Hujan deras dan longsor memutus jalur darat, jembatan rusak, banyak desa terisolasi ketika bencana besar datang ke Aceh, tiga kabupaten secara resmi meminta bantuan provinsi.
Di tengah kerusakan masif dan ribuan korban, pemerintah pusat bilang para bupati tidak menyerah total tapi memang punya keterbatasan.
Situasi ini bukan sekadar soal siapa semangat bekerja. Ini soal bahwa skala bencana telah melebihi kemampuan sistem darurat kita.
Tito Karnavian, Menteri Dalam Negeri, memastikan bahwa meskipun ada kabar tiga bupati disebut menyerah, kenyataannya mereka tetap bekerja semampu mereka.
"Bukan menyerah total. Mereka tetap bekerja semampu mereka, tapi ada hal-hal yang mereka tidak mampu tangani sendiri," kata Tito, dikutip dari Suara.com pada Kamis (4/12/2025).
Salah satu contoh ekstrem adalah di Aceh Tengah longsor memutus akses jalan dari utara maupun selatan sehingga bantuan makanan, BBM, atau alat berat tidak bisa disalurkan lewat jalur darat.
"Mereka tidak punya pesawat untuk dropping bantuan. Mereka juga tidak punya kemampuan alat berat yang cukup. Di situlah mereka meminta bantuan," jelas Tito.
Tiga bupati dari Aceh Selatan, Pidie Jaya, dan Aceh Tengah memang sudah mengirim surat resmi kepada pemerintah provinsi, meminta agar penanganan darurat dialihkan ke tingkat provinsi karena beban bencana dianggap di luar kendali.
Kerusakan infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi, ditambah dampak sosial di mana warga mengungsi, layanan publik lumpuh, membuat kapasitas kabupaten jebol.
Pernyataan dari pusat dan realitas di lapangan memang berbeda narasi tetapi tidak bisa dibaca sebagai saling bantah tanpa konteks.
Fakta bahwa kabupaten memerlukan bantuan tambahan menunjukkan bahwa sistem penanganan bencana lokal saja tidak cukup bila bencana berskala besar. Mitigasi, logistik, dan kesiapsiagaan di luar mekanisme darurat kecil.
Kali ini bukan sekadar soal siapa menyerah melainkan soal seberapa siap sistem kita dalam menghadapi bencana.
Pemerintah daerah bisa semangat, pusat bisa turun tangan, tetapi apabila infrastruktur, jalur akses, dan sistem tanggap darurat tetap rapuh, ketika bencana datang, semuanya bisa terkena dampak.
Ketika banyak warga masih menunggu bantuan, apakah kita akan terus menggantungkan harapan pada respons darurat atau mulai serius membangun sistem mitigasi dan adaptasi agar bencana tidak terus jadi tragedi yang bisa diprediksi?