengan adanya gazeter ini, semua nama rupabumi di wilayah NKRI dapat dengan mudah diakses dan menjadi referensi tunggal bersama bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi tentang toponimi.
Aji Putra Perdana, Geografer sekaligus Pemerhati Toponimi