Jika menjelajah linimasa media sosial di awal bulan ini, barangkali pernah membaca berita atau menyaksikan sebuah foto jalanan beton di sebuah desa. Hal yang menarik, rupanya di jalan itu diberi tulisan “DANA WARGA DAN TIKTOK”, disi jalan lainnya tertara "BUKAN DANA DESA". Tentu saja berita dan foto viral itu langsung menarik dan menuai beragam tanggapan dari warganet. Beberapa di antaranya mempertanyakan kemana dana desa? Kemana kepala desa? dst.
Jalanan beton itu terletak di di Dusun Maggar, Desa Batuporo barat, Kedundung, Sampang, Madura. Kisah bermula saat warga setempat bermusyawarah untuk membangun jalan dengan inisiati dana warga sendiri (swadaya). Para warga yang menggalang dana perbaikan jalan berasal dari warga yang tinggal di dusun setempat serta perantau. Rupanya, salah seorang warga kemudian sengaja mengunggah video gotong royong mereka saat mengerjakan jalan tersebut di media sosial Tik Tok. Unggahan disertai pula aktivitas siaran langsung di media sosial Tik Tok ternyata menarik penonton untuk ikut menyumbang. Melalui dana yang terkumpul, disertai kekompakan dan semangat tinggi warga setempat, mereka pun berhasil memperbaiki 8 titik jalan dengan total panjang 4,47 kilometer dengan lebar jalan yang dicor yakni 2 setengah meter dengan ketebalan mencapai 15 cm. Alhasil, dari situlah muasal pembuatan tulisan di jalan itu.
Peristiwa ini jelas menunjukkan bahwa gotong royong merupakan nilai luhur di Indonesia yang masih melekat. Seiring pesatnya pengaruh budaya asing dan teknologi informasi ke Indonesia, semangat gotong royong mulai luntur. Jika yang terjadi demikian, tak pelak budaya sendiri kurang dipedulikan dan bahkan bisa terlupakan. Gotong royong mengajarkan tentang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama tanpa pamrih. Dengan konsep tersebut, pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat, mudah, efektif, serta dinikmati hasilnya secara adil oleh semua pihak.
Meskipun telah ada dana desa, pembangunan jalan dan beberapa hal lainnya secara swadaya memang biasa dilakukan di tingkat desa. Mereka melakukan hal itu bukannya tidak bergantung pada dana desa. Dana desa bagaimanapun adalah hak warga desa. Namun demikian, gotong royong nyatanya memiliki sisi positif bagi masyarakat untuk dipertahankan. Seperti misalnya melestarikan budaya Indonesia dan mengurangi sifat individualisme. Aktivitas gotong royong meningkatkan semangat peduli antarwarga, memperkuat solidaritas dan persatuan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Selain itu, gotong royong juga memupuk kesadaran akan pentingnya kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sebagaimana kita saksikan bersama, yakni warga Sampang serta warga desa lainnya di Indonesia yang beraksi serupa.
Melalui tulisan ini, kita bisa melihat lebih dekat beberapa hal penting yang akan dijelaskan dalam beberapa paragraf di bawah. Pertama, gotong royong cerminan nilai luhur masyarakat Indonesia efektif menyelesaikan masalah. Sejatinya, gotong royong adalah budaya yang menunjukkan kuatnya kebersamaan. Selain itu, keuntungan dari pelaksanaan gotong royong adalah prosesnya lebih cepat, fleksibel dan melibatkan partisipasi langsung masyarakat. Hasil pembangunan pun diharapkan lebih terjamin kualitasnya. Dengan kegiatan pembangunan infrastruktur melalui swadaya masyarakat seperti di Sampang, mereka tidak hanya memperbaiki jalan, tetapi juga memastikan jalan tersebut dirawat dan dijaga dengan baik.
Sementara itu, meskipun dana desa bertujuan untuk membantu pembangunan desa, seringkali proses birokrasi rumit dan lambat dalam pencairan dana tak menutup kemungkinan dapat menunda pelaksanaan proyek. Masalah seperti itu bisa dihindari dengan gotong royong dan bonusnya kebersamaan serta solidaritas antarwarga semakin terjalin.
Kedua, memastikan adanya transparansi Dana Desa. Peristiwa di Sampang juga bisa kita soroti dalam kaitan pentingnya transparansi dalam penggunaan dana desa. Jika kita menanggapi apa yang terjadi di Sampang, kita pun juga bertanya-tanya, apa gerangan terjadi jalan rusak namun tak kunjung mengalami perbaikan? Kemana dana desa yang ada? Untuk apa dst. Dengan demikian, penggunaan dana desa jelas harus diketahui oleh seluruh warga. Dana desa harus dikelola dengan baik dan digunakan untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat bagi warga, seperti pembangunan infrastruktur atau pemberdayaan masyarakat. Biasanya, spanduk transparansi dana desa menjadi cerminan akuntabilitas pengelolaan dana desa. Spanduk ini merupakan alat informasi bagi masyarakat desa untuk mengetahui secara jelas setiap rupiah yang masuk dan mengalir dari kas desa. Tanpa adanya spanduk ini, pengelolaan dana desa menjadi kabuar, seolah hilang pengawasan dari warga yang berhak tahu. Spanduk itu menjadi simbol komitmen desa dalam mengelola dana publik secara bertanggung jawab. Jika ada satu dan hal lain yang perlu ditelusuri, warga pun berhak mendapatkan penjelasan.
Ketiga, tugas Kepala Desa dalam membangun desa. Di desa, Kepala desa berperan sentral dalam melaksanakan pembangunan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Pada prinsipnya, penggunaan alokasi dana desa harus digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan transparan. Dengan demikian, ketika prinsip transparansi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kepala desa harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat desa dan memastikan penggunaan keuangan desa berjalan transparan dan akuntabel.
Penutup
Peristiwa di Sampang ini menunjukkan bahwa permasalahan di desa dapat diatasi bersama oleh masyarakat. Adanya dana desa tetap menjadi hak warga desa namun tidak menghilangkan semangat gotong royong berupa sumbangan dan patungan untuk mencapai tujuan bersama. Terlebih, apabila tujuang bersama warga ini dirasa perlu dan mendesak untuk segera diselesaikan. Dengan demikian, gotong royong efektif dan terbukti berhasil untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, gotong royong memberikan dampak positif terhadap warga seperti mempererat hubungan kerjasama dan kekompakan antarwarga. Semangat gotong royong yang ditunjukkan oleh warga Sampang tentunya juga dilakukan di wilayah desa lain. Hal itu menjadi penanda bahwa nilai luhur terus dilestarikan, serta menjadi ciri khas budaya masyarakat Indonesia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.