Artificial Intelligence dan Seniman: Ancaman atau Peluang?

Hernawan | Thalita Novalya Rizki Rahmandita
Artificial Intelligence dan Seniman: Ancaman atau Peluang?
Ilustrasi AI (Pexels/Tara Winstead)

Dewasa ini, perdebatan antara kecerdasan buatan dan seniman manusia telah menjadi topik yang semakin memanas. Kemajuan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi dua mata pisau bagi seniman. AI telah mampu menggeser dan mengancam pekerjaan manusia di berbagai sektor, tak terkecuali di industri kreatif.

Penggunaan AI dalam menciptakan karya seni telah mampu mengancam pekerjaan seniman, terutama dalam membuat karya seni yang membutuhkan kreativitas dan imajinatif. Teknologi AI mampu menghasilkan lukisan, musik, dan bahkan puisi dengan cepat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa seniman manusia mungkin tergantikan oleh teknologi. Selain itu juga AI dapat mengakibatkan pergeseran minat konsumen seni dalam industri seni.

Problematika AI terhadap pelanggaran hak cipta

Pexels/Yan Krukau
Ilustrasi berpikir keras (Pexels/Yan Krukau)

Problematika utama yang muncul terkait dengan penggunaan AI dalam menciptakan karya seni adalah pelanggaran hak cipta.  AI dapat memproses dan memadukan informasi untuk menghasilkan karya yang tampak orisinal, namun kerap kali memunculkan pertanyaan mengenai kepemilikan karya tersebut.

Karya seni yang dihasilkan oleh AI seringkali berdasarkan pada algoritma yang telah diprogram dan menggunakan data, termasuk karya-karya yang sudah dilindungi hak cipta. Ini mengakibatkan ketidakjelasan tentang siapa yang memiliki hak cipta atas karya tersebut. 

Ancaman AI bagi pekerja seniman

Pexels/Tima Miroshnichenko
Ilustrasi seniman desain (Pexels/Tima Miroshnichenko)

Meskipun AI memiliki kemampuan untuk menciptakan karya seni dengan kecepatan yang signifikan, hal ini justru menghadirkan resiko minimnya peran seniman dalam proses kreatif. Kearifan algoritma yang digunakan dalam AI dapat menghasilkan karya seni yang dapat diterima oleh publik, mengakibatkan potensi berkurangnya lapangan pekerjaan dalam industri seni.

Kecepatan produksi dan efisiensi yang ditawarkan oleh AI dapat membuat seniman manusia kesulitan bersaing. Tak hanya itu, keunikan dan interpretasi emosional manusia yang terwujud dalam seni mungkin sulit ditandingi oleh teknologi, oleh karena itu tantangan ini menjadi perhatian di tengah perubahan dalam industri seni yang dihadapi oleh seniman.

Mengubah ancaman AI menjadi peluang

Pexels/Tara Winstead
Ilustrasi AI dan manusia (Pexels/Tara Winstead)

Namun, di tengah ancaman ini terdapat potensi besar bagi seniman untuk memanfaatkan AI sebagai alat bantu kreatif. Seniman dapat menggunakan kecerdasan buatan untuk mendukung dan meningkatkan proses kreatif mereka. Misalnya, AI dapat membantu dalam menghasilkan ide-ide baru, mempercepat proses produksi, atau memberikan informasi tentang tren seni saat ini. 

Dengan demikian, peluang emas ada apabila digunakan bijak antara kecerdasan buatan dan seniman. Seniman dapat memanfaatkan kemampuan AI untuk mengatasi untuk eksplorasi ide karya yang lebih mendalam.

Dalam menyikapi ancaman dan peluang yang datang bersamaan dengan perkembangan kecerdasan buatan, seniman manusia harus beradaptasi dan membuka diri terhadap inovasi. Kolaborasi antara kecerdasan buatan dan seniman manusia bisa menjadi kunci menuju inovasi karya seni yang lebih kreatif dan terus berkembang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak