Banyak yang bertanya-tanya ada apa dengan Gen Z yang sukanya resign atau bahkan dibilang milih-milih pekerjaan, idealis lah, dan masih banyak lagi. Apakah benar para Gen Z pemilih? Atau memang lingkungan kerjanya yang membuat para Gen Z sering resign dari tempat kerjanya?
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Jakpat pada tahun 2022, menjelaskan bahwa ada beberapa alasan yang membuat para Gen Z resign dari tempat kerjanya, di antaranya adalah gaji tidak sesuai dengan job desk (64.9%), jam kerja tidak teratur dan cenderung berlebihan (56.9%), budaya kerja yang toxic (52.4%), SOP dan aturan perusahaan tidak jelas (51.3%), rekan kerja toxic (48.8%), jobdesk dan beban kerja berlebih (41.8%), tidak ada jenjang karir (38.5%), serta tidak ada work life balance (37.2%).
Dari semua alasan tersebut, yang paling banyak dirasakan oleh para Gen Z adalah gaji yang tidak sesuai dengan job desk. Namun terlepas dari alasan mana yang paling banyak dialami, saya rasa semua alasan tersebut memang dirasakan oleh para Gen Z di tempat kerjanya sehingga sangat masuk akal jika alasan tersebut yang membuat para Gen Z resign. Bagaimana tidak? Setelah membaca beberapa alasan tersebut, pasti banyak yang merasa ‘mana ada yang mau kerja di tempat yang sebegitu toxicnya’. Benar bukan?
Jangankan Gen Z, semua orang pastinya ingin bekerja di lingkungan yang bagus, tidak toxic, gaji yang sesuai, dan tidak menyalahgunakan hak karyawan. Iyakan? Namun nyatanya saat ini banyak lingkungan kerja yang toxic dan sayang, masih banyaknya yang memutuskan untuk terus bertahan di lingkungan kerja yang toxic demi ‘sesuap nasi’. Sebegitunya seseorang bertahan demi mendapatkan uang untuk bertahan hidup.
Di mana yang salah? Saya pun tidak tahu. Namun inilah kenyataannya yang terjadi. Tidak hanya dirasakan oleh para Gen Z saja. Dan semoga tidak semua perusahaan yang ada di Indonesia lingkungan kerjanya toxic.
Karena jika demikian, siapa yang mau bertahan kerja di lingkungan yang sangat toxic. Itu hanya membuat diri kita stres, frustasi, bahkan hingga depresi. Mungkin banyak Gen Z yang memilih untuk resign adalah keputusan yang tepat untuk diri mereka, daripada mereka harus berhadapan dengan kesehatan mental mereka. Siapa yang mau yakan?
Sangat penting untuk menjaga mental kita ketika berhadapan dengan kondisi toxic seperti itu. Jangan sampai kondisi mental kita terserang. Karena apa? Diri kita sendirilah yang dirugikan. Dampaknya pun kita sendiri yang menanggungnya. Tidak apa-apa untuk menunda, tidak memilih, atau menjadi pemilih sekalipun jika terkait dengan pekerjaan. Pilihlah dengan seksama dan janganlah buru-buru. Cermati dengan baik perusahaan dan lingkungan kerjanya.
Namun, hal ini tentu saja kembali lagi dengan pribadi, pilihan, dan keputusan masing-masing. Tidak semua mengalami hal seperti itu dan tidak juga semua perusahaan di Indonesia memiliki lingkungan kerja yang toxic. Just be wise!