Budaya Menyontek Menghantui Dunia Pendidikan

Hernawan | Rizky Pratama Riyanto
Budaya Menyontek Menghantui Dunia Pendidikan
Ilustrasi menyontek (Pexels/Cottonbro)

Menyontek telah merambah sistem pendidikan dan menjadi praktik umum selama ujian. Siswa sangat menyadari dampak buruknya, namun sudut pandang mereka tetap tidak berubah. Manfaat yang diperoleh dari menyontek adalah gagal menanamkan rasa pencapaian, berbeda dengan hasil yang dicapai melalui kejujuran. Dampak dan manfaat kemajuan teknologi dalam bidang pendidikan, khususnya kecerdasan buatan, saat ini sedang menjadi perbincangan luas di berbagai bidang sosial.

Potensi kerugian dari kemajuan teknologi dapat terwujud dalam bentuk yang merugikan ketika pengguna mengeksploitasi kelebihannya tanpa menyadarinya. Dalam jenjang pendidikan, siswa tentu sudah terbiasa dengan perkembangan terkini, termasuk penggunaan kecerdasan buatan sebagai alat pembelajaran yang berguna. Sayangnya, penyalahgunaan cenderung muncul selama ujian sekolah, karena siswa menggunakannya sebagai penopang untuk menyelesaikan jawaban ujian mereka.

Budaya menyontek sudah banyak dilakukan sejak dahulu kala, meskipun berdampak negatif, namun berbagai cara menyontek dalam ujian masih dilakukan oleh siswa. Ungkapan “Prestasi Penting, Jujur Yang Utama” menjadi kabur dan diabaikan, dan kini bahkan menggelapkan integritas kejujuran dan memungkinkan terjadinya kecurangan secara terang-terangan. Setiap orang menginginkan yang terbaik untuk hasil ujiannya, namun menyontek adalah sebuah kegagalan dan hanya sebagai kemenangan sementara.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, penyelenggaraan ujian dalam jenjang pendidikan juga akan mengikuti perkembangan zaman. Guru semakin banyak menggunakan tes yang diselenggarakan secara online menggunakan gawai dengan aplikasi pendukung seperti situs web ujian untuk memudahkan penilaian menjadi lebih cepat.

Terlintas di kepala saya memunculkan pemikiran bahwa kemungkinan besar kecurangan seperti menyontek ketika sedang ujian akan terjadi, mereka dapat mencari jawaban di berbagai halaman internet dan penggunaan kecerdasan buatan juga tentu dilibatkan. Selain itu, pengawas ujian tidak berusaha meminimalisir kemungkinan terjadinya kecurangan. Siswa seolah diberi kebebasan untuk menyontek dimanapun mereka inginkan. 

Teknologi yang berkembang pesat tentu dapat memberikan dampak positif dan negatif, sebenarnya hal itu kembali lagi kepada penggunanya. Jika kita memanfaatkan teknologi dengan baik pasti akan memberikan dampak positif, begitu juga dengan sebaliknya.

Meskipun ujian online dapat mengurangi banyaknya sampah kertas yang terbuang, namun peraturan pelaksanaannya juga harus dipatuhi dengan sangat ketat untuk menjamin kejujuran siswa selama ujian. Setidaknya peduli dan memerhatikan permasalahan yang sering kali muncul selama pelaksanaan ujian, salah satunya adalah menyontek. 

Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan memperketat aturan yang ditetapkan selama ujian, misalnya meningkatkan pengawasan terhadap siswa saat mengerjakan soal-soal ujian dan menganalisis efektivitas aplikasi atau website ujian yang digunakan. Hal ini dapat membantu mencegah kecurangan dalam ujian.

Menurut saya akan lebih efisien menggunakan ujian berbasis komputer jika sekolah memiliki fasilitas tersebut, sebaliknya lebih baik menggunakan ujian kertas seperti biasanya. Mengikuti ujian online dengan gawai dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyontek dari berbagai sumber di Internet.

Oleh karena itu, kecurangan saat ujian sekolah juga harus diperhatikan agar tidak terulang kembali. Penanaman karakter peserta didik dalam pembentukan nilai kejujuran hendaknya dilakukan agar mereka terbiasa berperilaku jujur.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak