Dalam beberapa tahun terakhir, pola konsumsi media di Indonesia mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Televisi yang dulu menjadi media utama untuk hiburan sekaligus sumber informasi, kini mulai ditinggalkan, terutama oleh generasi muda. Data menunjukkan, anak muda lebih banyak menghabiskan waktu mereka di media digital, salah satunya melalui podcast. Fenomena ini menunjukkan bahwa televisi perlahan kehilangan posisinya sebagai medium edukasi maupun hiburan, tergeser oleh format yang lebih fleksibel, interaktif, dan mudah diakses.
Sebenarnya, mengapa anak muda Indonesia lebih memilih belajar dari podcast ketimbang dari televisi? Apakah karena konten televisi sudah tidak lagi relevan, atau karena podcast menawarkan sesuatu yang lebih personal dan sesuai kebutuhan generasi digital?
Podcast dan Kebutuhan Belajar yang Fleksibel
Salah satu alasan podcast kian diminati adalah fleksibilitas. Anak muda bisa mendengarkan podcast kapan saja dan di mana saja, seperti saat di perjalanan, berolahraga, atau bahkan sebelum tidur. Format audio membuat podcast lebih ringan dan praktis dibanding televisi yang mengharuskan kita untuk menarik perhatian penuh di depan layar. Kondisi ini sesuai dengan gaya hidup generasi sekarang yang serba cepat dan multitasking.
Selain fleksibel, podcast juga menyajikan konten dengan durasi beragam. Ada yang singkat hanya 10 menit, ada pula yang berdurasi panjang hingga 2 jam. Hal ini memberi pilihan bagi pendengar sesuai kebutuhan mereka, apakah ingin belajar cepat tentang topik tertentu, atau mendalami pembahasan panjang dengan narasumber ahli. Fleksibilitas inilah yang sulit diberikan oleh televisi dengan jam tayang yang kaku dan terbatas.
Konten yang Lebih Dekat dan Personal
Podcast biasanya menghadirkan gaya komunikasi yang santai, seolah-olah pendengar sedang diajak ngobrol langsung. Hal ini membuat konten terasa lebih personal dan relevan bagi anak muda. Tidak jarang podcaster membagikan pengalaman pribadi atau menghadirkan narasumber yang dekat dengan realitas sehari-hari. Cara penyampaian yang intim ini menjadikan podcast lebih relate dibanding televisi yang kerap terkesan formal dan jauh dari audiens.
Televisi memang pernah menjadi medium yang kuat dalam mendidik masyarakat melalui program berita, dokumenter, atau talkshow. Namun, pola komunikasi satu arah yang kaku membuatnya terasa usang bagi generasi yang terbiasa dengan interaksi digital. Sebaliknya, podcast membuka ruang diskusi dua arah yakni pendengar bisa memberikan komentar, berbagi di media sosial, atau bahkan berinteraksi langsung dengan pembuat konten.
Apa yang Hilang dari Televisi?
Meski podcast semakin populer, bukan berarti televisi tidak punya nilai. Televisi masih unggul dalam hal jangkauan luas dan legitimasi informasi, karena banyak program televisi didukung sumber daya besar serta proses verifikasi yang lebih ketat. Namun, yang hilang dari televisi adalah kemampuan untuk beradaptasi cepat dengan kebutuhan generasi digital. Konten televisi masih sering disusun untuk konsumsi massal, sehingga kurang personal dan kurang spesifik bagi audiens tertentu.
Selain itu, televisi kehilangan relevansi di mata anak muda yang lebih menghargai kebebasan memilih konten. Jika televisi membatasi penonton dengan jam tayang tertentu, podcast memberi kebebasan penuh. Televisi juga cenderung didominasi oleh hiburan dangkal, sementara podcast justru membuka ruang bagi diskusi mendalam tentang isu pendidikan, kesehatan mental, hingga politik. Dengan kata lain, televisi kehilangan fungsinya sebagai medium belajar bagi generasi baru.
Peralihan dari televisi ke podcast menunjukkan bahwa cara anak muda Indonesia belajar dan mencari informasi telah berubah. Podcast menawarkan fleksibilitas, kedekatan, dan relevansi yang tidak lagi bisa diberikan oleh televisi.