Mengapa Gen Z Susah Kaya? Ini Bukan Sekadar Soal Malas atau Boros!

Hikmawan Firdaus | Inggrid Tiana
Mengapa Gen Z Susah Kaya? Ini Bukan Sekadar Soal Malas atau Boros!
Ilustrasi keuangan (pexels.com)

Bicara soal kekayaan, banyak orang generasi sebelumnya mungkin dengan mudah berkata, "Kalau mau kaya, ya kerja keras, hemat, terus investasi. Itu saja rumusnya."

Tapi, apakah rumus lama itu masih relevan untuk Generasi Z? Mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an?

Sayangnya, jawabannya tidak sesederhana itu. Gen Z hidup di era yang sangat berbeda dengan orang tua mereka dulu. Tantangan ekonomi, perubahan gaya hidup, dan realita sosial hari ini membuat perjalanan menuju kemapanan finansial terasa jauh lebih berat dibandingkan zaman sebelumnya.

Dunia yang Berubah: Gaji Stagnan, Harga Melambung

Pertama, kita perlu jujur mengakui bahwa dunia kerja dan ekonomi saat ini berbeda jauh. Ketika generasi sebelumnya bisa membeli rumah dari gaji sebagai pegawai negeri atau karyawan biasa, Gen Z justru menghadapi kenyataan pahit, harga properti terus naik, tapi gaji mereka tidak banyak berubah.

Bukan rahasia lagi kalau biaya hidup di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya semakin mencekik. Harga sewa naik, harga makanan naik, bahkan harga kopi di kedai pun ikut-ikutan naik. Namun di sisi lain, upah yang mereka terima seringkali stagnan. Ini merupakan realitas yang tak bisa diabaikan.

Hutang Pendidikan dan Impian yang Ditunda

Bagi sebagian Gen Z, hutang pendidikan menjadi beban berat yang menghambat langkah awal mereka dalam membangun kekayaan. Setelah lulus, mereka langsung dihadapkan dengan cicilan yang harus dibayar, sementara penghasilan mereka masih di angka pas-pasan.

Belum lagi urusan membeli rumah. Di banyak kota, memiliki rumah sendiri terasa seperti mimpi yang makin jauh dari kenyataan. Akhirnya, banyak yang memilih untuk terus menyewa, meskipun sadar bahwa uang sewa tidak akan pernah menjadi aset.

Budaya FOMO dan Jebakan Konsumtif

Kita hidup di era media sosial, tempat semua orang berlomba-lomba memamerkan pencapaian, gaya hidup, dan barang-barang baru. Tak jarang, ini menciptakan tekanan tak kasat mata bagi Gen Z untuk ikut-ikutan.

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) membuat banyak orang merasa harus selalu tampil update, mencoba kafe viral, jalan-jalan ke luar kota, atau membeli barang yang sedang tren. Bahkan sekarang, beli barang mahal pun bisa pakai paylater. Mudah, cepat, tapi efeknya jangka panjang yang bisa memukul stabilitas finansial.

Budaya self-reward yang kerap digaungkan di media sosial memang terdengar menyenangkan, tapi kalau dilakukan tanpa batas dan perhitungan, bisa-bisa bukan malah jadi kaya, tapi justru terjebak dalam siklus konsumtif yang melelahkan.

Karier yang Fleksibel, Tapi Pendapatan Tak Selalu Stabil

Gen Z memang dikenal lebih menghargai fleksibilitas kerja dan pencarian makna dalam pekerjaan. Mereka tidak selalu tertarik menjadi karyawan kantoran yang bekerja dari pagi sampai sore. Di zaman sekarang, banyak yang memilih menjadi freelancer, content creator, atau menjalani pekerjaan di gig economy.

Ini bukan hal yang salah. Bahkan, bisa dibilang lebih kreatif dan adaptif. Namun, sayangnya pekerjaan dengan skema non-tradisional seringkali datang dengan risiko pendapatan yang tidak stabil. Tidak ada jaminan asuransi, tidak ada dana pensiun, dan kadang, kalau bulan ini sepi klien, mereka harus rela hidup lebih hemat. Jika tidak cerdas mengelola pendapatan yang fluktuatif ini, sulit rasanya membangun kekayaan jangka panjang.

Literasi Keuangan: Tahu Banyak, Tapi Belum Cukup Paham

Walaupun Gen Z tumbuh di era internet dengan akses informasi yang melimpah, namun literasi keuangan tetap menjadi tantangan tersendiri. Banyak yang tahu soal investasi, saham, atau bahkan kripto. Tapi tahu bukan berarti paham secara menyeluruh.

Tanpa pemahaman yang matang tentang manajemen risiko, perencanaan keuangan, atau strategi jangka panjang, keputusan finansial bisa jadi asal-asalan. Celah ini sering dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab lewat investasi bodong atau skema cepat kaya yang ternyata malah berujung rugi.

Lalu, Apa Solusinya?

Apakah berarti Gen Z tidak bisa kaya? Tentu bukan begitu. Masih ada jalan, tapi jalurnya memang berbeda dengan generasi sebelumnya. Gen Z harus lebih cerdas dalam beradaptasi dengan zaman. Mulai dari meningkatkan literasi keuangan, menahan godaan konsumtif, hingga mencari cara menambah penghasilan di luar gaji utama.

Mungkin memang tidak mudah. Namun, membangun kekayaan di era modern bukan lagi soal bekerja keras semata, tapi juga soal bekerja cerdas, memahami risiko, dan mampu mengelola keuangan dengan realistis.

Satu hal yang pasti, perjalanan menuju kemapanan finansial saat ini memang lebih menantang. Tapi bukan berarti mustahil. Gen Z hanya perlu menemukan cara yang paling sesuai dengan zamannya sendiri.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak