Miliki Stereotype Buruk, Semengerikan Apa sih, Warga Plat K saat Mengendarai Motor?

Candra Kartiko | M. Fuad S. T.
Miliki Stereotype Buruk, Semengerikan Apa sih, Warga Plat K saat Mengendarai Motor?
Ilustrasi pemotor melibas tanjakan menggunakan motor matik (Dok. AHM)

Sudah bukan sebuah rahasia lagi jika setiap daerah selalu memiliki stereotype di mata masyarakat daerah lain. Tak hanya yang berkaitan dengan sifat dan perilaku secara umum, namun stereotype itu juga terkadang menyangkut hal-hal yang spesifik. Termasuk salah satunya adalah gaya dalam menaiki motor.

Sebagai salah satu warga yang hidup di daerah berplat K, sudah tak asing lagi jika saya mendengar bahwa warga daerah Pati, Kudus Jepara, Rembang, Blora dan Grobogan memiliki gaya yang cenderung liar dan katrok saat berkendara sepeda motor. Bahkan dalam sebuah tulisan yang pernah saya baca, orang-orang yang berasal dari plat K memiliki gaya berkendara yang aneh dan cenderung ngawur.

BACA JUGA: Rilis 27 Nama Pemain Timnas, Ketegasan, Kedisiplinan, dan Prinsip Shin Tae Yong dalam Memanggil Pemain

Namun, bagiku pribadi, gaya berkendara penduduk plat K justru lebih terkesan mengerikan daripada aneh dan ngawur. Seperti contoh, warga plat K seringkali berkendara dengan orientasi "asal dia sampai" tanpa memperhatikan lingkungan atau bahkan pengendara yang ada di sekitar mereka. 

Akan banyak kalian temui orang-orang di daerah ini yang tanpa menyalakan lampu sein, akan berbelok tanpa memperhatikan pengendara lain yang ada di belakang mereka. Hal ini pernah aku rasakan sendiri pada tahun 2018. Ketika hendak melaksanakan tugas ke daerah Pati, ibu-ibu pembawa keranjang yang aku temui di daerah Juwana, tiba-tiba saja berbelok ke kanan tanpa menyalakan lampu sein terlebih dahulu.

Protes? Tentu saja protes karena motor kami berdua bergesekan dan hampir membuat kami mencium aspal. Namun, tahu apa yang terucap dari si ibu?

"Motoran mbok ya sek ati-ati to, Mas. Opo sampeyan ora ngerti lak aku wes biasa menggok nang pasar (Juwana) kene? (Naik motor yang hati-hati, mas. Apa kamu tidak tahu kalau aku sudah biasa berbelok di pasar Juwana sini?"

BACA JUGA: Meresapi Perjuangan Kak Ros "Upin dan Ipin", Contoh Sandwich Generation yang Sensitif dan Gampang Marah

Sebuah kalimat yang tentu saja membuatku harus melongo beberapa saat. Ingin menjelaskan jika aku bukan warga setempat juga sepertinya percuma karena si ibu secara tak langsung sudah mengklaim bahwa jalur yang dilewatinya adalah hak mutlak atas dirinya, sehingga siapapun pengendara yang lewat harus tahu kebiasaan si ibu tadi setiap harinya.

Tak hanya itu, warga plat K juga memiliki gaya bermotor yang tak kenal takut. Sedari kecil terbiasa hidup di lingkungan Pantura yang selalu ramai dengan kendaraan besar, jumbo, maupun kecil dan imut-imut, membuat mereka tak mengenal takut untuk menyalip dari kiri maupun kanan. Bahkan rasa takut itu juga tak hilang ketika mereka harus mengendarai motor di antara dua kendaraan yang tentunya bikin miris masyarakat dari daerah lain yang melihat.

Warga plat K perlu untuk kumpul dan rasan-rasan di sini deh sepertinya!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak